Rabu, Desember 23, 2009

Ada semut ada Gula



Monas kawasan pubik, sekilas itulah yang saya rasakan. Keluarga kumpul sambil bercengkrama dan menikmati hari yang masih pagi. Banyak orang berkumpul jogging bersama, main bola lima lawan lima. Hari itu adalah hari Minggu,22/11/09.
Aku sekarang berada di sisi pangeran antasari dengan nomor seri uang RAK 808418. Salah seorang Pahlawan nasional pra kemerdekaan Indonesia. Disisi lain ada tarian adat dayak, yang menggunakan keelokan gerak dengan suara dentang alat music sederhana. Penarinya adalah wanita dengan tiga ekor bulu burung merak di kepala.
Bu kopi satu, Kopi susu ada nga’? Tanya sang anak muda. Adam mas. Dengan cekatan beliau menggunting sebuah kopi susu ABC. Srut air panas meluncur kedalam gelas plastik. Maka dengan cekatan sendok menari-nari berkeliling untuk memecah kopi dan gula. Dengan senyum ibu berujar “Makasih mas” Hari ini baru penglaris pertama.
Dan aku pun berpindah tangan dari seorang bapak ke ibu pedagang. Berjualan kopi dengan menenteng termos adalah tumpuan pendapatan. Berangkat pagi-pagi menggunakan kereta api ekonomi dari stasiun Pasar minggu. Dengan karcis Rp. 1000. Turun di stasiun Gondang dia dan jalan sedikit untuk bisa masuk dalam kawasan Monas.
Menjelang matahari bergerak siang. Rasa was-was mulai menyelimuti para pedagang. Pahlawan bagi kelanjutan hidup anak di rumah dengan sikap mawas diri melihat sekeliling. Informasi dengan mudah beredar dari satu pedagang kepedagang lainnya dan di bantu oleh pemulung.
Solidaritas kebersamaan senasib dan sepenanggunagan apabaila terjadi seuatu yang tidak manusiawi. Berdagang kecil adalah ibarat ada gula maka ada semut. Hal inilah yang dipenuhi oleh ibu-ibu pedagang di ruang public seperti Monas.
Pengusiran, penggusuran dan perampasan desertai penganiyaan kerap terjadi. Barang-barang dagangan diambil dan dibentak. Itulah beberapa pengakuan pedagang kecil. Uang yang beberapa rupiah pun dengan symbol pahlawan tidak cukup untuk menegakkan kebenaran yang diterima oleh para petugas tramtib. Apakah Uang Soekarno Hatta, Imam Bonjol, Pangeran Antasari tidak memberikan efek kebaikan dan perlakuan santun nan sopan untuk sesame.
Keadilan itulah yang mahal di sana. Karna 1 rupiah yang sama namun cara mendapatkannya berbeda. Ibu-ibu pedagang dengan jualan kucing-kucingan. Trantib dengan menggrebek ibu-ibu pedagang yang di gaji oleh Negara. Uang Negara dari 1 rupiah pajak barang dagangan ibu-ibu yang dibayar oleh perusahaan.

Tidak ada komentar: