Jumat, Juni 24, 2011

Bank Sentral Bagian Baitul Maal


Oleh: Muhammad Yunus

Sejarah Baitul Maal

Baitul mal adalah suatu model pengelolaan kekayaan Negara versi Islam. Pengelolaan Baitul Maal memiliki peranan penting dalam implementasi ibadah dalam bidang muamalat dalam Islam.  Baitul Maal berperan sebagai tata kelola keuangan, kekayaan, perbendaharaan Negara yang bersumber dari Zakat, Infak, Sedekah, Wakaf, Fai, Kharaj, Jizyah.

Prinsip pengelolaan Baitul Maal yang sangat luas dan komprehensif. Memiliki prinsip yang berdasarkan keyakinan bahwa semua kekuasaan, termasuk hak akan harta benda di semesta alam, adalah milik Allah, sedangkanmanusia adalah khalifah-Nya dibumi dan hanya memiliki benda-benda ini untuk sementara. Ada tiga macam Baitu Mal: 1. Baitul Mal al Khas 2. Baitul Mal 3. Baitul Mal al Islamin.

Baitul mal al Khas ini adalah perbendaharaan kerjaan atau dana rahasia, dengan sumber pendapatan dan unsur pengeluaran sendiri. Pengeluaran-pengeluaran itu antara lain pengeluaran pribadi khalifah, istana pensiun anggota keluarga raja, pengawal istana dari para khalifah kepada pangeran asing. Pengelolaan pada baitul maal al Khas berperan untuk pengelolaan operasional pemerintahan.

Baitul maal adalah sejenis bank negara untuk kerajaan. ini tidak berarti bahwa ia memiliki semua fungsi bank sentral dewasa ini, tetapi fungsi yang terdapat dalam bentuk sederhana pengelolaan. Kisah Umar bin Khattab ketika melakukan patroli pada malam hari untuk melihat warga Negara madinah. Ketika Umar mendapati seorang Ibu yang sedang memasak batu untuk anaknya yang sedang kelaparan. Suara tangisan dan pertanyaan apakah makanan telah masak terus menyanyat hati sang khalifah (kepala Negara). Umar mengambil Gandum, minyak zaitun dan juga daging dari perbendaharaan Baitul Maal untuk wanita dan anak-anak yang kelaparan.

Baitul maal pada awalnya bertempat di dekat mesjid utama. Penanggungjawab pada tingkat pusat di kelola oleh Qadi.

Unsur yang didepositokan dalam baitul mal adalah (1) sadaqah atau pendapatan zakat (2) Ghanimah (rampasan perang (3) Fai yaitu kharaj dan Jizyah

Bank Central

Melihat dari berbagai hal tentang Bank Central yang meliputi kewenangan dan kewajiban dapat di katakan Bank Sentral sebagai Baitul Maal dalam bidang pengelolaan keuangan. M.A Manan dalam bukunya Ekonomi Islam dari Teori ke Praktek mengilustrasikan bahwa Baitul Maal adalah Bank Sentral. Dimana tanggungjawab Bank Central adalah mengumpulkan Zakat, Infak Shadaqah, Fai yang terdiri dari Kharaj dan Jizyah.

Dalam pengelolaanya Bank Central dapat membentuk sebuah lembaga khusus yang menangai tentang pemungutan zakat. Dalam konteks Indonesia dinamakan Dirjen zakat seperti Dirjen Pajak. Sedangkan untuk Fai maka di bentuk Dirjen Fai dan beberapa Dirjen yang bertanggung jawab atas pengelolaan sumber dan pembangian.

Masing-masng dirjen memiliki kekhasan dan keunikan tersendiri dalam pengelolaan. Dirjen zakat sebagai lembaga pengumpul zakat, pengelola dan penyalur zakat memiliki aturan yang jelas sebagai bentuk proteksi bagi asnaf yang delapan. Landasan ini termaktub dalam Q.S Attaubah ayat 60. Namun berbeda dengan Dirjen Wakaf, Infak, dan Shaqah yang penggunaan memiliki kekhusasan tesendiri.

Dalam kerangka bernegara Bank Central bagian dari Baitul Maal adalah lembaga relugasi, pengelola system fiscal. Mengatur bagaimana perputuran keuangan tidak terjadi penyimpangan dan bertumpuknya kekayaan pada satu orang atau kelompok. Kemudian Bank Central memiliki peranan dalam menyelesaikan persoalan-persoalan distribusi keuangan dari tingkat pusat ke daerah.

Pada masa khalifah Umar bin Khattab dimana beliau menerima  perbendaharaan Baitul Maal dari Mesir. Beliau meminta bahwa harta tersebut di bagi kembali sesuai dengan peruntukan di Mesir dan bukan di sector Baitul Maal Pusat. Dalam kasus ini terlihat bahwa Umar bin Khattab memiliki kebijakan untuk tidak menumpuk harta di pusat namun mendistribusikannya di daerah pemungutan.

Berkaca dari apa yang telah dilakukan oleh Umar bin Khattab dan juga tata kelola keuangan dalam Islam. Terdapat sebuah kegalauan melihat tata kelola keuangan di Indonesia, dimana 88% ummatnya adalah Muslim. Namun tata kelola keuangan belum menunjukkan bahwa Baitul Maal sebagai keniscayaan tidak berlaku bagi ummat.

Bagaimanakah kita akan menerapkan Bank Indonesia layaknya Baitul Maal dalam bidang keuangan? Jawaban ini dapat kita temukan dalam mata kuliah Islamic Public Finance di Pascasarjana Magister Ekonomi Syariah Universitas Azzahra.

Powered by:
Magister Ekonomi Syariah
Univ. Azzahra
Jl. Jatinegara Barat no. 144

Jumat, Juni 17, 2011

Memimpin Diri


Oleh: Muhammad Yunus

Setiap langkah kaki yang diayunkan. Setiap nafas yang berhembus. Setiap detak jantung yang berdetak. Setiap lintasan pikiran yang bergerak. Setiap gejolak rasa yang mengharu. Setiap kata uang terucap. Tiap setuatu dalam diri kita membutuhkan sebuah keputusan, arahan, kendali, perhatian. Seperti ayunan langkah kaki yang membawa kita kemana kehendak, maka ia membutuhkan arahan tujuan yang akan dicapai. Ketika berangkat pergi kerja. Maka kaki ia akan mengayun melangkah menuju halte, menaiki kendaraan, turun dan berjalan.

Bagaimana kecepatan langkah yang diayunkan. Bagaimana gaya berjalan dan sepatu yang mana digunakan. Dalam setiap bagian terkecil dalam aktivitas kehidupan kita membutuhkan sebuah keputusan, arahan, kendali, perhatian. Aktivitas-aktivitas tersebut telah menjadi sebuah kebiasaan dalam kehidupan kita. Setiap langkah adalah hasil dari keputusan. Namun akan menjadi berbeda ketika menghadapi beberapa permasalahan besar dalam kehidupan. Seperti memilih kuliah, kerja atau wirausaha, menikah dengan siapa dan keluar dari tempat kerja.

Semua peran-peran tersebut membutuhkan kepemimpinan diri. Perjalanan kehidupan harus mengambil keputusan demi keputusan. Setiap keputusan membutuhkan arahan untuk mencapai tujuan. Membutuhkan kendali dan perhatian untuk hidup lebih bahagia dan bermakna.

Mencapai pada kemampuan memimpin diri sendiri Richard W. James menyatakan ada tiga hal dasar untuk mencapai personal leadership.

Pertama. Memiliki prinsip (principle-centered)

Prinsip adalah sebuah konsepsi nilai-nilai yang melekat dalam kehidupan diri. Prinsip menentukan sikap dalam menyikapi persoalan yang hadir setiap saat. Ketika tidak memiliki prinsip maka seseorang akan mudah diombang ambing oleh respond an stimulus yang hadir setiap saat. Seperti penggunaan HP sebagai komunikasi. Ketika prinsip sesorang HP sebagai alat penunjang pekerjaan, maka ia akan menggunakan HP dengan spesifikasi memudahkan pekerjaan. Namun berbeda ketika prinsip hidupnya adalah gaya dan model, maka penggunaan HP akan mengikuti perkembangan yang ada.

Dalam dunia kerja, prinsip ini akan membedakan seseorang karyawan dengan karyawan lainnya. Umpama si Boy berprinsip bahwa kerja adalah memberikan terbaik sesuai dengan kemampuan. Maka ia bekerja dengan etos kerja bagus, kinerja yang bagus dan kemauan untuk belajar dan mengembangkan diri. Namun Si Man berprinsip bahwa kerja adalah mendapatkan upah. Maka bekerja ia akan melihat berapa besar upah atau gaji yang ia dapat. Kinerja berdasarkan bonus dan penghargaan.

Dan prinsip adalah panduan utama dalam memimpin diri sendiri.

Kedua. Memiliki sikap (attitude-driven)

Sikap lahir dari prinsip yang diyakini. Dengan contoh penggunaan HP diatas, maka sikap seorang yang menjadikan HP sebagai penunjang pekerjaan akan berbeda ketika sikap yang menjadikan HP sebagai gaya hidup. Sikap adalah bentuk luar dari prinsip hidup. Sikap positif lahir dari prinsip hidup yang positif dan sikap negative lahir dari prinsip negative. Dalam pergaulan sikap menentukan seseorang diterima atau di tolak oleh sebuah komunitas tertentu.

Dalam studi terbaru kesuksesan seseorang ditentukan oleh 80% sikap hidupnya. Namun kita jarang untuk menelisik sikap-sikap ketika merespon sesuatu. Umpama dalam hal sampah, kita yang memiliki prinsip bahwa kebersihan adalah baik, maka tidak akan membuang sampah sembarangan, walau sampah tisu yang digunakan diatas angkot.

Ketiga. Memiliki komitmen untuk melaksanakan (practice-commited)

Setelah mengetahui prinsip hidup dan melahirkan sikap demi sikap yang terus menerus. Maka langkah terakhir adalah komitmen untuk melakanakan prinsip hidup. Komitmen adalah bagian untuk membentuk sebuah perilaku. Dalam memaksimalkan prinsip baru untuk memimpin maka dibutuhkan komitmen pelaksanaan. Seumpama ketika kita berprinsip bahwa hidup mesti disiplin sebagai prinsip baru. Maka dibutuhkan komitmen untuk datang tepat waktu. Komitmen untuk mengerjakan pekerjaan tepat waktu. Tidak menunda-nunda pekerjaan.
Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan mempertanggungjawabkan kepemimpinan (H Riwayat Bukhari Muslim) Maka memimpin diri sendiri adalah hal utama sebelum memimpin ke luar diri sendiri. Semoga  bermanfaat untuk hidup lebih berbahagia dan bermakna.

Sabtu, Juni 11, 2011

Dari Pengemis Intelektual ke Wirausaha Intelektual


Menjadi kaum intelektual adalah cita-cita kemulian dalam strata social di Indonesia. Dalam paradigm religious manusia yang berpengetahuan atau kaum intelektual adalah strata tertinggi dalam Islam. Allah menyebut kaum intelektual dalam Alqur’an adalah ulul albab, sering diartikulasikan sebagai ahli berfikir atau ilmuan. Islam juga memberikan landasan ruhiyah, metodologi yang di kuatkan dengan kata iqra. Kata iqra menjadi momentum awal bahwa beragama itu mesti memiliki kemampuan dalam mengolah realitas dalam bentuk ilmu pengetahuan.

Ilmu pengetahuan di dapat dari rangkaian proses pembelajaran sepanjang masa. Tidak semua orang memiliki kemauan kuat untuk terus memaksimalkan untuk belajar. Tidak semua orang mempunyai kemauan yang kuat untuk mendayagunakan akal untuk belajar. Di Indonesia proses pembelejaran dimulai dari Pendidikan Usia Dini sampai Perguruan Tinggi. Proses belajar menelan waktu 17 tahun untuk sampai pada jenjang Perguruan Tinggi. 

Menjadi mahasiswa adalah pilihan terbaik dan kesempatan terbatas untuk masyarakat Indonesia. Tingginya biaya pendidikan menjadikan kesempatan untuk kuliah adalah kesempatan langka. Dari laporan Dirjen Perguruan Tinggi bahwa dari 30 orang murid SD, maka tidak sampai 50% atau 15 orang yang melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Hal ini disebabkan oleh tingginya biaya pendidikan dan tuntunan ekonomi untuk melanjutkan hidup.

Kaum intelektual dalam lintas sejarah panjang Indonesia mengambil peranan melakukan perubahan demi perubahan. Mulai dari kemerdekaan Indonesia yang dipelopori oleh kaum pemuda yang mendapat pendidikan baik yang diselenggarakan oleh Belanda maupun oleh Jepang. Revolusi yang bergulir dan terakhir adalah reformasi yang dimotori oleh kaum intelektual kampus.

Pergerakan waktu dan tuntunan zaman yang berubah dinamis. Memberikan tantangan berbeda bagi kaum intelektual kampus. Bukan hanya sebagai agent of change namun juga sebagai agent of development. Kaum Intelektuan kampus di tuntut untuk memberikan soluli kreatif produktif untuk menyelesaikan benang kusut pengangguran. Benang kusut ini terlihat dari tidak tersedianya lapangan pekerjaan untuk kaum intelektual yang lahir setiap tahun dari Perguruan Tinggi.

Ada dimensi yang hilang dalam sisi intelektual hari ini, dimana kaum intelektual kehilangan dimensi kekayaan intelektual. Kekayaan yang mampu menciptakan nilai lebih atas ilmu yang di terima selama pendidikan di Perguruan Tinggi. Kaum intelektual perguruan tinggi seakan kehilangan kemampuan berdiri atas skill, pengetahuan keilmuan. Hal ini sebabkan terjadi factor. Pertama pendangkalan intelektual. Hal ini ditandai oleh sedikitnya karya intelektual kampus dalam bidang penulisan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Kedua motivasi kuliah hanya sekedar mendapatkan ijazah dengan Indeks Prestasi Kumulatif secukupnya. Kuliah hanya sekedar formalitas dating dan pergi. Ketiga. Kualitas pengelolaan Perguruan Tinggi. Banyak kampus hanya menyediakan proses pembelajaran dan pembentukan intelektual kampus instan.

Dari beberapa factor diatas menciptakan aneka penyakit intelektual kampus. Penyakit ini melahirkan sebuah virus yang mengganas bagi bangsa ini terutama dengan munculnya para pegangguran Intelektual. Data terakahir menunjukkan bahwa hampir dari 80% lulusan perguruan tinggi tidak diserap oleh pasar tenaga kerja. Penyakit itu adalah mentalias pengemis. Mentalitas ini menjadi budaya kaum intelektual kampus yang mampu untuk meminta pekerjaan dengan keilmuan dan skill yang di dapat di perguruan tinggi.

Dari penyakit ini apakah obat terbaik untuk mengurangi dampak virus pengemis Intelektual? Banyak obat yang dapat digunakan, salah satunya adalah mentalias pengusaha. Wirausaha adalah sebuah bentuk mental yang mendorong seseorang untuk memberikan nilai lebih dalam kehidupan. Mentalitas wirausaha intelektual dapat dilakukan beberapa tahap dalam perguruan tinggi diantaranya.

1.      Pembentukan aspek skill dan pengetahuan dari Perguruan Tinggi.
Pembentukan ini dimulai dari pemberian kurikulum yang mampu mewujudkan mentalitas wirausaha Intelektual. Beberapa perguruan tinggi telah memasukkan mata kuliah kewirausahaan. Sebagian Perguruan tinggi memberikan pada tahun pertama perkuliahan, dan sebagian pada tahun terakhir perkuliahan. Dari sisi ini perguruan tinggi beperan dalam memberikan pengetahuan dasar tentang wirausaha bagi intelektual kampus.
2.      Dukungan aspek keuangan dari pihak ketiga diantara berupa industri atau perbankan.
Dukungan ini berupa dukungan modal untuk menjalankan wirausaha intelektual. Banyak usaha yang telah dirintis oleh kaum intelektual kampus tenggelam diakibatkan ketiadaan modal usaha yang mudah dan murah untuk menopang usaha.
3.      Dukungan aspek pemasaran dan pembinaan dari pihak pemerintah
Jaminan aspek pasar dan daya serap pasar menjadi bagian dari memaksimalkan wirausaha intelektual kampus. Sedangkan dari pihak pemerintah melakukan pembinaan lewat Dinas Terkait.

Masih panjang mewujudkan wirausaha Intelektual untuk menyelesaikan kusutnya pengangguran intelektual yang lahir dari mentalitas pengemis dalam lingkungan intelektual kampus.

Siapkah Anda menjadi wirausaha Intelektual?