Minggu, Desember 20, 2009

Selamat Datang dan Selamat Tinggal




1431 H & 1430 H

 Masa lalu adalah persoalan yang telah mati dan kita tidak mungkin meraih momentum untuk menuju hari esok kalau kita menyeret-nyeret masa lalu dibelakang kita.” Jack Hayford
Pergantian tahun baru hanya sebuah bilangan yang telah genap dalam ukuran. Sebuah perjalan dari bulan pertama sampai bulan yang ke-12. Dalam hitungan tertentu hari masih tetap dari Sabtu, Ahad,Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Jum’at. Pergantian tahun menandakan sesuatu berlalu dan sesuatu akan datang. Pergantian tahun memberikan sinyak untuk peningkatan yang stabil dan tidak ada kata berkurang.
Tahun baru mempunyai sebuah momentum untuk melakukan Hijrah (tranformasi) baik bagi individu, organisasi, lembaga. Tranformasi ini membutuhkan kejujuran untuk melihat kebelakang. Mendedah diri dari segala aktivitas harian baik perilaku yang berhubungan dnegan diri, kinerja, kepedulian, kebiasaan dan budaya hidup. Karna dalam hal ini tahun 1430 H yang telah berlalu 1 tahun, tetap meninggalkan jejak untuk pondasi tahun 1431 H.
Tahun Hijriah proses penanggalan mengikuti momentum masa hijrah Rasulullah dari Makkah menuju Madinah. Penanggalan ini digagas oleh Umar bin Khattab Ra untuk menandakan bahwa kita umat Islam mempunyai penanggalan sendiri. Penggunaan penanggalan Hijriah berhubungan dengan rangkaian kehidupan umat Islam dan beberapa syariat ibadah di dalamnya. Bulan-bulan hijriah mempunyai kekhususan pada masing-masingnya. Dimulai dari Muharram sampai Djumadil Akhir dengan prosesi Pengurbanan jiwa dan harta yang dilambangkan dengan Naik Haji dan Ibadah qurban.
Transformasi dalam tahun baru hijriah 1431 memiliki beberapa koridor untuk mendapatkan perubahan yang signifikan. Pertama, adalah kejelasan visi (niat) Hal ini sesuai dengan sabda Rasul “Setiap perbutan tergantung visi (niat). Siapa yang berniat transformasi diri untuk wanita itulah yang didapat, dan siapa berniat transformasi diri untuk keamanan itulah yang didapat….. Melakukan transformasi membutuhkan kejelasan visi. Kedua, adalah bentuk perilaku dan sikap. Transformasi visi membutuhkan kebiasaan-kebiasaan baru. Kalau tidak maka akan menjadi sebuah pajangan indah di depan plang perusahaan dan di brosur kehidupan. Ketiga, evaluasi yang sistematis. Hal ini mendukung untuk meninjau sejauh mana pencapaian transformasi yang diharapkan.
Beberapa bentuk transformasi (Hijrah) meliputi:
1.       Hijrah dari sering menggunakan kalender Masehi ke kalender Hijriah
Menggunakan kalender hijriah adalah bentuk hijrah pertama. Transformasi ini memberikan sebuah view baru pengelolaan diri dan sebagai media pengingat akan pencapaian kualitas diri dalam ibadah dan kehidupan berIslam.
2.       Hijrah dari kinerja good menjadi great
Amat murugi orang yang sama kinerja hari ini dengan kemarin. Sebuah kutipan dari Sabda sang Nabi Muhammad. Transformasi kinerja dari tatanan yang baik menjadi great membutuhkan komitmen untuk menetapkan sasaran prestisius. Dalam  buku dari Good to Great diulas tentang sebuah komitmen untuk berperilaku menjadi Great.
3.       Hijrah dari tidak peduli menuju manusia yang peduli.
Transformasi diri ini tidak hanya sebuah makna simbolis. Kepedulian berangkat dari kesadaran diri bahwa kita bagian yang mempengaruhi dinamika kehidupan dimana kita berada. Kepedulian sederhana yang biasakan akan memberikan dampak luarbiasa. Hal ini dimulai dari membuang sampah dengan melakukan pemilahan sampah di tataran rumah tangga, kantor dan membuang sampah pada tempatnya. Kemudian dilanjutkan dengan sekedar berjalan kaki disekeliling tempat tinggal untuk melihat lebih nyata dengan siapa kita bertetangga, menyapa, bercerita.
4.       Hijrah dari kebiasaan tidak bermanfaat menuju kebiasaan yang bermanfaat.
Hal sederhana yang kadang kala kita tidak sadari dari kebiasaan diri adalah mengeluh dan menyalahkan keadaan. Ocehan dan umpatan yang keluar dari percakapan. Dengan sedikit memberikan sebuah nasihat dan mengeluarkan pandangan sisi positif akan memberikan kebiasaan bermanfaat dan membawa kepada keberpihakan terhadap kebaikan. Karna ocehandan umpatan tidak akan menyelesaikan masalah dan bahkan memperparah masalah. Hal ini senada dengan pepatah cina “Lebih baik menyalakan beberapa lilin dari pada menggerutui kegelapan”
5.       Hijrah dari bertransaksi dan berbisnis dengan system ribawi ke system syar’i
Transformasi dari sector yang menggerakkan perkonomian adalah kepedulian dalam bentuk mengelola financial diri dan keluarga serta bisnis. Hal ini bisa dilakukan pengukuran sejauh mana persentase pemasukan dan pengeluaran kita untuk membantu perekonomian umat islam berupa membeli produk halalan tayyiban, berbelanja di pasar tradisonal dan tidak terlibat dari perbankan berbasis riba. Transformasi dari sisi pemasukan adalah dengan mengeluarkan zakat harta 2,5% dan menambah dengan dana kepulian terhadap mereka yang tidak mampu. Dari sisi pengeluaran lebih banyak berbelanja dengan menggunakan uang cash dan di unit-unit usaha yang punya adalah mereka komit terhadap perekonomian umat islam.
6.       Hijrah dari kekerdilan diri menuju kedewasaan.
Kekerdilan diri berhubungan dengan paradigma (cara pandang) terhadap satu bidang atau kejadian. Steven R Covey dalam 7 habits cara pandang mempengaruhi seseorang untuk mengambil tindakan dan keputusan. Sedangkan parlindungan marpaung dalam bukunya setengah berisi, setengah kosong memberikan cara pandang picik adalah orang yang memandang setengah kosong dari pada setengah bersisi pada gelas. Cara pandang setengah kosong adalah melihat dari sisi kekurangan, keburukan dan kejelekan seseorang, kejadian. Sedangkan setengah berisi adalah cara pandang melihat sisi positif, kebaikan yang terdapat pada seseorang, kejadian ataupun peristiwa.
7.       Hijrah dari kemunafikan budaya menuju keautentikan (fitrah) budaya.
Beberap kasus dalam ruang public kita terutama menjadi isu yang mengetarkan dan membawa arus massa yang besar yakni kasus korupsi, pencemaran nama baik, dan beberapa kejadian, baik dalam bidang ekonomi, social, politik, agama, kenegaraan dengan ditandai pemilihan pelengkapan keneragaan berupa legislative, dan eksekutif. Semua belum memberikan keautentikan budaya keindonesian dengan ideologi pancasila. Penduduk muslim terbanyak yang belum mampu menunjukkan keautentikan budaya muslim yang berasal dari rangkaian dokrtin dan ibadah mahdah dan gairu mahdah.
 Selamat datang tahun baru Hijriah 1431 dengan segenap keoptimisan transformasi menjadi ummat yang terbaik (Q.S Ali Imran 110) dan selamat tinggal than 1430 H dengan segenap pembelajaran yang terekan dalam lintas sejarah.
Diselesaikan pada hari, Rabu, 9 Desember 2009 di mihrab Mesjid Cilosari 17, Cikini

Tidak ada komentar: