Selasa, Maret 03, 2015

Senyum yang tergadai



Catatan seorang harian pedagang 8

Senyum bahagia dan tawa renyah akan menghiasi setiap pekerja bila telah mendekati tanggal penerimaan hak atas kewajiban yang telah ditunaikan. Senyum yang mampu mengobati berbagai kesusahan yang berulang dan kejutan. Seminimal mungkin adalah kewas-wasan terhadap pemutusan hubungan kerja sepihak, atau kebangkrutan usaha.
Tulisan ini berkisar tentang gaji dan sistem yang membentuk sebuah keputusan dalam sistem penggajian.
Bekerja dan berusaha adalah bentuk implementasi keyakinan dan bersama-sama beribadah dalam muámalah. Memberikan pandangan dan pola kerja sebagai sebuah pengabdian yang memiliki relasi saling kuat menguatkan, tolong menolong dan memberikan yang terbaik.
Berbeda dengan bekerja dan berusaha yang terlepas dari keyakinan dan terpisah dari keyakinan bersama-sama mewujudkan keimanan. Maka menjadikan bekerja bagi karyawan atau buruh dengan bos atau atasan hanya sekedar hubungan pertukaran jasa, waktu, tenaga dan pikiran dengan uang, bonus, pujian dan pengembangan diri. Hal ini menimbulkan kegaringan dan kezhaliman dalam eksploitasi sadar dan tidak sadar.
Efek panjang adalah, terjadi saling merusak satu sama lain. Bekerja hanya sekedar mendapatkan bayaran, berusaha sekedar mendapatkan keuntungan. Semakin tinggi bayaran, maka ia menjadi beban yang mengerus keuntungan bagi invesor dan pemilik usaha. Semakin rendah bayaran, maka ia menjadi nikmat yang mendatangkan keuntungan. Seperti gelindingan bola salju atau banjir bandang yang memporak-porandakan setiap yang dilintasi dan diterjang. Hal ini terlihat dalam PHK massal, kebangkrutan usaha dan menyisakan berbagai persoalan hukum dikemudian hari.
Belajar dari beberapa perusahaan yang telah lama berkiprah dan berlanjut menjadi perusahaan mulltinasional terutama dari Jepang, relasi pekerja dengan pemilik usaha, adalah relasi keluarga yang saling menopang, saling menghidupi dan berlangsung dalam mempertahankan usaha dalam resesi dan menikmati kebahagian ketika mendapatkkan keuntungan. Salah satu contohnya adalah honda, sony yang masa krisis jepang tetap mempertahankan karyawan dan menjadikan mereka sebagai elemen terpenting kebangkitan usaha sampai saat ini.
Perusahaan yang menjadikan manusia terutama pekerja sebagai bagian dari yang tidak terpisahkan, mendapatkan talenta dan pemberian terbaik dari pekerja, pemilik. Yang selaras dengan timbal balik yang diberikan oleh pimpinan dan termasuk investor.
Bila tidak, maka sebuah usaha hanya sampai seusia pemiliknya. Generasi selanjutnya menjadi generasi yang hanya menikmati tanpa bisa mengembangkan. Sedangkan generasi ketiga menghancurkan bisnis yang telah besar dan mempunyai sejarah gemilang.
Dimasa depan ia menjadi sejarah dan pembelajaran untuk memuliakan manusia diatas benda materi dari usaha dan usaha itu sendiri.

Tidak ada komentar: