Jumat, Juli 24, 2015

Indikator Keberkahan Usaha

Catatan harian seorang pedagang 17

Pendekatan manajemen IHSAN yang dimulai dengan niat berusaha karena Allah Swt dan menjadikan bagian dari pengabdian kepadaNya. Kemudian bermuara pada Norma (akhlaq) yang baik kepada Allah, manusia, sosial, lingkungan. Hal ini menjadi standar kesuksesan usaha dan orang yang terlibat dalam usaha. Baik investor yang menanamkan modal, pemilik perusahaan dan seluruh elemen pekerja dalam usaha dan keluarga masing-masing.

Kesuksesan dalam aplikasi manajemen Ihsan menjadi daya ungkit keberkahan usaha. Hal ini dapat diukur dari berbagai indikator yang memberikan gambaran secara menyeluruh dan lebih utuh. Indikator ini membutuhkan penelitian lebih detail dengan pendekatan standar ilmiah akademik. Namun secara umum dapat dilihat secara kasat mata dan menjadi pengalaman (tacit knowledge) yang beredar dalam dialog dan diskusi di beberapa forum.

Pertama, terjaganya setiap pengelola dari syirik dan berkeyakinan bahwa kemampuan diri dan ilmu yang mendatangkan kesuksesan dengan izin Allah Swt. Sikap ini menjadikan semua segala sesuatu terjadi atas kekuasaan Allah swt. Karena setiap yang melakukan kebaikan akan dibalas dengan kebaikan setimpal dan dilipatgandakan. Sedangkan yang mengerjakan keburukan akan dibalas dengan keberukan yang setimpal. Pemahaman tentang sunnatullah menjadikan setiap orang yang terlibat dalam usaha memaksimalkan tindakan-tindakan kebaikan. Baik dari sisi operasional usaha, kualitas produk, pelayanan.

Kedua, terjaganya shalat berjamaáh bagi setiap orang yang terlibat dalam. Usaha yang menjadikan sebagi bentuk pengabdian kepada Allah swt. Menjadikan shalat berjamaah sebagai sebuah budaya bersama. Dengan melaksanakan ibadah shalat berjamaah, proses penyelarasan keimanan dengan perbuatan dalam bermuálah terus terjaga dari waktu kewaktu. Setiap pekerjaan didesain sedemikian rupa untuk tidak menggangu proses shalat berjamaah. Dan setiap selesai maka ada proses penguatan keilmuan dan keimanan untuk memperbaiki kualitas hidup diri, keluarga dan usaha.

Ketiga, Komunikasi saling mengingatkan dan menasehati untuk kebaikan hidup dan usaha. Proses ini terjadi setelah proses shalat berjamaah dan diimplementasikan dalam berbagai rapat usaha dan berbagai pertemuan. Seetiap individu memberikan masukan untuk mengingatkan untuk tidak tergelincir dalam perbuatan tidak jujur, melakukan manipulasi dan menyia-nyiakan kesempatan untuk berbuat terbaik bagi diri dan usaha tempat bermuámalah secara bersama.

Keempat, Akuntabilitas keuangan dengan transaksi yang tercatat. Usaha dengan prinsip kepercayaan dari investor dan pemasok dengan pembayaran yang tepat waktu dan semua transaksi dibukukan. Hal ini mendatangkan kepercayaan baru dan investasi lebih besar untuk peningkatan kapasitas usaha dan perluasan pasar. Setiap individu yang terlibat tidak merasa terzhalimi atas sistem keuangan, sebab masing-masing saling berserikat untuk membesarkan usaha. Hak dari masing-masing tidak dimanipulasi dan dibayarkan sesuai dengan kapasitas dan kontribusi yang diberikan kepada usaha.

Kelima, Peningkatan usaha, baik dari skala usaha, dan peningkatan keterampilan dan kapasitas orang yang terlibat. Terjadi perkembangan usaha, baik dari aspek peningkatan produksi, lahirnya produk baru. Sedangkan pada sisi manajemen sumber daya insani terjadi peningatan pendidikan, keterampilan dan kecakapan untuk mengelola usaha dan menjalan tugas dan tanggungjawab masing-masing.

Keenam. Perbaikan kualitas iman yang terlacak dalam aspek perilaku berfikir, bertindak, berkomunikasi, berucap dan bekeluarga. Usaha yang berlandaskan kepada ketetapan Allah Swt, menjadi tempat penyemaian keimanan dalam setiap pikiran orang yagn terlibat. Dimana individu merasa diawasai oleh Allah Swt, mengerjakan pekerjaan dan menyelesaikan tanggungjawab bukan karena diawasi oleh atasan atau pengawas. Tidak menyia-nyiakan waktu dan kapasitas diri dengan melakukan perbuatan sia-sia. Pada konteks komunikasi tidak terlihat bahasa yang merendahkan derjat kemanusian menjadi binatang. Komunikasi yang memberikan apresiasi kepada kebaikan dan nasehat memperbaiki diri ketika melakukan kesalahan. Dan pemaafan atas kealfaan dan hukuman adil terhadap kesalahan.

Ketujuh. Harmoni keluarga merupakan cerminan dari kualitas pribadi orang yang berada dalam usaha. Dimana berusaha tidak menelantarkan tanggungjawab masing-masing individu untuk menafkahi keluarga. Memberikan nafkah yang halal dan baik dari bagi hasil bagi investor, gaji dan bonus bagi pekerja dan mengeluarkan zakat, infak dan sedekah dalam berbagai program, baik dilakukan oleh manajemen usaha maupun diserahkan kepada entitas lainnya. Usaha menjadi tempat yang memberikan ruang bagi setiap individu beserta keluarga berinteraksi dan saling menguatkan. Hal ini terlihat dari kegiatan family ghatering (pertemuan keluarga) setiap orang yang terlibat dalam usaha.

Kedelapan, Menebar Manfaat Sosial & Lingkungan. Indikator ini menjadikan usaha tidak sekedar mengejar keuntungan materi, namun juga mampu memberikan manfaat sosial bagi masyarakat sekitar. Tidak menjadi bagian pencipta konflik sosial yang sebelumnya harmoni. Sedangkan pada aspek lingkungan usaha tidak merusak lingkungan dengan pencemaran air tanah, sungai dan udara. Melakukan perbaikan lingkungan setelah memanfaatkan sumber daya alam. Pemilik usaha dan investor saling menguatkan untuk melakukan kegiatan menebar manfaat sosial dan memperbaiki lingkungan.

Kesembilan, Produk yang berkualitas. Usaha yang dijalankan adalah menghasilkan produk yang memiliki kualitas dan manfaat bagi pengguna. Tidak melahirkan produk yang tidak memenuhi standar kualitas. Hal ini menjadikan produk usaha menjadi bagian tidak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat. Ia selalu dapat memabantu orang untuk memenuhi kebutuhan, menyelesaikan masalah dan berbagai kebutuhan entitas usaha lainnya.

Semua indikator turunan ini menjadi bagian dari daya ungkit keberkahan usaha. Pencapaian tertinggi seseorang dan komunal adalah kualitas ketaqwaan. Hal ini mendatangkan rezki yang tidak disangka-sangka. Juga mendatangkan jalan keluar dari setiap persoalan. Sebagaimana analagi jari jemari yang saling melengkapi satu sama lain dalam melakukan berbagai aktivitas. Begitu juga dengan orang yang terlibat dalam usaha.