Sabtu, Desember 26, 2009

Social entrepreneurship to spiritual entrepreneurship

Kemiskinan adalah hasil dari kebijakan yang salah. Bank dunia memberikan defenisi kemiskinan “proverty is concern with absolute stanar of living of part of society the poor in equality refers to relative living standars across. Sedangkan Hidayat amir menyatakan bahwa kemiskinan merupakan permasalah sepanjang masa.
Kemiskinan diciptakan bukan tercipta.Karna kemiskinan akan menurunkan potensi membangun. (Hetifah Sj. Sumarto:2009). Menjelaskan fenomena kemiskinan di sebabkan oleh tingkat ekonomi rendah…(Republika, 4/11/09). Dalam perpektif Islam kemiskian adalah sebuah sunnatullah dan kemestian. Namun kemiskinan hal ini mesti dibasmi dengan beberapa pendekatan. Menelisik ajaran-ajaran agama manapun menyuruh pemeluknya untuk menjadi orang yang kaya.

Dalam konteks islam menjadi kaya di gambarkan orang yang memberikan asset . Disandingkan dengan ibadah solat. Asset dalam hal ini mempunyai dimensi spiritual dengan keharusan zakat, infak dan sedekah.
Sosial entrepreneurship adalah sebuah pendekatan yang digunakan mengguankan pendekatan penguatan social dan menjadikan sebauah gerakan perubahan sosial. Contoh teranyar adalah kesuksesan Prof. Muhammad Yunus peraih nobel perdamaian dengan gerakan Grameen Bank di Bangladesh. Kemudian beberapa orang yang focus dalam social entrepreneurship diantaranya Renald Kasali dan beberapa orang yang menerima anugrah dari Yayasan Asoka.

Pada sisi lain Islam mempunyai seperangkat nilai untuk menjadikan ummatnya sebagai orang yang tidak miskin dan terbelit dalam kemiskinan. Dari beberapa ibadah wajib (mahdah) terdapat dorongan untuk menjadi kaya dan tidak miskin. Menunaikan zakat adalah sebuah perintah tidak langsung untuk menjadi kaya dan tidak terbelenggu menajdi miskin.Naik haji membutuhkan dana yang besar dan tidak dapat ditempuh oleh mereka yang miskin.

Tamparan realitas.

Umat isalam yang hidup di Nusantara mencapai 207 juta jiwa dari sekitar 230 juta total populasi penduduk. Maret 2009 Biro Pusat Statistik (BPS) mengumumkan sebanyak 32,5 juta penduduk Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan (Republika, 15/08/09) dan itu terbanyak adalah ummat Islam. Kemiskinan yang terjadi di Indonesia, identik dengan kemiskinan umat Islam, karena mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim” tutur Ketua MUI KH Amidhan (Republika, 15/08/09)

Mengapa dan bagaimana ini bisa terjadi? Fakta realitas juga dapat ditelusuri di bulan ramadhon dengan munculnya para pengemis yang memadati seluruh tempat peribadatan, khusus ibukota Jakarta. Padahal mereka adalah yang mengaku beragama Islam atau ummat Islam. Mengapa?

Janji pemerintah.

Pada berbagai kesempatan presiden sebagai pelaksana pemerintahan telah melakukan upaya. Dalam buku janji-janji SBY-JK: menabur kata, menuai bukti, Rudy S. Pontoh menyatakan. Kami akan berupaya menghapus kemiskinan. Kebijakan-kebijakan yang akan kami ambil adalah: memperbaiki mutu layanan pendidikan dan kesehatan dan meningkatkan akse penduduk miskin terhadap layanan-layanan tersebut; meningkatkan ketahanan pangan masyarakat; meningkatkan akses penduduk untuk memperoleh perumahan yang layak; memperbaik iklim usaha, sehingga mampu membuka peluang bekerja; revitalisasi pertanian dan aktivitas ekonomi pedesaan tempat penduduk miskin banyak bekerja dan bermukim; revitalisasi kelautan dan aktivitas ekonomi daerah pesisir; meningkatkan kuantitas dan kualitas infra struktur di pedesaan dan daerah terpencil; memperbaiki akses penduduk miskin pada sumber daya ekonomi; menerapkan kebijakan APBN dengan target penciptaan lapangan kerja, pengurangan pengangguran, dan pengurangan secara bertahap jumlah penduduk miskin.

Apresiasi peningkatan jumlah kemiskinan di Indonesia layak diberikan kepada duet pemerintahan SBY-JK. Namun apakah akan berlanjut di pemerintahan SBY-Boediono dengan terpaan kasus Cicak vs Buaya, Bank Century dan penyelesaian kasus diluar siding pengailan. Sesuatu yang jauh dari cara SBY-JK dahulu menangani beberapa kasus korupsi, contoh Besan beliah dalam aliran dana Bank Indonesia.

Pendekatan holistik

Kemiskinan berhubungan dengan kesalahan pemahaman tentang tauhid. Ketika pernyataan kemerdekaan bahwa Allah adalah pemilik alam semesta dan diberikan kepada Hambanya, menyatakan bahwa kita itu bukan dijadikan miskin. Keyakinan ini telah menggurita dikalangan ummat islam. Menerima bahwa miskin dan kemiskinan adalah takdir dari Allah yang tidak terbantahkan karna kita tercipta miskin.

Pada spiritual entrepreneurship bagaimana pendekatan pemberdayaan masyarakat berpusat pada mesjid sebagai sentral kehidupan. Membangun kekuatan waqaf untuk ummat Islam dan pemberian pinjaman tanpa bunga. Untuk lebih jelasnya silahkan lihat “Profile Baitul Muslimin MUZAKKI” di www.bmmuzakki.blogspot.com

Kebijakan ini di dukung oleh sebuah kesatuan gerak oleh MUI sebagai kekuatan fatwa dan acuan bergerak.

Penutup

Spiritual Entrepreneurship ini adalah sebuah penerjemahan ulang tentang bagaimana rasul membangun basis ekonomi di Madinah.

Tidak ada komentar: