Selasa, Desember 22, 2009

CINTA BANTALAN REL




Berada pada bagian terbawah dari sistem perkeretaapian. Untuk Indonesia masih menggunakan sistem 2 jalur kanan dan kiri. Tubuhku dipasang pada jalurnya pada masa penjajahan belanda dan di tambah pada jama penjajahan jepang. Sebahiagan saudaraku di beberapa pulau di sumatera tidam dapat lagi di lalui. Seperti rute Padang Payakumbuh. Untuk sauaraku di jepang dan beberapa negara yang telah melakukan perubahan bentuk ku. Kini ada saudara termudaku dengan sistem satu rel. Rel tersebut telah di aliri medan elektramaknetik, dimana gerbong kereta api bisa melaju dengan kecepatan diatas 300 km/jam. Kalau Jakarta Surabaya hanya di tempuh 1,5 jam aja.
Setiap hari kami di sapa dan disalami oleh teman-teman roda-roda kereta api. Salam hangat mereka memberikan kami ruang untuk bergerak dan membersihkan diri kami dari debu-debu. Ketika kami tidak di sapa untuk beberapa bulan tubuh kami akan berkarat dan mengalami erosi.
Ada kereta api ekonomi dengan penumpangnya yang berjubel. Bergantungan di pintu, karna di dalam penuh sesak. Ada yang bergantungan diujung gerbong. Ada yang menaiki gerbong dan tidak sedikit yang menjadikan diriku sebagai bantalan terakhir. Telah banyak diberitakan oleh kotan dan tabloid dan diberitakan oleh presnter Tv tentang kecelakaan kereta api yang menabrak orang, mobil, bus, binatang ternak. Namun bagi binatang kecil seperti ulat, belalang, semut yang mati di punggungku tidak pernah mendapatkan liputan khusus, karna tidak layak menjadi berita.
Teman akrab dalam hidupku adalah bebatuan, bantalan, roda-roda gerbong kereta api. Dan kadang-kadang di sapa oleh beberapa makhluk hidup. Sesuatu yang sering terasa aneh yakni air panas yang memancar dari mata air makhluk hidup. Karna hujan yang menerpa bersuhu dingin. Hal ini sering terjadi di malam hari dan sering kali bagi kami yang berada di kota-kota besar.
Sekali-kali kami bertemu sesorang yang menyinari dengan senternya. Tepatnya ia memperhatikan setipa pengunci bantalan rel apakah baik atau ada yang longgar. Mereka sayang dan senang memperbaiki kerusakan-kerusakan yang dapat membahayakan perjalanan yang lainnya. Pernah suatu kejadian bahwa terjadi kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal. Dan yang menjadi kambing hitam adalah kami yang memberikan cinta terbaik dan juga sahabat kami yang selalu melihat dan memperbaiki kerusakan di sistem kami yang panjang melintang sepanjang pulau dari satu kota ke kota lain.
Kadang-tak terperhatikan oleh mata manusia. kami tetap memberikan yang terbaik bagi rangkaian gerbong kereta api. Gerbong kereta api memberikan terbaik bagi penumpang, dengan menghantarkan manusia ke tempat yang mereka tuju. Ada satu hal yang kami rindukan, datangnya generasi baru rel dengan satu dan kami bisa merasakan kemajuan ilmu pengetahuan manusia. Karna kami yang tak terlihat dan tak terperhatikan. Karna cinta adalah memberi, memberi dan memberi itulah semboyan kami.
by: Muhammad Yunus “Yusuf”
sponsored by: Baitul Muslimin MUZAKKI

Tidak ada komentar: