Catatan
seorang harian pedagang 8
Senyum
bahagia dan tawa renyah akan menghiasi setiap pekerja bila telah mendekati
tanggal penerimaan hak atas kewajiban yang telah ditunaikan. Senyum yang mampu
mengobati berbagai kesusahan yang berulang dan kejutan. Seminimal mungkin
adalah kewas-wasan terhadap pemutusan hubungan kerja sepihak, atau kebangkrutan
usaha.
Tulisan
ini berkisar tentang gaji dan sistem yang membentuk sebuah keputusan dalam
sistem penggajian.
Bekerja
dan berusaha adalah bentuk implementasi keyakinan dan bersama-sama beribadah
dalam muámalah. Memberikan pandangan dan pola kerja sebagai sebuah pengabdian
yang memiliki relasi saling kuat menguatkan, tolong menolong dan memberikan
yang terbaik.
Berbeda
dengan bekerja dan berusaha yang terlepas dari keyakinan dan terpisah dari
keyakinan bersama-sama mewujudkan keimanan. Maka menjadikan bekerja bagi
karyawan atau buruh dengan bos atau atasan hanya sekedar hubungan pertukaran
jasa, waktu, tenaga dan pikiran dengan uang, bonus, pujian dan pengembangan
diri. Hal ini menimbulkan kegaringan dan kezhaliman dalam eksploitasi sadar dan
tidak sadar.
Efek
panjang adalah, terjadi saling merusak satu sama lain. Bekerja hanya sekedar
mendapatkan bayaran, berusaha sekedar mendapatkan keuntungan. Semakin tinggi
bayaran, maka ia menjadi beban yang mengerus keuntungan bagi invesor dan
pemilik usaha. Semakin rendah bayaran, maka ia menjadi nikmat yang mendatangkan
keuntungan. Seperti gelindingan bola salju atau banjir bandang yang
memporak-porandakan setiap yang dilintasi dan diterjang. Hal ini terlihat dalam
PHK massal, kebangkrutan usaha dan menyisakan berbagai persoalan hukum
dikemudian hari.
Belajar
dari beberapa perusahaan yang telah lama berkiprah dan berlanjut menjadi
perusahaan mulltinasional terutama dari Jepang, relasi pekerja dengan pemilik
usaha, adalah relasi keluarga yang saling menopang, saling menghidupi dan
berlangsung dalam mempertahankan usaha dalam resesi dan menikmati kebahagian
ketika mendapatkkan keuntungan. Salah satu contohnya adalah honda, sony yang
masa krisis jepang tetap mempertahankan karyawan dan menjadikan mereka sebagai
elemen terpenting kebangkitan usaha sampai saat ini.
Perusahaan
yang menjadikan manusia terutama pekerja sebagai bagian dari yang tidak
terpisahkan, mendapatkan talenta dan pemberian terbaik dari pekerja, pemilik.
Yang selaras dengan timbal balik yang diberikan oleh pimpinan dan termasuk
investor.
Bila
tidak, maka sebuah usaha hanya sampai seusia pemiliknya. Generasi selanjutnya
menjadi generasi yang hanya menikmati tanpa bisa mengembangkan. Sedangkan
generasi ketiga menghancurkan bisnis yang telah besar dan mempunyai sejarah
gemilang.
Dimasa depan
ia menjadi sejarah dan pembelajaran untuk memuliakan manusia diatas benda
materi dari usaha dan usaha itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar