Rabu, Desember 16, 2009

Pengemis Tua


Minggu datang menjelang dengan hangat mentari, kalender menunjukkan tanggal 15/11/09 di sebuah Koran Nasional yang menurunkan berita kebakaran hutan dan juga kebakaran dirumah warga yang entah dimana.

Sebelah pahlawan patimura terdapat burung kakak tua yang telah memutih baik paruhnya mapun kakinya. Wah ternyata adalah uang rp. 100 yang terselip diantara lipatan-lipatan saudara lainnya. Aku berpindah dari patimura ke Kakak tua.

Salam hangatnya menyapaku dan aku adalah bagiannya hari ini. Dari sakunya yang sedikit kumal. Klotak begitu bunyi sebuah mangkok yang telah menjadi identitasnya sepanjang sisa hidup semenjak kejadian yang menghempaskan semua harapan dan juga cita-cita.
Semenjak pagi ia dengan penuh kesabaran menadahkan mangkok kepada setiap mereka yang lewat. Suara lirih dari balik kerongkongan yang telah lama tidak merasakan nikmatnya makanan restoran di seberang jalan. Hanya kemauan keras untuk tetap bertahan dan juga ketabahan untuk bisa menikmati aliran air di kerongkongan dan pengganjal perut anak yang terkulai lemah di rumah.

Bajuku adalah identitas yang menjadikan ku bak pekerja professional kantoran. Seratus rupiah adalah teman yang dulu sering ada dengan senyum kakak tua yang katanya hampir punah. Kepunahannya akibat keserakahan 1 rupiah yang berling banyak.

Itu semua untuk kemewahan dan juga tujuh keturunan. 1 rupiah berserta kakak tua singgah di mangkokku dari ia yang bekerja di perusahaan penebang hutan.

Tidak ada komentar: