Sabtu, Februari 06, 2010

Orang buta: Sang Pemenang

Perlahan tongkatmu meraba-raba kedepan sambil kaki kira dan kananmu saling mendahului dari sebuah pintu keberkatan siang itu. Dengan tongkat yang menjadi ganti matamu yang tidak lagi melihat rusaknya kehidupan dunia dengan dosa dan fitnah yang merajalela.

Setapak-demi setapak di topang oleh tongkat itu, kau bergegas menuju termpat yang telah niatkan siang ini di tempat yang menjadi ikon ummat ini. Beberapa langkah kedepan kakimu merasakan ada beda dari langkah yang dahulu.

Kemudian enkau berhenti dan tidak melanjutkan sampai yang terdepan, aku tak tahu kenapa engkau tidak lanjutkan bahwa engkau berhak mendapatkan tempat itu, bukan mereka yang datang kemudian dengan berbagai kesempurnaan dan juga atribut keduniaan seperti pangkat, harta dan juga siapa saya.

Perlahan engkau duduk dengan tenang sambil melihat dengan pandangan yang tidak meliha dunia. Khusuk dirimu mendengarkan suara nyanyian rindu makhluk yang berdialog dengan tuhannya. Seperti bergetar dirimu dan larut di dalamnya, sedangkan aku hanya mampu mengangumimu dari tempat yang tak jauh, hanya 4 orang di saf yang berbeda.

Ketika panggilan kemenangan itu di kumandangkan, bergerak bibirmu menjawab bahwa saya adalah pemenang yang mampu menunggu panggilan sebelum ia datang. Dirimu mengalahkan mereka yang mampu melihat secara sempurna yang amat berbeda dengan dirimu.

engkau angkat kedua tanganmu menucapkan Allah Akbar, mengakui kebesaran Allah dan dirimu kerdil di hadapannya. Engkau ajarkan sebuah pembelajaran untuk aku dan mereka yang merasa besar di kekerdilan diri dan hati.

Tiap gerak tubuhmu, ruku' sujud, i'tidal, duduk akhir dan tumakninah yang ekau akhir dengan salam. Mendo'akan aku dan mereka yang masih bergerak dan ruku', sujud dan tersungkur di dunia yang fana melenakan ini, baik di kantor maupun di perjalanan.

Di akhir prosesi solat jamaah tidak lupa engkau tenggadahkan tangan berdo'a dengan khusuk. Kuperhatikan gerak bibirmu untuk menerka do'a apakah yang egkau lantunkan untuk ibu, ayah, orang yang tidak peduli dengan keadaanmu. atau keluhan mu tentang derita kehidupan atau juga cacian orang atau pandangan rendah orang terhadapmu, dan semua itu adalah misteri yang aku sendiri tidak tahu.

Setelah itu kau dengarkan beberapa penjelasan tentang ayat-ayat keagungan untuk diri yang agung. Ayat-ayat kehidupan untuk diri yang ingin menikmati ketenangan, keindahan, keridhoan hidup. Sayang aku tak bisa mengikutimu karna di luar sana ada tarikan lain yang membawaku keluar.

Terima kasih teman yang telah mengajarkanku bahwa keterbatasan bukan penghalang untuk menjadi pemenang setiap waktu, karna kau berucap "AKU ORANG TERBIASA PEMENANG & TERDEPAN"

Siang tadi di mesjid Istiqlal Jakarta, 3 Februari 2010, 18 Safar 1431 H

Tidak ada komentar: