Rabu, Mei 21, 2014

Memilih 'Tuanku' Surau Indonesia

Prespektif Anak Surau Minangkabau

Membaca sejarah dan memahaminya merupakan bagian tak terpisahkan dari membentuk sebuah peradaban unggul. Kemajuan sebuah bangsa dan negara akan terlihat dari kemampuan warga bangsa untuk membaca sejarah masa lalu. Sejarah menjadi bagian tak terpisahkan dari proses maju dan mundurnya sebuah bangsa.

Bila kealpaan untuk membaca sejarah bangsa sendiri menjadi sebuah keniscayaan, maka ibarat pelaut yang kehilangan pedoman rasi bintang atau GPS saat sekarang ini. Atau ibarat seorang musafir yang kehilangan tujuan dan tersesat dalam perjalanan.

Surau adalah nama khas dari minangkabau. Surau didirikan oleh para ulama, niniak mamak dan kaum. Hari ini masih lestari. Bila ada waktu maka singgahlah kebeberapa surau yang masih eksis sampai saat ini di beberapa daerah pariaman dan daerah batu sangkar. Diantaranya Surau Cubadak di Nagari Sicincin dan Surau Sei talang Nagari Koto Baru Batu Sangkar.

Eksistensi surau dan perubahan model dan bentuk tetap berlangsung sampai saat ini. Sebagian masih mempertahankan kekhasan masa lampau dan sebagian telah melakukan transformasi kelembagaan dan model pengelolaan. Hal ini dipengaruhi oleh kultur dan pendidikan dari alumni Surau.

Surau Jembatan Besi yang didirikan oleh Buya Dr. Abdul Hamid Hakim menjadi Pondok Pesantren Thawalib Padang Panjang. Surau Canduang yang didirikan oleh Buya Syekh Sulaiman Arrasuli menjadi Pondok Pesantren Tarbiyyah Islamiyyah. Dan masih banyak Pondok Pesantren yang berakar dari surau para Buya.

Dalam zaman modern Daarut Tauhid yang didirikan oleh Aa Gym dan Yusuf mansur adalah bentuk lain dari spirit mengembangkan surau. Dan berbagai bentuk lainnya yang terus berkembang. Surau dengan kearifan lokal masing-masing memiliki hal yang sangat mendasar untuk tetap ada. Hal ini terlihat dari pergantian Buya atau Tuanku Surau dari masa kemasa.

Melacak keberadaan alumni dari akademi surau dapat dilihat dan dipelajari dari jejak rekam karya. Prof. Dr HAMKA, KH. Agus Salim dan tokoh-tokoh sekarang yang masih berkomitmen untuk melahirkan Islam Rahmatan Lil'alamiin adalah bagian dari pendidikan akademi surau.

Keberadaan surau dan Buya sebagai pemimpin spiritual bagi kaum atau masyarakat sekitar adalah sebuah identitas dan perekat yang saling kuat menguatkan. Bila surau kehilangan buya atau tuanku dan tidak ada gantinya. Maka hal ini menjadi sebuah proses kehancuran masyarakat secara religius. Tidak ada lagi orang yang memberikan nasehat, panutan dan juga teladan untuk menghadapi dinamika persoalan hidup.

Hal ini sama dengan keberadaan pemimpin dari berbagai level, apakah Pemerintahan republik Indonesia yang sedang memilih 'Buya' dalam konteks memimpin surau besar bernama Indonesia. Atau 'Tuanku' Bupati atau Gubernur.

Dengan hati dan pilihan yang sadar memberikan amanah adalah sebuah kepercayaan. Menerima amanah adalah sebuah pertanggungjawaban. Bila hal ini tidak berada dalam hati dan pikiran yang bersih akan melahirkan konflik dan kekecewaan. 

Merapatnya beberapa tokoh muslim, baik yang berkiprah dalam Partai Politik, organisasi keagamaan ataupun pribadi adalah sebuah indikator dalam menentukan pilihan untuk menentukan 'Buya' Surau Indonesia. Seperti barisan dalam shalat berjamaah yang dipimpin oleh Buya, maka lihatlah barisan saf yang menjadi pengikut dibelakangnya. Apakah sebuah barisan rapi dan teratur. Kemudian lihatlah bagaimana kualitas kedirian seorang Imam yang memimpin.

Bila tidak, maka dapat dipastikan terjadi kekacauan barisan yang tidak memahami dan mengerti bagaimana menjadi pengikut yang baik. Karena seorang 'Buya' memiliki getaran energi, dalam disiplin ilmu kepemimpinan dinamakan passion seorang pemimpin. Ia menentukan kemana arah yang akan dituju dan apa yang hendak dicapai dalam berbagai dimensi kehidupan.

Maka, lihatlah calon 'Tuanku' Surau Indonesia dari mana ia berasal, dididik oleh Buya siapa dan dimana letak suraunya dulu dan sekarang!. Karena salah memilih Tuanku Surau Indonesia, maka kesalahan itu adalah kesalahan bersama dan mesti diperbaiki dengan tidak merusak barisan rapat dan lurus makmum.