Senin, Desember 21, 2009

We love Menulis, We love Membaca, We love Membedah



Tantangan dan masalah merupakan tanda bahwa kita masih hidup. Filsuf
Semua orang bisa menjadi penulis. Komposisinya 10 persen bakat dan 90 persen tekad dan latihan. Helvi tiana rosa
Nun: Demi pena dan apa yang mereka tulis[i]. Ayat ini bagian dari suat al Qalam surat yang turun pada periode Makkah. Adalah sebuah sumber nilai dan gerak bagi kita untuk menjadi penulis. Ayat ini menguatkan wahyu pertama Allah turunkan. Wahyu pertama memberikan kerangka untuk iqra.[ii] Makna iqra adalah mengumpulkan, membaca, menganalisa, meneliti[iii]. Ini adalah awal pembentukan peradaban ummat[iv] muslim di makkah. Islam lahir di daerah pusat kebudayaan. Makkah sebagai tempat beribadah dan juga ziarah bagi agama-agama Ibrahim, menjadi kota persinggahan kafilah-kafilah perdagangan.
Penjelasan nun dalam kata pertama diriwayatkan oleh Ibnu Abbas dan dikuti penafsiran oleh Ad Dahhak, AL hasan dan Qatadah:, “artinya Nun ialah dawat atau tinta”[v] Sedangkan qalam diartikan dengan pena. Arti kata ini juga berkaitan dengan wahyu pertama turun, yakni Qalam. Pengaruh lebih jauh bahwa penulisan adalah hal terpenting untuk ummat muslim.
Tinjauan sejarah penulisan. Sejarah tulisan telah dimulai dari zaman pra sejarah. Tulisan ini disimbolkan dengan beberapa bentuk. Berbagai tulisan dipahatkan di gua, dinding rumah dan juga beberapa batu sesembahan. Dan juga di tempat peribadatan. Contoh adalah peradaban mesir kuno[vi]. Untuk Indonesia dapat dijumpai pada prasasti-prasasti dan candi.
Penulisan juga berhubungan dengan penulisan beberapa kitab-kitab agama samawi seperti zabur, injil dengan perjanjian lama dan baru. Penulisan pendapat para pilosof yunani, zen, Penulisan kearifan budha dan juga peradaban cina dimasa lalu. Untuk rasul mengeluarkan anjuran untuk belajar kenegri Cina[vii]. Semenjak ditemukan mesin pembuat kertas dan revolusi industry dengan ditemukannya mesin up maka jadilah kita berada dalam peradaban tulis menulis.
Mengapa dan bagaimana? Adalah metode pendekatan menelaah mengapa menulis, membaca dan membedah sulit? Dan bagaimana menjadikan menulis, membaca dan membedah menjadi sebuah kemudahan dan mendatangkan banyak manfaat? Ada beberapa jawaban untuk menjawab pertanyaan tesebut. Pertama. Motivasi, Kita miskin motivasi dari dalam diri sendiri. Motivasi juga tercipta dari factor luar diri. Motivasi adalah daya yang menggerakkan seseorang untuk melakukan hal tertentu. Kedua. Penghargaan, pengkuan bahwa kita telah melakukan sesuatu baik berupa ucapak terima kasih atau sebuah pujian sederhana anak pintar,” le’ kamu itu pintar dan cerdas ibu seneng kamu bisa baca dan nulis”. Kata ini jarang didapati ketika kita kecil dari orang terdekat dan keluarga. Hal ini terus berlanjut dalam pergaulan sehari-hari. “Gapain kamu membaca, nga ada gunanya” atau “sok rajin kamu baca-baca dan nulis”. Semakin kita sering mendapati tidak ada penghargaan maka kita terpacu untuk tidak berkembang. Ketiga. Pendidikan, dari sejarah kita masuk taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Budaya membaca, menulis dan membedah mendapatkan tempat yang sedikit. Kita mendapati pola mendengar dan mendengar dari penjelasan guru dan dosen. Jarang kita diberikan ruang untuk menulis dan menjelaskan apa yang kita tulis di depan kelas. Dalam pendidikan perguruan tinggi. Dosen adalah sumber dan subjek yang berciloteh 2-3 jam yang tidak berkesudahan. Mahasiswa hanya pendegar yang baik, menerima. Berbeda dengan beberapa pendidikan pada beberpa perguruan tinggi luar negri. Mahasiswa diwajibkan untuk membuat paper dan menjelaskan, dosen hanya menjadi pembanding. Pola ini baru diadopsi pada tingkatan S2. Keempat. Budaya keluarga memberikan pengaruh besar. Budaya rumah tangga keluarga yang memberikan media membaca maka anak-anak akan menjadi pembaca. Budaya keluarga terurama aktivitas ibu dan ayah mempengaruhi budaya anak. Kelima. Paradigma dan persepsi yang menjadikan kita bertindak dan melakukan sesuatu. Ketiaka berpandangan bahwa menulis, membaca dan membedah itu sulit, maka dapat dipastikan kita akan mengalami kesulitan. Namun ketika kita berpandangan dan membangun persepsi kita akan mencoba, maka akan kelihatan cara-cara untuk bisa menjadi penulis, pembaca dan pembedah.
Kita akan menjawab bagaimana cara bisa cinta berat untuk menulis, membaca dan membedah. Pertama. Ketiga tersebut adalah bentuk ibadah. Kedua. Aktivitas tesebut merupakan pekerjaan yang mendatangkan banyak manfaat dan juga menjadi sumber pendapatan. Mari kita buar daftar manfaat dari aktivitas ketiga tersebut. Ketiga. Bergabung dalam satu komunitas yang mendukung. Komunitas ini mempengaruhi dan memperkuat motivasi atau niat. Keempat. Mempelajari metode, cara untuk menulis, membaca dan membedah. Kelima. Buat system penghargaan. Hal sederhana bisa kita lakukan adalah mengucapkan dan menuliskan bahwa “Saya bangga bisa menulis, membaca dan membedah untuk membahagiakan ……., dan juga memberikan manfaat bagi orang yang saya cintai.” “Mereka akan bertaka kamu orang hebat dan saya tidak menyangka anda bisa” Kata-kata ini memberikan kekuatan untuk kita selalu on fire. Keenam. Mengalirlah. Aktivitas ini ibarat air mengalir kita akan menemukan banyak keindahan dan juga alur kita masing-masing. Ketujuh. Miliki buku kecil untuk catatan harian dan juga bawalah sebuah buku yang berbeda setiap hari. Kedelapan. Ikutilah beberapa pelatihan-pelatihan dan sisihkan uang untuk membeli sebuah Koran setiap hari atau buku 2 buah setiap bulan.
Buku-buku anjuran. Quantum Learning. Quantum writing. Accelarated Learning. Mind Mapping. Berfikir lateral. 7 Habbits kebiasan menjadi hidup bermakna. Menulis itu mudah.
Penutup. Untuk tulisan ini saya mengutip beberapa kalimat. Orang bijak pernah membagi tiga jenis manusia. Pertama, manusia bodoh, yakni mereka yang selalu melalaikan dan mengesampingkan setiap kesempatan yang ada. Kedua, manusia baik, yakni mereka yang selalu mengambil kesempatan yang datang kepadanya. Ketiga adalah manusia bijak, yakni mereka ang selalu mencari kesempatan yang memungkinkan dirinya untuk terus berkembang tanpa harus banyak menuggu.[viii]
Salam untuk orang yang berfikir untuk menang dengan bertanya bagaimana?, bukan orang berfikir untuk tidak kalah dengan bertanya mengapa?


[1] Disampaikan pada follow-up HMI Kom, Fisip, Minggu 19 Desember 2009, at 16.30


[i] Q,S al Qalam:1
[ii] Q.S al Alaq 1-5.
[iii] Toto tasmara, Kecerdasan Ruhiyyah dan juga M. Qurai Shihab dalam membumikan Alquran
[iv] Dr. Ali syariati mendefenisikan ummat sebagai sebuah bangsa (nation). Islam dengan ummatnya adalah agama dengan pembentukan system pemerintahan.
[v] Prof.Dr. Hamka, Tafsir  Al-Azhar Juz 29-30, Yayasan Latimojong: Surabaya 1981
[vi] Pada peradaban mesir kuno, penulisan dilakukan pada dinding piramida tempat kuburan para raja.
[vii] Tuntutlah ilmu sampai ke negri Cina. HR Bukhari
[viii] Parlindungan Marpaung, Setengah Isi Setengah Kosong MQS Publishing

Tidak ada komentar: