Selasa, Desember 22, 2009

Abu Bakar dan Gaji


Abu bakar ra adalah seorang pedagang kain, dan ia hidup dengan dagangagannya itu. Sehari setelah dilantik menjadi khalifah, dengan membawa beberapa helai kain di tangannya, ia berjalan menuju pasar untuk berjualan seperti biasanya. Ditengah jalan, ia berjumpa dengan Umar ra. Umar r.a bertaana, “Mau kemana engkau?” Jawab Abu bakar r.a “Mau kepasar” Sahut umar r.a “Jika engkau sibuk berdagang, lalu siapakah yang akan menjalankan tugas kekhalifahan?” Jawab Abu bakar r.a “Lalu bagaimana aku harus membiayai keluargaku?” Umar r.a berkata, mari kita menjumpai Abu Ubaidah (yang dijuluki penjaga amanah oleh Nabi SAW) agar ia menentukan uang gajimu. “ Keduanya pun menjumpai Abu Ubaidah r.a dan ditetapkan tunjangan untuk Abu Bakar r.a yang jumlahnya sama dengan tunjangan seorangMuhajirin lainnya, tidak kuragn dan tidak lebih dari itu.
***
Mencari nafkah untuk keluarga adalah kewajiban. Memelihara dari kelaparan dan kekurangan dengan niat ibadah adalah jihad. Berdagang adalah salah satu pintu rezki Allah bagi Manusia. Abu bakar r.a sebagai seorang khalifah tidak meminta keperluan keluarganya kepaa kaum muslimin. Bahwa saya digaji dari urusan khalifah.
Kisah ini sebagai permulaan bagaimana seorang khalifah memberikan keteladanan untuk tidak menjadi orang yang hidup dari negara atau menjadi lintah negara. Persoalan ini berbanding terbalik dengan kondisi hari ini. Telah menjadi budaya dan juga karakter bagi sebahagian orang merasa senang dengan menikmati fasilitas dari negara. Fasilitas perumahan, fasilitas akses-akses khusus dan juga fasilitas lainnya sampai pada tataran asuransi keluarga.
Pada sisi lain masyarakat sebagai pemberi kontribusi terbaik bagi APBD dan APBN lewat pajak dan distribusi yang di kenal dengan Pendapatan Asli Daerah. Kondisi adalah serba kekurangan. Bagi pedagang kecil yang membutuhkan modal tidak sampai 1 juta, berhadapan dengan rentenir dengan bunga 20% perbulan. Sedangkan ia bertetangga dengan mesjid dengan uang kas lebih dari 10 juta rupiah. Bagi yang miskin dan tidak memiliki hak yang layak untuk bidang pendidikan dan juga kesehatan. Karna ia tidak memberikan kontribusi yang nyata bagi negara. Sebenarnya karna yang sedikitlah dari jumlah yang banyak mempegaruhi keuangan.
Menelisik kepemimpinan Abu Bakar r.a adalah orang yang tidak bergantung dengan gaji dari tugas sebagai seorang khalifah. Karna ia tahu sebaik-baik rezki adalah dari hasil keringatnya sendiri.Abu bakar memahmi bagaimana sebenarnya keuangan negara (Baitul Mal) mesti di kelola sesuai dengan kebutuhan dan kaedah-kaedah keislaman. Tugas khalifah adalah sebagai ubudiyyah melayani masyarakat. Adakah abdi masyarakat yang hari ini menjadikan kep[emimpinan untuk ummat dan tidak menerima upah? Tidak mau mengkorups keuangan negara dan mengembalikan kelebihan anggaran belanja departemennya?
Dan mereka yang kita rindukan untuk memimpin negri ini di semua lini.

1 komentar:

Berry Devanda mengatakan...

zaman sekarang nggak ada lagi yang seperti itu...