Selasa, Desember 22, 2009

Loss in the city of jogja




Yogyakarta adalah propinsi dengan daerah khusus. Menganut sistem kerajaan dengan kesultanan Jogja. Kota jogja terkenal dengan ikon kota yang sederhana. Jl. Malioboro adalah ikon bagi jogja. Tidak bisa dikatakan kita pergi ke jogja tanpa pernah untuk nyantai dan berbelanja di Jl. Malioboro. Sebuah pengalaman penulis pergi ke jogja pertama kalinya pada tanggal 4 Juli 2009. Berangkat dengan semangat untuk membeli program iridiologi kepada ustad Yagust di Jl. Kaliurang Km. 12. pada waktu berangkat menggunakan kereta api bisnis tanpa tempat duduk. Ketera api menuj yogya berangkat pada jam 07.30. Karna penulis tidak mengetahui jadwal maka ketinggalan kereta adalah sebuah keniscayaan. Untuk bisa sampai ke jogja, maka pilihan jatuh pada beberapa alternatif. Kriteria adalah dengan kereta api yang tidak berangkat siang. Kedua, turun di stasiun terdekat dengan jogja dan stasiun tersebut yakni stasiun Kutuarjo.
Perjalan ke jogja menawarkan keunikan dan pengalaman. Penglihatan yang jarang ditemui di pemandanga kota penuh tanaman beton dan aliran polusi udara. Dalam perjalanan berkenalan dengan Bapak Sunarya yang merupakan karyawan PT. Coca Cola Campany bagian distribusi. Beliau pergi mengantar anaknya untuk kuliah di Jember Jawa Tengah. Perjalanan pertama ke jogja membrikan pengalaman unik dan menarik bagaimana sebuah perjalanan dengan kereta api dan seluruh seluk beluk perjalanan. Dalam hal ini bisa di baca dalam tulisan Kereta Api Super Mall.
Pengalaman adalah guru terbaik bagi siapapun dan kapanpun. Kehilangan pertama adalah kehilangan HP GSM Nokia. Hilang dalam perjalanan dari stasiun Tugu menuju tempat tinggal mahasiswa UGM jurusan Ilmu Ekonomi Pembangunan. Kemudian ketinggalan kartu Anjungan Tunai Mandiri Bank Nagari. Kehilangan HP adalah sebuah pelajaran pertama bagaimana membuat perjalanan dengan menggunakan standar perjalanan minimun. Diantaranya adalah membawa gagdet dan juga perlengkapan lainnya.

Tidak ada komentar: