Jumat, Juli 24, 2015

Indikator Keberkahan Usaha

Catatan harian seorang pedagang 17

Pendekatan manajemen IHSAN yang dimulai dengan niat berusaha karena Allah Swt dan menjadikan bagian dari pengabdian kepadaNya. Kemudian bermuara pada Norma (akhlaq) yang baik kepada Allah, manusia, sosial, lingkungan. Hal ini menjadi standar kesuksesan usaha dan orang yang terlibat dalam usaha. Baik investor yang menanamkan modal, pemilik perusahaan dan seluruh elemen pekerja dalam usaha dan keluarga masing-masing.

Kesuksesan dalam aplikasi manajemen Ihsan menjadi daya ungkit keberkahan usaha. Hal ini dapat diukur dari berbagai indikator yang memberikan gambaran secara menyeluruh dan lebih utuh. Indikator ini membutuhkan penelitian lebih detail dengan pendekatan standar ilmiah akademik. Namun secara umum dapat dilihat secara kasat mata dan menjadi pengalaman (tacit knowledge) yang beredar dalam dialog dan diskusi di beberapa forum.

Pertama, terjaganya setiap pengelola dari syirik dan berkeyakinan bahwa kemampuan diri dan ilmu yang mendatangkan kesuksesan dengan izin Allah Swt. Sikap ini menjadikan semua segala sesuatu terjadi atas kekuasaan Allah swt. Karena setiap yang melakukan kebaikan akan dibalas dengan kebaikan setimpal dan dilipatgandakan. Sedangkan yang mengerjakan keburukan akan dibalas dengan keberukan yang setimpal. Pemahaman tentang sunnatullah menjadikan setiap orang yang terlibat dalam usaha memaksimalkan tindakan-tindakan kebaikan. Baik dari sisi operasional usaha, kualitas produk, pelayanan.

Kedua, terjaganya shalat berjamaáh bagi setiap orang yang terlibat dalam. Usaha yang menjadikan sebagi bentuk pengabdian kepada Allah swt. Menjadikan shalat berjamaah sebagai sebuah budaya bersama. Dengan melaksanakan ibadah shalat berjamaah, proses penyelarasan keimanan dengan perbuatan dalam bermuálah terus terjaga dari waktu kewaktu. Setiap pekerjaan didesain sedemikian rupa untuk tidak menggangu proses shalat berjamaah. Dan setiap selesai maka ada proses penguatan keilmuan dan keimanan untuk memperbaiki kualitas hidup diri, keluarga dan usaha.

Ketiga, Komunikasi saling mengingatkan dan menasehati untuk kebaikan hidup dan usaha. Proses ini terjadi setelah proses shalat berjamaah dan diimplementasikan dalam berbagai rapat usaha dan berbagai pertemuan. Seetiap individu memberikan masukan untuk mengingatkan untuk tidak tergelincir dalam perbuatan tidak jujur, melakukan manipulasi dan menyia-nyiakan kesempatan untuk berbuat terbaik bagi diri dan usaha tempat bermuámalah secara bersama.

Keempat, Akuntabilitas keuangan dengan transaksi yang tercatat. Usaha dengan prinsip kepercayaan dari investor dan pemasok dengan pembayaran yang tepat waktu dan semua transaksi dibukukan. Hal ini mendatangkan kepercayaan baru dan investasi lebih besar untuk peningkatan kapasitas usaha dan perluasan pasar. Setiap individu yang terlibat tidak merasa terzhalimi atas sistem keuangan, sebab masing-masing saling berserikat untuk membesarkan usaha. Hak dari masing-masing tidak dimanipulasi dan dibayarkan sesuai dengan kapasitas dan kontribusi yang diberikan kepada usaha.

Kelima, Peningkatan usaha, baik dari skala usaha, dan peningkatan keterampilan dan kapasitas orang yang terlibat. Terjadi perkembangan usaha, baik dari aspek peningkatan produksi, lahirnya produk baru. Sedangkan pada sisi manajemen sumber daya insani terjadi peningatan pendidikan, keterampilan dan kecakapan untuk mengelola usaha dan menjalan tugas dan tanggungjawab masing-masing.

Keenam. Perbaikan kualitas iman yang terlacak dalam aspek perilaku berfikir, bertindak, berkomunikasi, berucap dan bekeluarga. Usaha yang berlandaskan kepada ketetapan Allah Swt, menjadi tempat penyemaian keimanan dalam setiap pikiran orang yagn terlibat. Dimana individu merasa diawasai oleh Allah Swt, mengerjakan pekerjaan dan menyelesaikan tanggungjawab bukan karena diawasi oleh atasan atau pengawas. Tidak menyia-nyiakan waktu dan kapasitas diri dengan melakukan perbuatan sia-sia. Pada konteks komunikasi tidak terlihat bahasa yang merendahkan derjat kemanusian menjadi binatang. Komunikasi yang memberikan apresiasi kepada kebaikan dan nasehat memperbaiki diri ketika melakukan kesalahan. Dan pemaafan atas kealfaan dan hukuman adil terhadap kesalahan.

Ketujuh. Harmoni keluarga merupakan cerminan dari kualitas pribadi orang yang berada dalam usaha. Dimana berusaha tidak menelantarkan tanggungjawab masing-masing individu untuk menafkahi keluarga. Memberikan nafkah yang halal dan baik dari bagi hasil bagi investor, gaji dan bonus bagi pekerja dan mengeluarkan zakat, infak dan sedekah dalam berbagai program, baik dilakukan oleh manajemen usaha maupun diserahkan kepada entitas lainnya. Usaha menjadi tempat yang memberikan ruang bagi setiap individu beserta keluarga berinteraksi dan saling menguatkan. Hal ini terlihat dari kegiatan family ghatering (pertemuan keluarga) setiap orang yang terlibat dalam usaha.

Kedelapan, Menebar Manfaat Sosial & Lingkungan. Indikator ini menjadikan usaha tidak sekedar mengejar keuntungan materi, namun juga mampu memberikan manfaat sosial bagi masyarakat sekitar. Tidak menjadi bagian pencipta konflik sosial yang sebelumnya harmoni. Sedangkan pada aspek lingkungan usaha tidak merusak lingkungan dengan pencemaran air tanah, sungai dan udara. Melakukan perbaikan lingkungan setelah memanfaatkan sumber daya alam. Pemilik usaha dan investor saling menguatkan untuk melakukan kegiatan menebar manfaat sosial dan memperbaiki lingkungan.

Kesembilan, Produk yang berkualitas. Usaha yang dijalankan adalah menghasilkan produk yang memiliki kualitas dan manfaat bagi pengguna. Tidak melahirkan produk yang tidak memenuhi standar kualitas. Hal ini menjadikan produk usaha menjadi bagian tidak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat. Ia selalu dapat memabantu orang untuk memenuhi kebutuhan, menyelesaikan masalah dan berbagai kebutuhan entitas usaha lainnya.

Semua indikator turunan ini menjadi bagian dari daya ungkit keberkahan usaha. Pencapaian tertinggi seseorang dan komunal adalah kualitas ketaqwaan. Hal ini mendatangkan rezki yang tidak disangka-sangka. Juga mendatangkan jalan keluar dari setiap persoalan. Sebagaimana analagi jari jemari yang saling melengkapi satu sama lain dalam melakukan berbagai aktivitas. Begitu juga dengan orang yang terlibat dalam usaha.

Rabu, Maret 11, 2015

Asa Menjadi Pengusaha Makanan Jepang



Catatan harian seorang pedagang 5

Arif begitu nama panggilan ia biasa disapa oleh para sahabat pedagang di Pujasera STIE Indoensia Banking School. Ia memulai usaha membuat makanan khas jepang berupa daging ayam terioki dan juga nasi jepang. Masih muda dan merupakan tamatan DIII Bina Sarana Informatika.
Sebelum menjadi pengusaha yang dimulai dari kantin yang kecil. Ia sebelumnya memiliki pengalaman delapan tahun menjadi bagian dari restoran jepang. Beberapa bagian dalam manajemen restoran jepang telah ia lalui. Mulai dari Food & Bavarege, Purchasing dan bagian pembelian bahan baku bagi restoran. Pengalaman bekerja mengantarkan ia memberanikan diri untuk memulai usaha sendiri.
Dari beberapa kali berbincang dan berdiskusi diantara kesibukan mengelola usaha. Dunia usaha dengan dunia kerja memiliki perbedaan mendasar. Dalam dunia usaha, yang menjadi kepuasaan adalah kemampuan untuk menghadirkan produk yang baik dan diterima oleh pelanggan. Hal ini dibuktikan dengan permintaan ulang oleh pelanggan, terutama oleh mahasiswa STIE Indonesia Banking School. Sedangkan dalam dunia kerja yang perlu dipuaskan adalah pemilik dan juga pimpinan. Sebab seseorang bekerja berdasarkan kepada tuntunan pekerjaan yang diberikan oleh sang pemilik.
Dalam istilah arif, lebih baik mencari muka dengan pelanggan yang mendatangkan pendapatan, dari pada mencari muka terhadap atasan. Apa sebab? Kepuasan pelanggan adalah indikator suksesnya sebuah usaha, terutama kuliner. Sebab penilaian lidah tidak bisa dibohongi. Sedangkan dalam dunia kerja, bila tidak mampu mengambil muka pimpinan, apalagi dengan budaya dan politik ambil muka, maka yang pintar menjilat, pandai berbicara, maka ia mendapatkan perhatian lebih. Sedangkan yang memiliki kemampuan bekerja dan keterampilan biasanya menyibukkan diri dalam pekerjaan.
Sistem usaha makanan jepang yang dikelola arif saat ini. Menggunakan sistem musyarakah (parnership). Arif dengan keterampilan dalam membuat menu masakan ayam jepang menjadi pemilik usaha. Sedangkan untuk modal awal usaha, ditanggung oleh seseorang yang melakukan kerjasama. Pola pembagian keuntungan pada tahap awal adalah profit and loss sharing dengan nisbah 50-50. Penghitungan ini dilakukan setiap bulan.
Dalam proses penghitungan, maka setiap catatan pembelian, dan juga penjualan harian dilaporkan secara berkala kepada investor. Termasuk biaya usaha dan biaya hidup. Sebelum menghitung Earning After Zakah & Tax (laba setelah zakat & pajak) salah satu komponen biaya adalah cadangan yang masih bisa dijadikan produk. Setelah semua dihitung, maka keuntungan yang didapat dalam satu bulan dibagi menjadi dua. Sebagian atau 50% milik investor, 50% milik arif sebagai Business Owner.
Dalam perjanjian selanjutnya, pembagian keuntungan bergeser menjadi 35-65. Dimana investor telah mendapatkan bagi hasil sesuai dengan dana awal yang disetorkan dalam memulai usaha. Sedangkan arif mendapatkan 65% bagian dari keuntungan.
Sistem syirkah (parnership) ini membutuhkan kepercayaan dan juga ketelatenan dalam melakukan pencatatan penjualan, pembelian dengan melampirkan catatan pembelian. Sedangkan pembagian keuntungan dan resiko mengedepankan negosiasi dan kemampuan masing-masing untuk menanggung resiko. Sistem sirkah berbeda dengan sistem akad murabahah (jual beli cicilan). Dimana penjual tidak menanggung resiko atas kegagalan usaha. Dalam kontek perbankan syariah, untuk mengurangi resiko dalam pembiyaan, biasanya perbankan lebih menggunakan akad murabahah atas pembelian bahan-bahan dasar dan pendukung dalam usaha.
Untuk pengusaha pemula, dan juga perintisan usaha awal, termasuk pada usaha kuliner. Hal ini sangat memberatkan. Karena komponen biaya usaha awal, termasuk biaya sewa yang mesti dibayar didepan. Kemudian biaya pembelian modal awal dagangan dan peralatan pendukung lainnya. Maka seringkali sesorang untuk memulai usaha baru dengan kemampuan finansial yang belum mendukung tidak tepat menerapkan akad murabahah. Sedangkan akad yang pas dan saling mendukung dalam keuntungan dan menderita dalam resiko adalah akad musyarakah atau akad mudharabah.
Dalam perbincangan lebih lanjut, arif bercerita, bahwa bila kesuksesan seseorang itu diukur dengan keberadaan materi, seperti kepemilikan sepeda motor, rumah dan benda lainnya. Maka memaksa seseorang untuk melakukan banyak hal, termasuk mendustai keyakinan dan terkadang melakukan kebohongan terorganisir dan terencana. Namun, ukuran kesuksesan adalah kemampuan seseorang untuk mensyukuri nikmat yang ada. Dapat membantu orang lain dan juga mengelola usaha dengan kejujuran dan penuh integritas.
Dibandingkan kepuasan hidup sebagai seorang pekerja dengan menjadi direktur yang turun langsung mengelola usaha. Maka kepuasan itu lebih baik menjadi pengusaha pemula yang mesti memeras energi dan waktu. Sebab, yang menjadi pertaruhan adalah kemampuan diri untuk memaksimalkan usaha dan mengembangkannya. Memang ada persepsi negatif yang terlontar akan pilihan menjadi pengusaha. Namun hal tersebut menjadi nutrisi yang terus memberikan energi untuk tetap menjadi pengusaha.
Memiliki cita-cita untuk mengelola usaha dalam skala restoran adalah tujuan setalah ini. Dengan tetap menggunakan sistem syirkah (parnership) dengan rentang investasi IDR 500.000,- sampai IDR 2.000.000.000,-. Hal ini mampu untuk membuka lapangan kerja dan juga membantu orang tua. Sebab semenjak ayah mengalami sakit jantung, otomatis arif menjadi tulang punggung keluarga.
Cita-cita ini dilandasi atas pengalaman selama delapan tahun bekerja. Dimana pengalaman bagaimana kinerja kurang dihargai, budaya dan politik pekerjaan yang tidak baik. Dan juga keinginan untuk membantu pengobatan orang tua.
***
Pilihan menjadi pengusaha, adalah pilihan berani dan didukung oleh motivasi kuat. Terutama orang-orang yang sangat dicintai, dimulai dari orang tua, keluarga dan sahabat. Dalam dunia usaha seseorang dihadapkan kepada dua pilihan. Gagal dalam usaha awal atau sukses menjalankan usaha.
Seringkali yang menjadi momok menakutkan adalah kegagalan pada bisnis awal. Apalagi menyisakan hutang piutang yang tidak berlandaskan akad syirkah atau mudharabah. Dalam beberapa riset, untuk melahirkan seorang pengusaha membutuhkan waktu pembelajaran selama 5 tahun. Dan dari 100 pengusaha maka yang akan menjadi pengusaha yang berkembang paling tinggi adalah 10% atau hanya 10 orang.
Faktor yang banyak menyebabkan seseorang tidak melanjutkan dari kegagalan adalah demotivasi dan hilangnya dukungan dari orang terdekat. Dimana seorang pengusaha mesti mengcover hutang dagang dan juga hutang modal yang tidak berakad syirkah atau mudharah. Dalam Islam, khusus hak muztahik ada asnaf bernama algharimin (orang yang berhutang). Hal ini menjadi perhatian para mustahik, terutama profesional zakat. Tanpa pengusaha, maka cash flow keuangan dan ekonomi Islam tidak menjadi tumpuan bagi ummat Islam.
***
Salah satu kebiasaan baik yang hari ini dilakukan oleh arif dalam mengelola bisnis kuliner masakan ayam jepang adalah menyisihkan sebagian pendapatan untuk diinfakkan. Inspirasi ini berasal dari kajian Ustad Yusuf Mansur tentang matematika sedekah. Sedangkan dalam rumusan Islamic Cash Flow Quadrant setiap pembagian untuk orang lain teruma mustahik dan pengurangan menumpuk kekayaan, baik uang, pengalaman maka akan menciptakan pertambahan usaha, peluang sekaligus mengkalikan keberkahan hidup, keberkahan usaha dan akhirnya menghantarkan kesuksesan pari purna yakni Bisnis adalah bentuk ibadah kepada Yang Maha Memberi Rezki.

Selasa, Maret 03, 2015

Senyum yang tergadai



Catatan seorang harian pedagang 8

Senyum bahagia dan tawa renyah akan menghiasi setiap pekerja bila telah mendekati tanggal penerimaan hak atas kewajiban yang telah ditunaikan. Senyum yang mampu mengobati berbagai kesusahan yang berulang dan kejutan. Seminimal mungkin adalah kewas-wasan terhadap pemutusan hubungan kerja sepihak, atau kebangkrutan usaha.
Tulisan ini berkisar tentang gaji dan sistem yang membentuk sebuah keputusan dalam sistem penggajian.
Bekerja dan berusaha adalah bentuk implementasi keyakinan dan bersama-sama beribadah dalam muámalah. Memberikan pandangan dan pola kerja sebagai sebuah pengabdian yang memiliki relasi saling kuat menguatkan, tolong menolong dan memberikan yang terbaik.
Berbeda dengan bekerja dan berusaha yang terlepas dari keyakinan dan terpisah dari keyakinan bersama-sama mewujudkan keimanan. Maka menjadikan bekerja bagi karyawan atau buruh dengan bos atau atasan hanya sekedar hubungan pertukaran jasa, waktu, tenaga dan pikiran dengan uang, bonus, pujian dan pengembangan diri. Hal ini menimbulkan kegaringan dan kezhaliman dalam eksploitasi sadar dan tidak sadar.
Efek panjang adalah, terjadi saling merusak satu sama lain. Bekerja hanya sekedar mendapatkan bayaran, berusaha sekedar mendapatkan keuntungan. Semakin tinggi bayaran, maka ia menjadi beban yang mengerus keuntungan bagi invesor dan pemilik usaha. Semakin rendah bayaran, maka ia menjadi nikmat yang mendatangkan keuntungan. Seperti gelindingan bola salju atau banjir bandang yang memporak-porandakan setiap yang dilintasi dan diterjang. Hal ini terlihat dalam PHK massal, kebangkrutan usaha dan menyisakan berbagai persoalan hukum dikemudian hari.
Belajar dari beberapa perusahaan yang telah lama berkiprah dan berlanjut menjadi perusahaan mulltinasional terutama dari Jepang, relasi pekerja dengan pemilik usaha, adalah relasi keluarga yang saling menopang, saling menghidupi dan berlangsung dalam mempertahankan usaha dalam resesi dan menikmati kebahagian ketika mendapatkkan keuntungan. Salah satu contohnya adalah honda, sony yang masa krisis jepang tetap mempertahankan karyawan dan menjadikan mereka sebagai elemen terpenting kebangkitan usaha sampai saat ini.
Perusahaan yang menjadikan manusia terutama pekerja sebagai bagian dari yang tidak terpisahkan, mendapatkan talenta dan pemberian terbaik dari pekerja, pemilik. Yang selaras dengan timbal balik yang diberikan oleh pimpinan dan termasuk investor.
Bila tidak, maka sebuah usaha hanya sampai seusia pemiliknya. Generasi selanjutnya menjadi generasi yang hanya menikmati tanpa bisa mengembangkan. Sedangkan generasi ketiga menghancurkan bisnis yang telah besar dan mempunyai sejarah gemilang.
Dimasa depan ia menjadi sejarah dan pembelajaran untuk memuliakan manusia diatas benda materi dari usaha dan usaha itu sendiri.

Selasa, Februari 03, 2015

Bila Jalan Hidup Berliku

Tidak semua apa yang ada dalam pikiran, doá dan kehendak selaras dengan apa yang telah ditakdirkan dalam kehidupan. Semua orang barangkali pernah menginginkan tentang berbagai atribut kehidupan dunia sebagai perlambang kesuksesan.

Apa sebab, televisi dan tetangga dan barangkali perlakuan sahabat atau mereka yang dikaruniakan kelebihan teramat menyakitkan hati. Ada nuansa balas dendam dan tidak terima tentang keadaan diri saat ini. Kefakiran harta tidak membuat orang bersedih begitu lama, ketika ia memiliki kekayaan iman. Ketika ia masih memiliki perbendaharaan hikmah dan juga kelapangan jiwa.

Berapa banyak yang Allah karuniakan sedikit kekayaan harta benda, namun memiliki kesempitan ilmu, hikmah dan juga jiwa yang terus merana. Mencoba mencari kebahagian dengan keluyuran malam. Melakukan hal-hal diluar batas kemampuan diri dan fisik. Terhanyut oleh kenikmatan alkohol, direjang oleh candu narkoba.

Bila kita masih bisa melangkahkan kaki untuk melaksanakan shalat berjamaah, walau dengan kain yang itu-itu saja, syukurilah. Karena berapa banyak mereka yang memiliki baju super mewah tak pernah menjadi saksi bahwa meraka pernah sujud dan taqaarub kepada ALlah.

Bila kita masih bisa tersenyum dan mengucapkan salam bertemu dengan sahabat dan orang lain, walau kita tidak memiliki kendaraan dan peralatan elektronik digital, syukurilah. Karena banyak orang yang telah tersambung dengan banyak orang, masih tidak menemukan indahnya senyum dan ucapan salam dari orang yang amat mereka cintai.

Bila kita masih bisa mendoákan orang lain, syukurilah. Sebab masih banyak mereka yang mengumbar caci maki dan menebarkan aib orang lain lewat berbagai media dan bahkan menyebarkannya tanpa pernah mengkonfirmasi kepada yang memiliki aib dalam kehidupan.

Bila kita masih bisa bersilaturrahim dengan saudara, syukurilah. Sebab masih banyak mereka yang tidak mampu lagi menyapa saudara kandung sendiri akibat telah berlaku salah kepada saudara dan enggan untuk meminta maaf.

Bila kita masih bisa mendengarkan dan membaca ayat AlQuran, maka syukurilah. Sebab berapa bayak orang yang tidak mengerti dengan bacaan alQuran dan tidak mampu membacanya. Sebab jiwa dan hati mereka telah Allah tutup karena pembangkangan yang bertumpuk-tumpuk.

Bila kita masih bisa tertidur lelap kapan mengantuk datang, maka bersyukurlah. Karena diluaran sana masih banyak orang yang mencari formula dan pengobatan untuk dapat tertidur lelap. Meminta saran dokter dan tenaga ahli untuk mengobati insomnia yang terlalu menjadi beban.

Bila kita masih bisa tertawa, maka syukurilah. Sebab banyak orang yang butuh latihan dan juga bantuan untuk bisa tertawa, walau telah terlibat langsung untuk menonton komedian.

Bila kita masih bisa menyempatkan diri untuk tafakkur didalam mesjid dan membaca zikir. Maka jangan lah iri kepada mereka yang tidak mampu melangkahkan kaki ke masjid dan membaca zikir, kecuali membual perkataan demi perkataan yang tidak memiliki manfaat konon hikmah dalam kehidupan.

Hidup susah bukan karena ketiadaan harta, hidup susah karena ketiadaan iman kepada pemilih alam semesta. Bila kita masih disayangi dan dicintai olehNya, maka kehidupan yang kita lalui membuat kita selalu ingat dan meminta kepada Allah disetiap helaan nafas dan hasrat kita.

Milikilah kasih sayang Allah yang terus mengalir dalam hati, karena ia akan membawa kepada kebahagian dan ketentraman jiwa. Bila tidak, limpahan harta materi, popularitas bak artis akan menjadi neraka kehidupan yang menyesakkan dan membuat hidup nelangsa dan nestapa. Berkubang dosa, gundah gulana mencari kebahagiaan dengan berbagai cara.

Syukuri apa yang ada, sebab Allah maha tahu apa yang terbaik untuk kita.

Senin, Februari 02, 2015

Langkah terberat itu kemana?

Setiap kita memerlukan langkah untuk mendapatkan sesuatu. Seorang pelajar mesti melangkahkan kaki untuk pergi ke sekolah untuk mendapatkan ilmu. Seorang pengusaha mesti melangkahkan kaki ke pasar atau ke toko untuk menjual barang.

Apapun profesi atau kegiatan kita dalam kehidupan, tetap membutuhkan langkah demi langkah. Itulah pekerjaan kaki yang menjadi pelayan bagi kebutuhan manusia, keinginan dan termauk fantasi. Bila melihat masyarakat jepang berjalan atau melangkahkan kaki, maka mereka menjadi bangsa yang cepat bangkit dari keterpurukan.

Kemudian juga langkah negeri lain, maka banyak dari mereka memiliki kecepatan dalam melangkah. Namun semua langkah tersebut hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kemudian pertanyaan kemanakah langkah terberat?

Jawabannya adalah langkah untuk menunaikan shalat berjamaah, menghadiri kajian yang dilaksanakan di masjid. Apa sebab, langkah ke masjid adalah langkah orang-orang beriman. Setiap langkah yang menghapus kesalahan dan menambah kebaikan. Syetan sangat tidak senang bila ada seseorang yang melangkahkan kakinya untuk pergi shalat berjamaah. Ada-ada saja yang disarankan setan untuk memperlambat seseorang untuk cepat melangkahkan kaki ke masjid untuk shalat.

Bagaimana cara untuk bisa merigankan kaki melangkah kemasjid? Pertama, Jagalah hati untuk mengingat Allah swt. Karena dengan mengingat Allah, hati terpaut untuk tetap istiqamah menjalankan hak dan kewajiban sebagai hamba Allah. Kedua, Jagalah wudhu'. Ketika menjaga seseorang berada dalam keadaan suci. Ketiga, atur kegiatan sedemikian rupa untuk bisa selesai sebelum azan berkumandang.

Hal ini perlu untuk mempersiapkan diri mendapatkan berbagai keutamaan dalam menjalankan shalat berjamaah. Di zaman rasulullah saw, seorang sahabat ingin pindah dekat dengan masjid, nabi melarang shabat tersebut untuk pindah, sebab setiap langkah menuju ke masjid adalah langkah kebaikan dan menghapus keburukan.

Semakin banyak langkah kaki yang datang ketempat shalat berjamaah, biasanya semakin jauh orang-orang yang melakukan dosa. Dan semakin banyak kuantitas orang shalat berjamaah terutama subuh dan isya, maka semakin banyak keberkahan Allah buka kan kepada masyarakat.

Mari ringankan langkah kaki kita untuk tetap menjaga shalat berjamaah. terutama bagi karyawan perusahaan yang membutuhkan perjuangan untuk melaksanakan shalat berjamaah. Save Hak Ibadah Pekerja, adalah gerakan untuk memberikan ruang cukup bagi pekerja untuk melaksanakan ibadah shalat berjamaah dan menambah pengetahuan dalam bidang agama untuk bekal hidup.

Perusahaan bukan hanya sekedar tempat bekerja, namun menjadi tempat membentuk karakter beriman, dimana pengusaha dan pekerja bersama-sama tunduk dan patuh kepada Allah, terutama dalam shalat berjamaah. Bila shalat berjamaah di jaga oleh perusahaan dan pekerja, maka insya Allah orang yang berada dalam perusahaan dalam naungan ridha Allah swt

Senin, Januari 26, 2015

Suara dan Kata Identitas Kita

Pemimpin itu memiliki suara yang menjadi pedoman bagi pengikutnya. Pemimpin itu memiliki kata yang menjadi acuan bagi pengikutnya. Bila tanpa suara dan kata pemimpin itu membutuhkan tangan sebagai pedoman dan acuan bagi pengikutnya.
Maka pilihlah suara dan kata pemimpin yang baik sebagai pedoman dan bukan suara dan kata yang tak baik yang menjadikan kesengsaraan.

Mengamati suara yang bersenandung dari penyanyi menjadikan ia sebagai biduan yang mampu membuat pendengar hanyut dalam bait kata dan irama yang mengiringi. Mendengar suara yang berteriak dari berbagai alat pengeras dengan suara lantang dan kata-kata yang penuh hujatan dan cacian. Membuat pendengarnya marah dan meradang. Mendengar ungkapan bijak dari kearifan dari pembelajaran hikmah menjadikan pendengar mendapatkan kesadaran untuk tidak terjebak dalam perlombaan tikus amarah dan kebencian.

Suara sebagai sebuah anugrah maha pencipta bagi manusia sebagai media penyampai kata. Kata yang kemudian menjadi bahasa. Bahasa yang menjadi identitas setiap orang. Harimau memiliki suara auman yang menjadi ‘kata’ bahwa ia adalah penguasa alam rimba. Gajah memiliki suara yang menjadikan ‘kata’ bahwa ia memiliki otoritas jelajah hutan. Masing-masing binatang dalam alam rimba memiliki suara yang menjadi ‘kata” sebagai sebuah pola komunikasi yang menentukan bagaiman alam rimba bergerak dinamis denan penghuninya.

Kita manusia, juga memiliki suara, ada yang mampu mengolahnya menjadi nyanyian yang indah didengar oleh orang lain. Ada yang mampu menjadikan alat pelacak untuk menentukan seseorang melakukan konspirasi untuk melakukan kejahatan tersistem dan bersama, ini yang digunakan KPK dengan alat sidik suara. Ada yang mampu menjadikan sebagai media penyampai kebaikan dan pencengah dari keburukan. Suara para penyeru kebaikan, guru yang mengajarkan kata pembuka jendela ilmu pengetahuan.

Diantara kita mampu mengubah suara menjadi alat pembakar masa. Menjadi suara-suara yang bukan menentramkan, malah menjadi pemicu kebakaran amarah dan penghumbar cacian demi hujatan. Bagi orang biasa suara dan bersuara adalah bentuk pengungkapan berbagai persoalan demi persoalan seputar kehidupan. Sedangkan suara bagi pemimpin adalah legitimasi untuk mendapatkan hak berkuasa bagi orang banyak.

Suara yang kita berikan bagi pemimpin utama urusan masyarakat Indonesia berubah menjadi kata. Kata pemimpin yang menentukan bagaimana menata dan mengelola intitusi, kementrian, dan juga barangkali sebagai acuan untuk memporak-porandakan Indonesia.

Satu kata dari suara pemimpin akan menjadi kata dan suara bagi masyarakat. Ia menjadi trending topik bagi pengguna media twitter, ia menjadi status di facebook, ia menjadi ulasan dari berbagai sudut pandang bagi penulis berita, penulis warga yang mendarat diberbagai media. Suara sumbang dan tidak jelas yang menafikan keberadaan masyarakat menjadi suara riuh dengan berbagai kata-kata yang kembali kepada pemilik suara yang berkata.

Rakyat adalah pemilik suara. Masyarakat adalah penutur kata. Pemimpin bertugas mengunakan suara dan berkata untuk menjadikan rakyat tepat sebagai pemilik sah suara. Masyarakat mampu berkata baik dan elok dari ucapan kata dari pemimpin. Namun, bila pemimpin memilih suara sumbang dan kata tak bijak, maka ia menjadi suara dan kata masyarakat yang mengikuti dengan 250 juta masyarakat Indonesia.

Seperti pepatah mengatakan, mulutmu adalah harimaumu. Sebab dari mulut seorang pemimpin dan yang dipimpin akan keluar suara dan kata sebagai pedoman dan acuan. Bila acuan itu baik maka ia mampu membawa pedoman berkata dan bersuara baik. Namun bila acuan itu buruk dan sumbang maka ia mampu membawa malapetaka berkata dan bersuara bagi pemimpin dan masyarakatnya.

Maka peliharalah suaramu wahai pemimpin dan masyarakat pemilik suara dan kata. Kata suara dan kata adalah identitas yang menjadi kenyataan kita sebagai manusia. Bekatalah perkataan baik, bersuaralah suara yang anggun nan elok untuk menjadi pedoman dan acuan.

Bersuara dan berkata tanpa mesti membuka tabiat tak elok adalah pertanda kita manusia yang memiliki aturan moral dan agama yang masih melekat dalam diri kita sebagai masyarakat Indonesia.