Selasa, Desember 22, 2009

Lesehan Kereta Api



Perjalanan dari tempat kost kres di desa banyumanik menempuh jalan lain, tujuan adalah jalan-jalan. Tujuan utama adalah Mesjid Agung Jawa Tengah dan stasiun kereta api. Sebelum perjalanan dimulai kampung tengah sebagai tempat pengolahan energi mesti diisi. Ibarat motor mesti ada bensinya. Makan dengan satu piring nasi + nambah +sayur bayam, dan aneka sayur lainnya+sambal tahu hanya Rp. 4.500,00. Begitu murah banget. (untuk hidup di kota semarang bagi mahasiswa pas banget, berbeda dengan kota lain seperti Jogja termasuk murah, malang, Padang, medan. tindak lanjut dalam Tulisan episode “Kuliner Mahasiswa”). Makan berdua hanya Rp. 10.000,00 bayangkan kalau makan di rumah makan padang bisa kurang kalau untuk seorang. Pertanyaan adalah bagaimana bisa? melakukan efisiensi? pengelolaan dan biaya apa saja yang dipangkas? atau suplier yang mana dapat murah?

Sepeda motor mio meluncur mengikuti jalan lain menuju kota semarang. Dalam perjalanan ada suatu yang unik melihat mangga. Kebanyakan mangga adalah besar dengan warna yang kekuning-kuningan, namun ini masih berwarna hijau tua dan anatomi tubuhnya kecil-kecil. Maka keluarlah pertanyaan Mang mangga apa itu kres? apa udah manis? Jawaban kres, udah masak tu bang dan namanya........(banyoijo) pada saat ini aku lupa namanya karna saking panjang. pikir-pikir aku tak tahu rasanya dan waktu itu nga’ sempat untuk mecoba. Mio tetap meluncur di SEMARANG PANAS cuacanya menyengat sampai ke dalam tulang. Sekitar perjalanan menuju Mesjid Agung Jawa Tengah banyak terdapat perbukitan yang tidak hijau lagi, gersang dan tidak mejadi sumber mata air. Musim panas ini mengakibatkan persawahan kering dan petani hanya bisa menanam palawija. Dalam pengamatan penulis yang ada air CUMA SUNGAI, sedangkan kali kecil untuk pengairan sawah kering kerontang. Tipologi perbukitan banyak mengandung pasir dan berbatuan, sedikit humus di tanah tersebut. Pohon yang banyak di tanam adalah jati. bagaimana menjadikannya kembali seperti hutan dan dijadikan hutan masyarakat? Tanaman apa saja yang cepat menahan air tanah dan bisa menjadi penghasilan bagi masyarakat dengan pendekatan hukum adat????

Pada bagian tertentu ada bukit yang digaruk untuk mengambil tanah galian. Yang terlihat adalah mobil truk besar untuk mengambil tanah berpasir, barangkali untuk pembuatan jalan tol (kapitalisme tanpa pemahaman lingkungan yang baik). Sebahagian adalah bukit yang di datarkan untuk di jadikan kawasan perumahan-perumahan yang oke punya (business properti yang lagi melambung) bagi penulis adalah peluang memasukkan sejumlah unit bisnis yang menjaga keseimbangan alam, tubuh dan juga keseimbangan finansial. Bagaimana cara masuknya nikmati dalam kudapan “Gurihnya Bisnis di PT. Myans Insani Sejahtera”

Kembali ke focus penulisan ini dengan perjalan menuju stasiun kereta api Kota semarang. Setibanya di stasiun penulis menanyakan berapa harga tiket kereta ekonomi (sayang karcis penulis hilang) harga karcis 33.500 jam berangkat jam 19.00 di Semarang poncol. Alih-alih mau beli karcis mau lihat duit dulu di ATM BCA apakah ada keajiban yang muncul atau tidak. Ternyata tidak ada sama sekali. Maka alternatif adalah menjual HP atau minta tolong sama cres untuk membelikan tiket. Maka Allah menggerakkan hati Hambanya untuk membantu. Maka dibelilah tiket dengan keterang tanpa tempat duduk.

Dari tiket tanpa tempat duduklah sebuah cerita indah, menegangkan dan sekaligus seru dimulai. Pada hari Senin-Sabtu jurusan Semarangponjol-Pasar Senen biasa penjualan tiket tidak akan mucul tanpa tempat duduk. Pada perjalanan hari minggu malam penumpang akan berjubel penuh. Lorong-lorong gerbong dipenuhi oleh penumpang yang mesti bepergian ke Jakarta untuk bekerja. Penulis menempati lorong gerbong no. 8. Khusus gerbong 7-10 untuk penumpang dari Semarang. Melihat peluang yang ada maka muncullah pedagang koran untuk alas tidur. Dengan uang Rp. 1.000,- telah mendapatkan beberapa lembar koran untuk alas duduk dan tidur nantinya.

Penulis berkenalan dengan beberapa orang yang menjadi penumpang. Pertama bernama Abdurrahim yang merupakan karyawan swasta di tanjung priok yang mendapatkan bangku di perjalan kali ini. Kemudian Mister Las yang bekerja pada pengelasan, yang terakhir mister teknik sipil yang bekerja di pancoran. Maka tas penulis dimenitip tas bagi yang ketiga. Karna bagi kita yang mendapatkan tempat duduk lesehan maka bisa sampai di mana-mana.

Magrib menyapa kaum muslimin dan muslimat pada jam 17.50, maka kewajiban tersebut dilaksanakan kaum muslimin di mushalla dalam stasiun. Kapasitas dan kecukapan fasilitas tidak mencukupi  bagi kaum muslimin yang melakukan solat berjamaah. Untuk dapat solat berjamaah semuanya dibagi menjadi 4 gelombang dengan 4 imam. Terjadi kejadian yang mestinya seorang muslim memahami bahwa solat sendirian di mana ada jamaah adalah tidak boleh. Kejadian ini banyak terjadi di manapun mesjid dan mushalla sebuah indikasi kelemahan umat islam dalam hal ibadah dan juga kehidupan keseharian.

Bersama Abdurrahiim cerita berlanjut bagaimana suka, duka, enak tak enaknya menjadi penumpang kereta api kelas ekonomi. Dalam hal ini penulis telah mencoba sebanyak 3 kali perjalanan. Pertama perjalanan dari Jogjakarta menuju ke Bandung dan transit di Banjar. Kedua dari Bandung menuju jugjo. Kemudian dari Semarang ke Pasar senen tanpa transit tentunya. Dan insya Allah akan menyusul pejalann lainnya. Dari pengalaman beliau bahwa perjalanan yang paling menyiksa adalah ketika lebaran. Hampir tidak dapat untuk buan air kecil. Karna wc pun dipenuhi oleh penumpang dan pada setiap stasiun kereta akan berhenti hanya untuk berhenti menurunkan penumpang dan menaikkan penumpang sekaligus pedagang antar stasiun. Cerita ini sebenarnya bisa menjadi sebuah buku dengan pengalaman penumpang dan juga diikuti dengan hasil tulisan jurnalitik di koran, majalah.

tu...t, tu......t, tuu.......t, sebuah peringatan bagi penumpang untuk berangkat menuju tujuan masing-masing yang berakhir nantinya di stasiun senen. Kepada seluruh penumpang kereta api untuk dapat menaiki kereta api karna sebentar lagi akan diberangkatkan. Begitulah peringatan dan himbauan dari petugas stasiun. Kretak bunyi benturan yang terjadi ketika lokomotif menarik anak gerbongnya untuk memulai perjalan.

Maka penulis mencari tempat duduk yang bisa ditempati sampai orang yang berhak mendapatkan tempat duduknya. Perjalan dari gerbong belakang menuju gerbong depanpun dimulai untuk bisa duduk dan meluruskan tulang punggung ini. Maka di dapati tempat duduk untuk sementara waktu. Ketika itu penulis lagi menyelesaikan membaca buku berjudul.......(lupa lagi) nanti di resensi aja. Namun bangku yang kita tempati  pun telah ada yang punya. Naik pada stasiun lainnya. Maka lesehan dengan beberapa koran pemberian Mister Las adalah penyelamat pantat dan celana dari kotornya lesehan lorong kereta api. Maklum orang kan ngak perhatikan apa yang menempel di telapak kaki mereka yang terpenting bisa dipakai aja. Di temani oleh teman-teman segebong dengan segala aktivitas yang mulai dari mengobrol, bercerita dan juga mulai untuk memejamkan mata.

 Ada sebuah fenomena yang penulis baru perhatikan dalam perjalan kali ini. Sebuah tempat tidur yang nyaman walau dengan ukuran 30 sentimeter dan tidak bisa untuk membalikkan badan. Itulah tempatnya di bawah tempat duduk penumpang. Walau berada dibawah tempat duduk, namun adalah tempat yang tidak terganggu dengan lalu lintasnya pedagang dan juga penumpang. Maka tempat istirahat inilah yang penulis ambil untuk istirahat dan tidur nyenyak. Bagi yang mendapatkan tiket tanpa tempat duduk ini adalah kesempatan terbaik untuk sayang dilewatkan. Untuk alas mesti membawa kertas karton yang lebar untuk menampung punggung, sekaligus sebagai penahan dingin lantai gerbong kereta api.

Catatan perjalanan dari semarang ke Jakarta.

Tidak ada komentar: