Jumat, Juni 28, 2013

Bajaj yang ketinggalan zaman di perkaderan HMI


Oleh: Muhammad Yunus, S.E[1]

Bajaj adalah angkutan lingkungan di daerah Jakarta. Memiliki warna orange dengan suara yang menggelegar dan memekakkan telinga. Mencari penumpang dekat pasar-pasar besar di Ibukota Jakarta. Keberadaan Bajaj sangat membantu transportasi masyarakat untuk mengangkut aneka keperluan.
Pada tulisan kali ini Bajaj diambil sebagai sebuah analogi untuk bisa menjelaskan bagaimana sebuah proses training di Himpunan Mahasiswa Islam. Pentrainingan di HMI memiliki jenjang dari Latihan Kader I sampai Latihan Kader III. Pertumbuhan LK seiring dengan pertumbuhan dari organisasi setingkat. LK I adalah kewajiban dari Pengurus Komisariat. Latihan Kader II adalah kewajiban dari Pengurus Cabang dan Latihan Kader III adalah kewajiban dari Pengurus Badko dan PB HMI.
Untuk melaksanakan LK yang menjadi pengatur dan memenaj adalah Badan Pengelola Latihan mulai dari tingkat cabang sampai PB HMI yang bernama Bakornas BPL. Pada saat training berlangsung BPL mengeluarkan Surat Keputusan Team Pengelola untuk melaksanakan pentrainingan.
Pola pentrainingan yang bergerak stagnan menjadikan hasil out put perkaderan tidak mengalami peningkatan apa-apa. Malah semakin menurun kualitas dan kuantitas dari tahun ke tahun. Bajaj yang telah lama digunakan mengalami keausan berbagai onderdil. Dan mengalami kerusakan dimana-mana. Terkadang tidak memiliki suku cadang dan terpaksa di kanibal[2].
Supir Bajaj adalah orang yang ahli membawa bajaj. Dalam training disebut dengan Master Of training. Seorang master of training mengelola tiga roda utama pelatihan. Yakni Peserta pelatihan yang merupakan warga belajar dari berbagai daerah jika pada LK II dan LK III, sedangkan pada Latihan Kader I berasal dari berbagai jurusan dan perguruan tinggi. Untuk roda kedua dan ketiga adalah Panitia Pelaksana dan Team Pengelola.
Peserta adalah ban depan yang akan membuka jalan kemasa depan. Sedangkan ban belakang adalah roda yang mendorong ban depan untuk bergerak maju mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan ini ada dalam aturan Konstitusi HMI khususnya dalam pedoman perkaderan.
Menarik dari sebuah Bajaj, dimana ia mampu untuk berjalan mundur. Hal ini sering terjadi diperkaderan hampir di diberbagai level dan waktu kesempatan. Berjalan mundurnya ini adalah dimana Panitia dan pengelola yang maju dan mampu menambah kualitas diri. Sedangkan pada peserta tidak dan malah mengalami pengurangan kualitas.
Bagi pengelola membaca dan menganalisa peserta, bacaan dan perkembangan training hari demi hari adalah kewajiban untuk menjadikan training memiliki standar kualitas mutu training. Sedangkan bagi panitia belajar bagaimana mengelola sebuah kegiatan yang berdurasi 6 hari ditambah pra dan sesudah training dengan membuat laporan pertanggungjawaban.
Roda depan Bajaj adalah yang akan menentukan kemana arah yang mesti dituju. Jika pada Latihan kader I maka ia akan menjadi roda depan dalam berbagai kegiatan di tingkat komisariat dan juga beberapa program kerja di cabang. Setelah itu ia akan menjadi gada depan kepengurusan di tingkat Komisariat. Sedangkan untuk Training LK II mereka dipersiapkan menggerakkan organisasi dari tingkat komisariat, cabang, BPL dan lembaga kekaryaan.
Yang menjadi persoalan adalah kualitas peserta, pengelola dan panitia yang sering mengalami pecah ban. Kok bisa? Hal ini tidak terlepas dari kemampuan organisasi mengelola sumber daya yang dimiliki. Sejarah panjang keberadaan HMI telah menjadi modal social yang selayaknya menjadikan Bajaj dengan kekuatan Listrik atau menggunakan energy alternative yang tidak mahal. Sebab BBM sekarang naik dan menghabiskan banyak sumbe daya.
Sudah saatnya inovasi dan metode baru diHMI yang mampu menggunakan sumber daya efektif, efisien dan ramah lingkungan. Jika tidak maka beribu Latihan Kader I, beratus LK II dan puluhan LK III menjadi “Minyak abih, samba tak lamak” atau “ Kojo co Kojo, Kobia co Kobia.”  


[1] Master of Training di LK II HMI Cab. Payakumbuh pada tanggal 21-27 Juni 2013
[2] Kanibal adalah proses pergantian suku cadang Bajaj dengan suku cadang diluar Bajaj. Hal ini berguna untuk dapat menjalankan Bajaj. Jika tidak dilakukan maka Bajaj tidak dapat melayani penumpang.