Senin, September 22, 2008

wudhu sehat

Apakah wudhu kita telah memenuhi kaidah baik secara fikih maupun kesehatan.? Beberapa kesalahan yang tidak kita sadari dalam berwudhu. Pertama kita sering tergesa-gesa dalam melakukan wudhu, kedua tidak melakukan pemijatan atau pengusapan pada seluruh organ bagian wudhu’ ketiga sering tidak melakukan penyempurnaan hal ini mengakibatkan wudhu yang tidak sempurna dan juga tidak menyehatkan. Kemudian apa hubungan wudhu dengan kesehatan tubuh? Disinilah kebesaran Allah dan kasih sayang beliau kepada umat islam. Begitu indah dan subhanallah itu yang seharusnya keluar dari ucapan kita.

Wudhu adalah ibadah yang bersertakan dengan solat, wudhu menjadi wajib dan sarat mutlak untuk memulai ibadah solat. Wudhu mempunyai proses dari berkumur-kumur sampai mencuci kaki. Tata cara berwudu’ yang dinyatakan dalam alquran surat Almaidah ayat 6 yang berbunyi “ Wahai orang-orang yang beiman! Apabila kamu hendak melaksanakan solat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke dua mata kaki.

Jika kamu junub maka mandilah. Dan apabila kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air maka bertayamulah dengan debu yang baik (suci), usaplah wajahmu dan tanganmu dengan debu itu. Allah tidak ingin menyulitkanmu, tetapi dia hendak membersihkan kamu dan menyempurakan nikmatNya bagimu, agar kamu bersyukur.”

Dalam berwuduk terdapat sebuah terapi untuk kesehatan. Dimana kita melakukan pemijatan pada titik saraf di wajah, tangan, teliga, kaki. Akibat kualitas udara, polusi, pencemaran, kosmetika (khusus bagi kaum wanita) dan juga partikel-partikel radikal bebas yang menempel pada wajah dan kulit. Mengakibatkan kulit kusam dan terlihat tidak fres.

Penggunaan sepatu yang menjepit ujung kaki dan penggunaan kaos mempengaruhi kualitas kesehatan, terutama saraf-saraf ujung kaki. Kemudian penumpukan virus, kuman, pada kelenjer limpatik yang belum di hancurkan. Lambat laun memberikan pengaruh terhadap kualitas kesehatan.

Ilmu refleksi dan akupuntur yang berasal dari negeri cina pada akhir ini populer di masyarakat. Ilmu refleksi dan akupuntur menjelaskan bagian-bagian saraf tertentu yang berhubungan dengan organ-organ tertentu dalam tubuh manusia. Ujung-ujung saraf tersebut terdapat pada telapak tangan dan juga kaki. Pemijatan refleksi dan akupuntur dilakukan di sekitar telapak tangan dan juga kaki.

Melakukan ibadah wudhu adalah sekali dayung dua tiga pulau terlampaui dimana kita menjalankan ibadah dan sekaligus melakukan pemijatan refleksi dan akupuntur. Berikut ini ada beberapa hal yang menjadi perhatian kita bersama untuk mendapatka hasil yang maksimal kesempurnaan wudhu dan kesahatan prima.

Pada saat kumur-kumur, kita membasahi kedua mulut, dengan ini menghilangkan kuman-kuman yang berada pada mulut. Terdapat enzim-enzim pada ludah yang bersifat baik yang baik maupun yang buruk. Dengan berkumur-kumur kita mengeluarkan kuman-kuman dan menggantikan dengan air ludah yang baru. Kesan terapi ini memberikan kesegaran dalam mulut dan nafas yang tidak berbau tidak sedap.

Membersihkan hidung memberi kesan pembesihan hidung dari kuman-kuman.
Membasuh muka dan mengusapnya sebanyak tiga kali. Memberikan pemijatan pada wajah yang dapat membuang debu-debu yang melengket di wajah dan sekaligus melakukan pemijatan pada titik-titik aura dan titik laiinya. Pada membasuh muka kita dengan segaja melakukan pemijatan refleksi pada wajah. Pemijatan yang baik pada wajah adalah mengusap dari atas tepatnya di kening perlahan ke pipi dan diakhiri pada dagu.

Pada saat membasuh kedua tangan kita melakukan pemijatan. Pada saat ini yang paling bagus adalah membasuh mulai dari jari-jari sampai pada siku. Dalam membasuh ini kita telah melakukan pijak limatik pada tangan. Taksid-toksid yang berkumpul pada ujung-ujung jari dikirim pulang ke bagian pangkal tangan untuk di musnahkan.

Mengusap kepala adalah melakukan pemijatan pada saraf-sarar kepala yang berfungsi sebagai pelancaran peredaran darah pada kepala. Dan juga berfungsi sebagai pemijatan saraf-saraf ujung di kepala. Hal ini memberikan kesan menyenangkan ketika melakukan pemijatan.

Kemudian membasuh kelinga. Dengan membasuh teliga kita telah melakukan pemijatan untuk pencegahan penyakit kelumpuhan dan juga beberapa penyakit tertentu.
Mencuci kaki, pada saat mencuci kati kita mesti melakukan pemijaan bukan hanya membasuh begitu saja. Untuk memberikan kesan pijatan selingkan jari tangan pada jari kaki. Hal ini memberikan kesan pemijatan pada bagian otak, organ-organ penting tubuh lainnya.

Selamat mencoba dan mendapatkan kesehaan gratis dari aktivitas ibadah kita sehari-hari. Jangan lupa berdoa setiap membasuh bagian anggota tubuh untuk kesempurnaan nikmat Allah dalam tubuh kita yang sehat. Wallahu’alam bissawab.

Sholat dan produktifitas

Akhir-akhir ini banyak muncul kajian-kajian ilmiah dan berdasarkan sebuah penelitian yang sistematis tentang solat dan manfaatnya bagi umat islam. Kajian terbaru adalah solat dan hubungannya dengan kesehatan. Dan beberapa kajian lainnya tentang solat dan hubungan dengan kehidupan keseharian.

Sholat sebgai sebuah pembuktian kehambaan bagi seoran manusia terhadap rabnya. Spirit sholat sebagai sebuah tameg dari perbuatan keji dan mugkar (Q. S…..) baik secara individu maupun komunal, sistem dan kultural. Dimana solat yang dilakukan secara individu dan jamaah memberikan efek terhadap pembentukan perilaku.

Sholat adalah sebuah ibadah yang mendapatkan perlakuan khusus dari Allah SWT. Perintah solat Allah perintahkan ketika rasulullah melakukan isra’ dan mi’raj pada tanggal 27 rajab.

Mengungkap lebih jauh tentang peranan solat sebagai sebuah bentuk ukuran produktif, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Hal ini mendasarkan cara pandang tentang solat sebagai sebuah alat ukur kinerja seseorang. Secara konsisten dan didukung dengan fakta dan data yang akurat.dalam sebuah penilitan yang ilmiah. Hal inilah yang melandasi pemikiran apakah solat berhubungan dengan produktifitas atau tidak sama sekali? Atau saling mempengaruhi antara solat dengan produktifitas?

Produktifitas sebagai suabah pencapaian akan hasil kinerja seseorang terhadap apa yang menjadi tanggung jawabnya. Seseorang yang mampu untuk menghasilkan sesuatu malampui rata-rata umum maka ia dikatakan produktif. Produktif adalah hasil dari perilaku seseorang yang mampu memberikan nilai lebih dari kebanyakan. Sebagai contoh seorang penulis produktif adalah yang mampu menghasilkan tulisan 2 atau lebih sehari dan terbit pada media lokal maupun nasional. Dalam hal ini kita akan menjadikan solat sebgai sebuah standar ukuran produktifitas.

Solat sebagai sebuah ibadah diturunkan menjadi sebuah ukuran produktifitas, dibagi menjadi dua ukuran. Pertama secara kuantitatif, berdasarkan jumlah rakaat solat. Asumsi yang digunakan adalah solat wajib lima kali sehari sealam, subuh, zuhur, ashar,magrib dan isya. Jumlah rakaat solat wajib secara keseluruhan adalah 17 rakaat. Asumsi ini bisa ditambahkan dengan jumlah solat sunnah lainnya. Jumlah rakaat solat rawatib sbanyak 12 rakaat yang mengiringi solat wajib. Juga dapat ditambahkan dengan solat duha delapan rakaat. Untuk menjadikannya sebuah ukuran produktifitas mesti mengambil jumlah minimum yang dijadikan standar ukuran. Standar ukuran diambil 17 rakaat yang berdasarkan kepada jumlah rakaat solat wajib.

Seseorang yang tidak mampu mencapai standar minimum, maka dapat dikatakan kurang produktif. Kurang produktif adalah dimana kemampuan menghasilkan standar maksium tidak mampu dicapai.hal ini mengakibatkan kegagalan. Dalam perusahaan hal ini akan ditindak lanjuti dengan pemanggilan atau pemecatan. Bagi seseorang mampu menghasilkan melebihi standar minimum, maka dapat dikatakan sangat produktif.

Kemampuan produktifitas diatas standar minimum akan dihargai dengan bonus dan juga penghargaan lainnya. Pengukuran ini dapat dilakukan secara harian, mingguan, bulanan atau bahkan tahunan..

Dari ilustrasi grafik diatas dapat diartikan bahwa apabila seseorang melakukan solat rata-rata sebanyak 17 rakaat, maka tingkat produktifitas adalah stabil. Apabila kurang dari rata-rata kurang dari 17 rakaat maka tingkat produktifita rendah. Dan apabila rata-rata lebih dari 17 rakaat maka melampuai tingkat standar produktifitas. Hal ini secara kuantitas.

Pengukuran produktifitas dapat juga ditinjau dari segi kualilatif atau kualitas. Hal ini dibuktikan dengan standar ukuran yang memenuhi kriteria:
1. sejauh mana solat mengurangi perilaku kejahatan dan kriminal seseorang.
2. kemampuan untuk selalu tepat waktu

3. tingkat kecintaan terhadap dunia yang jauh.
Membuat ukuran secara kualitatif dapat dikatakan membutuhkan penjabaran yang jelas dan menggunkan indikator-indikator tertentu. Landasan menentukan sebuah ukuran kualitatif dapat dijabarkan berdasarkan ayat dalam surat yang berbunyi “sesungguhnya solat menjegah perbuatan keji dan mungkar.

Sebagai kesimpula terakhir bahwa solat bukan hanya sekedar sebuah kewajiban ansich terhadap umat islam. Namun ia mampu menjadi pementuk perilaku kearah keluruhan jiwa dan keagungan budi. Haruskah kita sebagai umat islam meninggalkan solat dan juga melalaikannya?