Selasa, Desember 22, 2009

The Art of Maketing Pengemis


Perlahan kereta api bergerak menuju bogor. Sebuah perjalanan yang menghabiskan waktu lebih kurang 2 jam perjalanan. Karna setiap stasiun berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang.

Salah satu penumpang adalah seorang ibu muda dengan dua orang anak, satu digendong berumur belum genap 1 tahun. Kemudian seorang anak lagi berumur kisaran 4 tahun atau lebih. Sambil membersihkan ingus sang anak ibunda dengan lembut memberikan beberapa amplob kepada punumpang gerbong bagian depan.

Sedangkan sang anak mendapat jatah pada gerbong berikutnya. Kemudian setelah beberapa saat seorang anak muda berumuran 15 tahun dan seorang bapak tua yang sepertinya keterbelangan mental berjalan perlahan dari gerbong belakang.
Marketing sebagai sebuah ilmu dan seni telah dipraktekkan oleh pengemis secara tidak sadar dan terbuktif efektif dari materi dan efisiensi dari biaya. Dalam marketing mempunyai suatu yang penting, yang namanya (sell) menjual.

Menjual membutuhkan komunikasi antara penjual dan pembeli jasa atau produk. Robert W.Bill dalam bukunya Fool-Proff Maketing menjelaskan bahwa dalam keadan ekonomi yang lesu diperlukan sebuah peningkatan kemampuan komunikasi dan interpersonal dengan berbagai cara. Diantaranya adalah menggunakan prinsip dasar dari pemasaran adalah komunikasi dengan pelanggan dan menciptakan keinginan untuk membeli produk dan jasa. Pada kasus pengemis dengan menggunakan berbagai trik sederhana, dengan membawa anak kecil, wajah yang kuyu dan tidak terurus.

Dalam hal ini secara ilmu marketing mereka adalah orang yang mampu menempatkan STP (Segmentation, Targetting dan Positionin) dan dalam pandangan Hermawan Kartajaya dikenal dengan metode Positioning-Diffrentiation-Branding. Pernyataan Putera Soempurna “It’s better to be a little bit different than a little bit better”

Menggambarkan bagaimana suksesnya seorang pengemis untuk mendapatkan penghasilan dari aktivitas marketing. Pada siaran Uyu mang Kuya edisi Jum’at di salah satu stasiun swasta memaparkan penghasilan seorang ibu denga anak kecil yang disewa mendapatkan minimal penghasilan Rp. 100.000,-. Dengan 1000 rupiah perorang dan pemberi itu sebanyak 100 orang, maka penghasilan mereka 100 ribu. Luar biasa.
Namun akan lebih banyak pada moment seperti ramdhan dan juga pengemasan yang lebih memprihatinkan. Sedang Jack tour menyatakan diffrensiasi or die. Menalaah lembut lanjut seni pengemis dari kontek penjualan langsung, terdapat rasa iba dan simpati menerapkan pola yang hampir sama dan tidak mempunyai perbedaan yang signifikan.

Memasuki pada seni dan ilmu pengemis intelektual yang berkeliaran di ranah kehidupan lebih baik. Berupa proposal program, kegiatan dan juga event yang direkayasa dengan berbagai metode dan cara yang lebih elegan. Diffrensiasi adalah senjata utama. Karna uang diharapkan tidak hanya ribuan namun ratusan juta atau milyaran.

Mendedah lebih lanjut tentang bagaimana pengemis berdasi mampu menjadikannya dirinya kaya raya dengan atas nama “kepedulian, keprihatinan dan kenestapaan” yang tergambar diatas angka-angka dan juga foto realitas lengkap dengan kajian konsepsi dan matriks pengetahuan yang mendukung semuanya. Dan yang menjadi objek adalah mereka adalah pengemis, orang miskin dan juga orang yang terpinggirkan secara social dan politik. Oleh penegemis intelektual lainnya.

Marketing pengemis dalam beberapa aspek perusahaan, sering terjadi dalam penyusunan budgeting dan juga perencanaan. Dramitasisasi proyeksi untuk menambahkan anggaran bujegeting untuk membeli sesuatu yang sebenarnya bisa digunakan inventaris yang telah ada. Maka terjadi modifikasi didukung dengan penampilan slide, dan diagram yang megangumkan. Melakukan penyuapan orang-orang pengambil keputusan. Dan beberapa praktek lainnya.

Pengemis pada tataran mental adalah sebuah ketidakmampuan memaksimal potensi yang ada dalam diri dan mudah menyerah dengan keadaan. Hidup dalam belas kasihan orang lain dan sikap empati. Hadist Rasullah Saw menyatakan” Tangan diatas lebih baik dari tangan dibawah”,

“Karna memberi hidup, menerima mati”

Tidak ada komentar: