Kamis, Februari 25, 2010

Ummati, ummati, ummati

Sebagai sebuah iktibar dan pembelajaran dari kerinduan Rasul untuk selalu bersama ummatnya dan kerinduan Ummatnya untuk bisa bertemu dengan rasulullah.

Kata yang meluncur dari suara beliau menjelang akhir hanyat ketika di temani oleh anak tercinta Fatimah Azzhara. Ia meluncur dari segenap jiwa, rasa, emosi, spirit dan juga duka yang telah terbayang tentang bagaimana ummat nabi muhammat.

Ya Rasulullah saw.

Aku ingin bercerita kepadamu tentang banyak hal, pertama ya Rasulullah kami hari ini bukan lagi ummat terbaik yang bisa tersenyum menjadi ummat yang unggul, ummat yang bergerak dengan prinsip tauhid yang kuat, tidak takut mati dan berani menyatakan kami adalah pengikutmu yang masuk kedalam islam secara utuh dan menyeluruh.

Kami lebih senang ya rasul untuk megikuti kata-kata manusia lain ya rasulullah. Kata mereka tentang menjadi pribadi tangguh, menjadi team dengan pelatihan ini dan itu, menjadi warga negara dengan hukum ini dan itu, mengelola usaha dengan sistem ini dan itu, mematuhi pemimpin karna ia begini dan begitu, takut miskin dan jatuh martabat bersama orang miskin dan mustad'afin karna ini dan itu. menfasilitasi ribawi karna ini dan itu. menipu saudra sendiri dengan ini dan itu. merusak saudara sendiri dengan fitnah dan gosip ini dan itu.

Berpesta pora dalam memperingati lahirmu dengan makanan ini dan itu sedakang kaum yang engkau bela dan engkau sayangi masih menahan lapar dan mengais sampah. Kami masih berzikir hampir siang dan malam, namun kami masih enggan meninggalkan usaha, membeli, menjual yang tahu itu haram ya rasul.

Kami mau membesarkan usaha, menjual usaha yang merusak generasi ummat, mengiklankan produk dan jasa yang masih menggunakan sistem ribawi dan juga ya rasulullah kami berobat bukan dengan sunnahmu, kami berobat ketika tubuh ini sakit berpulh ribu dan juga berjuta rupiah, dan tidak mampu memberi makan tetanggaku.

Kami senang ya rasulullah untuk menutup pintu pagar kami dengan pagar tinggi supaya kami tidak mengenal saudara kami. Kami tutup pintu kaca mobil kami ya rasul untuk tidak di ganggu oleh kaum mustadafin. Kami belanja di supermarket yang kami tahu bahwa itu bukan milik saudaraku seiman.

Aku ingin berkirim surat kepadamu tentang kegelisahan. Kegelisahan melihat ummatmu cinta harta dan tidak cinta ilmu. Cinta glamor dunia dan tidak cinta majlis iman. Cinta berpakaian bagus dan mewah dan malah pengin di pampang di mana saja sedangkankan engkau ajarkan berpakaian amat sederhana 2-3 lembar saja pakainmu.

Cinta makanan dengan banyak menyisakan di piring sedangkan dirimu cinta menahan lapar dengan berpuasa. Cinta minuman ini dan minumanitu sedangkan dirimu cinta minum madu. Cinta popularitas dan enggan menjadi pribadi yang tawadhu'.

Cinta menyekolahkan anak di pendidikan ini dan itu, dan tidak cinta mendidik anak kami dengan al-Quran dan juga sunnahmu. Cinta menyuruh mereka untuk menulis banyak hal dan tidak menyuruh mereka menulis kebaikan dan juga kecintaanmu. Cinta menyuruh mereka bertanya tentang banyak hal dan tidak menyuruh mereka bertanya bagaimana bertanya berjuang bersamamu.

Aku ingin berdialog denganmu tentang kebinasaan. Kebinasaan ekonomi yang kami dapati sekarang karna kami tidak mengikuti ajaranmu. Kebinasaan politik karna tidak berhukum dengan kebijakan dan anjuranmu. Kebinasaan keturuanan karna kami tidak mempelajari bagaimana mendidik generasi ummat.

Kebinasaan ilmu pengetahuan karna kami tidak mempelajari ilmu pengetahuan yang ada dalam alQuran dan juga sunnahmu. Kebinasaan hukum dengan tidak mengikuti hukum yang engkau tegakkan. Kebinasaan perilaku karna kami tidak mengikuti budi pekertimu. Kebinasaan persatuan dan kebersamaan karna kami telah jauh dari berjamaah solat di mesjid. Kebinasaan kepedulian karna kami tidak lagi tahu lapar seperti lapar dirimu. Kebinasaan hati nurani karna kami tidak mau tahu lagi dengan segala sesuatu tentan keperhatianmu.

Aku ingin belajar darimu tentang perjuangan. Perjuangan berkalimatkan tauhid, berfikir tauhid, bertindak tauhid, bersaudarakan karna tauhid, berperang karna tauhid, berekonomi karena tauhid, bermuamalah karna tauhid.

Perjuangan bagaimana menjadikan mereka yang tidak dianggap secara sosial, politik, ekonomi engkau perjuangkan menjadi pribadi yang tangguh, pribadi yang unngul, pribadi yang terbaik. Hanya lewat sentuhanmu mengajak mereka mencintai tempat yang selalu enkau sayangi yakni mesjid.

Perjuangan bagaimana tidak patuh dan berkompromi dengan kebatilan walau harus berperang dengan saudara dan kaum sendiri dengan menumpahkan darah dan juga tetesan air mata. Perjuangan bagaimana mampu meletakkan batu yang mengganjal perut karna blokade ekonomi. Perjuangan di sisihkan bagaimana tidak mau berkompromi dalam peribadatan. Perjuangan bagaimana di usir dari kampung sendiri untuk menegakkan kebenaran tauhid.

Aku ingin dipukul dengan rotan seperti salah satu sahabatmu yang meminta balasan dan ia bisa merangkulmu. Aku rindu duduk di sampingmu, aku rindu melihat senyummu, aku rindu melihat bola matumu, aku rindu melihat rona wajahmu.

Aku ingin minum di mata air yang engkau do'akan, aku rindu solat di tempat engkau solat lima waktu, aku rindu bermunajat di tempat engkau bermunjat di letakkan kotoran unta, aku rindu balapan dengan dirimu seperti engkau balapan dengan aisyah istrimu.

aku ingin berimam solat denganmu di mana dirimu sekarang. Kami rindu dengar suaramu membaca alfatihah yang mampu menggertarkan jiwa dan raga kami untuk beribadah dan hanya kepada Allah minta tolong. Kami rindu mendengar indah suaramu membaca kabar baik dalam alquran. Kami rindu mendegar tesekatnya suaramu ketika membaca alquran tentang kabar pertak, bencana dan juga kabar peringatan.

Kami rindu rukuk bersama rukukmu ya rasulullah saw, rindu sujud yang panjang di setipa solatmu. Rindu berdoa beserta do'amu.

aku ingin mendengar suaramu ketika menyampaikan kebenaran. Menyampaikan ayat-ayat Allah yang menjadi panduan kepada siapaun, walau itu penguasa imperium, hartawan, bangsawan, pemimpin suku, pejabat.

aku ingin merasakan bagaimana berada di dalam majlismu setelah solat subuh bersamamu, dan solat lainnya ya rasul. aku ingin perang bersamamu ya rasul di setiap peperangan yang engkau pimpin atau engkau perintahkan kami untuk berperang. Aku ingin melihat bening airmatumu ketiak bermunajat kepada Allah di waktu malam, aku ingin ya rasul mampu menjadikan kami ummat yang engkau ajarkan menjadi pasukan tidak tidak takut akan kematian, aku ingin melaksankan pola ekonomi mu

Rindu kami padamu ya rasul, Rindu tiada terperi.
Cinta kami padamu ya rasul, cinta yang tiada bertepi
Sayang kami padamu ya rasul, sayang yang tiada berhenti
Cemburu kami padamu ya rasul, cemburu yang tiada terganti
Kasih kami padamu ya rasul, kasih yang tiada berpilih
Perhatian kami padamu ya rasul, perhatian yang tiada tersaingi

Sebagaimana Rindumu, Cintamu, Sayangmu, Perhatianmu, Cemburumu, Kasihmu di akhir kalimat menjelang bertemu Ilahi "Ummati, Ummati, Ummati"

Jadikanlah kami ummatmu yang engkau nyatakan inilah ummatku, jadikanlah kami ummatmu yang engkau banggakan inilah ummatku, jadikanlah kami ummatmu yang engkau cintai, inilah ummatku.

Jangan engkau katakan kami bukan ummatmu
Jangan engkau nyatakan kami bukan ummatmu
Jangan engkau proklamirkan kami bukan ummatmu
Jangan engkau musuhi kami, karena bukan ummatmu

Ya Rasulullah salamun 'alaik, Ya Rasulullah inilah kami ummatmu, ummatmu, ummatmu

Tidak ada komentar: