Selasa, Juni 17, 2014

Menggeser pendulum Red Economy ke Green Economy


Antara Cita-cita dan Realita


Kehancuran lingkungan dan kerusakan tatanan sosial kemasyarakatan adalah sebuah implikasi faktual dengan bergulirnya ekonomi yang mendewakan pertumbuhan dan penciptaan kekayaan dengan cepat.  Teori ekonomi yang selama ini diciptakan oleh para filosof berperan untuk kesejahteraan ummat telah berbelok arah menjadi penindasan sesama manusia. Selain itu juga peran manusia sebagai pelaku ekonomi yang memiliki akal dan hati nurani ternata tidak mampu menjaga proses ekonomi itu berjalan secara berkelanjutan.
Ekonomi mengalami penghancuran secara sistematis terhadap alam yang telah memberikan yang terbaik untuk segala kebutuhan, keinginan dan fantasi manusia. Ekonomi merah (red ekonomi) yang berbasis kepada pertumbuhan kapitalisasi modal, dan keserakahan telah menghancurkan bentangan alam Indonesia zamrud khatulistiwa. Dari Aceh hancurnya rawa dipa adalah bentuk dari red ekonomi. Penghancuran ekosistem tanah gambut dan juga kehidupan makhluk lain. Kemudian ditanam dengan perkebunan kelapa sawit ribuan hektar. Atas nama kekayaan dan keserakahan menciptakan bara kehancuran. Kemudian menelusuri sepanjang daerah sumatera maka kita melihat hutan Riau, Jambi menjadi merah membara akibat pembakaran hutan dan pembukaan lahan untuk perkebunan. Kemudian kita memasuki Kalimantan, Sulawesi dan Papua yang sampai hari ini menghancurkan sistem budaya, kearifan lokal dan menciptakan konflik sosial sesama masayarakat.
Proses ini tidak terlepas dari kebijakan dan regulasi pemerintah dalam bidang ekonomi. Kemudian diikuti oleh kebijakan perbankan sebagai lembaga penyedia dana untuk pengelolaan usaha penghancuran lingkungan untuk sebuah harapan bernama ‘keuntungan’ dan kekayaan. Tanpa sindikasi dari pembiyaan perbankan maka pengusaha tidak memiliki kekuatan untuk melakukan penghancuran alam. Pembukaan lahan dengan semena-mena, menciptakan kelangkaan sumber daya hayati dan malapetaka untuk generasi yang akan datang.
Indikasi ini terlihat jelas dalam struktur pembiyaan atau kredit perbankan terhadap pengusaha-pengusaha perkebunan, manufaktur dan berbagai jenis usaha. Berdirinya pabrik-pabrik pengusaha dalam negeri sampai pabrik relokasi milik pengusaha asingpun juga ikut menambah sesaknya udara dengan polusi udara. Dulu sungai yang mengalir jernih dan menjadi tumpuan bagi masyarakat untuk kebutuhan dan kebudayaan. Kini tidak jernih lagi, sekarang menjadi pembawa penyakit dan kehancuran peradaban. Kali ciliwung, cisadane dan sungai-sungai yang bermuara di kota-kota Indonesia lainnya tidak lagi layak untuk diminum.
Kemudian dalam dunia kelauatan, sampah-sampah menjadi anggota baru yang datang dari hasil pembuangan sampah yang tidak dikelola. Pantai yang sebelumnya bersih kini menjadi kotor. Pantai Kuta Bali setiap tahun mendapatkan kiriman sampah akibat pergerakan aliran laut. Begitupun teluk Jakarta yang hari ini tidak lagi memberikan kehidupan layak bagi nelayan. Ikan-ikan hasil tangkapan nelayan tercemar oleh mercuri dan zat yang mendatangkan penyakit regenerasi. Kemudian beras dan sayur-sayuran juga tidak terlepas dari zat perusak yang terbawa oleh air, pupuk kimia dan petisida.
Indonesia menuju prahara red ekonomi bila tidak cepat menukar paradigma pengelolaan sumber daya alam. Dalam hal ini kami LKEPI Universitas Azzahra memiliki tanggungjawab sebagai bagian akademisi ekonomi syariah untuk ikut serta menjadikan ekonomi hijau (green ekonomi) yang lebih menghormati alam, lingkungan dan makhluk Allah lainnya. Menjadi penggerak untuk mensosialisasikan green ekonomi dan mengajak perbankan syariah untuk ikut menggerakkan para pengusaha yang masih memiliki kesadaran bahwa ekonomi bukanlah proses pengrusakan alam, namun menjadikan alam sahabat terbaik dan menghormatinya.
Maksud dan Tujuan
  1. Maksud dari kegiatan seminar ini adalah menelaah dari berbagai prespektif pelaku dalam bidang ekonomi hijau. Diantaranya Kementrian Lingkungan Hidup, Akademisi yang mengupas secara komprehensif tentang ekonomi hijau, kesiapan Perbankan Syariah menerapkan green banking dan bagaimana praktek yang dilakukan oleh Bank Sampah Cilincing sebagai upaya melaksanakan ekonomi hijau. 
  2. Sedangkan tujuan adalah, melahirkan formulasi yang mampu menjadi panduan bagi pengambil kebijakan untuk mengelola sumber daya ekonomi berbasis lingkungan. Bagi kalangan akademisi sebagai kajian yang mampu melahirkan inovasi pengelolaan ekonomi ramah lingkungan. Bagi perbankan memiliki struktur pembiayaan bagi pengusaha berwawasan lingkungan.

Rabu, Mei 21, 2014

Memilih 'Tuanku' Surau Indonesia

Prespektif Anak Surau Minangkabau

Membaca sejarah dan memahaminya merupakan bagian tak terpisahkan dari membentuk sebuah peradaban unggul. Kemajuan sebuah bangsa dan negara akan terlihat dari kemampuan warga bangsa untuk membaca sejarah masa lalu. Sejarah menjadi bagian tak terpisahkan dari proses maju dan mundurnya sebuah bangsa.

Bila kealpaan untuk membaca sejarah bangsa sendiri menjadi sebuah keniscayaan, maka ibarat pelaut yang kehilangan pedoman rasi bintang atau GPS saat sekarang ini. Atau ibarat seorang musafir yang kehilangan tujuan dan tersesat dalam perjalanan.

Surau adalah nama khas dari minangkabau. Surau didirikan oleh para ulama, niniak mamak dan kaum. Hari ini masih lestari. Bila ada waktu maka singgahlah kebeberapa surau yang masih eksis sampai saat ini di beberapa daerah pariaman dan daerah batu sangkar. Diantaranya Surau Cubadak di Nagari Sicincin dan Surau Sei talang Nagari Koto Baru Batu Sangkar.

Eksistensi surau dan perubahan model dan bentuk tetap berlangsung sampai saat ini. Sebagian masih mempertahankan kekhasan masa lampau dan sebagian telah melakukan transformasi kelembagaan dan model pengelolaan. Hal ini dipengaruhi oleh kultur dan pendidikan dari alumni Surau.

Surau Jembatan Besi yang didirikan oleh Buya Dr. Abdul Hamid Hakim menjadi Pondok Pesantren Thawalib Padang Panjang. Surau Canduang yang didirikan oleh Buya Syekh Sulaiman Arrasuli menjadi Pondok Pesantren Tarbiyyah Islamiyyah. Dan masih banyak Pondok Pesantren yang berakar dari surau para Buya.

Dalam zaman modern Daarut Tauhid yang didirikan oleh Aa Gym dan Yusuf mansur adalah bentuk lain dari spirit mengembangkan surau. Dan berbagai bentuk lainnya yang terus berkembang. Surau dengan kearifan lokal masing-masing memiliki hal yang sangat mendasar untuk tetap ada. Hal ini terlihat dari pergantian Buya atau Tuanku Surau dari masa kemasa.

Melacak keberadaan alumni dari akademi surau dapat dilihat dan dipelajari dari jejak rekam karya. Prof. Dr HAMKA, KH. Agus Salim dan tokoh-tokoh sekarang yang masih berkomitmen untuk melahirkan Islam Rahmatan Lil'alamiin adalah bagian dari pendidikan akademi surau.

Keberadaan surau dan Buya sebagai pemimpin spiritual bagi kaum atau masyarakat sekitar adalah sebuah identitas dan perekat yang saling kuat menguatkan. Bila surau kehilangan buya atau tuanku dan tidak ada gantinya. Maka hal ini menjadi sebuah proses kehancuran masyarakat secara religius. Tidak ada lagi orang yang memberikan nasehat, panutan dan juga teladan untuk menghadapi dinamika persoalan hidup.

Hal ini sama dengan keberadaan pemimpin dari berbagai level, apakah Pemerintahan republik Indonesia yang sedang memilih 'Buya' dalam konteks memimpin surau besar bernama Indonesia. Atau 'Tuanku' Bupati atau Gubernur.

Dengan hati dan pilihan yang sadar memberikan amanah adalah sebuah kepercayaan. Menerima amanah adalah sebuah pertanggungjawaban. Bila hal ini tidak berada dalam hati dan pikiran yang bersih akan melahirkan konflik dan kekecewaan. 

Merapatnya beberapa tokoh muslim, baik yang berkiprah dalam Partai Politik, organisasi keagamaan ataupun pribadi adalah sebuah indikator dalam menentukan pilihan untuk menentukan 'Buya' Surau Indonesia. Seperti barisan dalam shalat berjamaah yang dipimpin oleh Buya, maka lihatlah barisan saf yang menjadi pengikut dibelakangnya. Apakah sebuah barisan rapi dan teratur. Kemudian lihatlah bagaimana kualitas kedirian seorang Imam yang memimpin.

Bila tidak, maka dapat dipastikan terjadi kekacauan barisan yang tidak memahami dan mengerti bagaimana menjadi pengikut yang baik. Karena seorang 'Buya' memiliki getaran energi, dalam disiplin ilmu kepemimpinan dinamakan passion seorang pemimpin. Ia menentukan kemana arah yang akan dituju dan apa yang hendak dicapai dalam berbagai dimensi kehidupan.

Maka, lihatlah calon 'Tuanku' Surau Indonesia dari mana ia berasal, dididik oleh Buya siapa dan dimana letak suraunya dulu dan sekarang!. Karena salah memilih Tuanku Surau Indonesia, maka kesalahan itu adalah kesalahan bersama dan mesti diperbaiki dengan tidak merusak barisan rapat dan lurus makmum.