Kamis, Februari 25, 2010

Rumah Allah Pelit?

Seseorang yang telah beberapa hari tidak mendapatkan makanan yang dapat mengganjal perutnya karna ia tidak mendapatkan uang untuk bisa membeli makanan, ia hanya bisa dan mampu untuk minum ari saja sebagai penahan lapar yang amat sangat. Air yang ia minum adalah air dari sebuh mesjid. Ia tidak ingin menyampaikan kepada orang lain bahwa ia tidak mempunyai uang sama sekali. Karna bagi ia meminta-minta adalah perbuatan tercela. Ia datang ketika waktu solat telah tiba. Dihari jum’at ketika diumumkan bahwa kas mesjid sekian juta, pemasukan sekian juta, pengeluaran sekian ratus ribu.
Honor khatib sekian seratus ribu, honorium buya seratus ribu dan beberapa penguuman lainnya yang terdapat di papan tulis? Pertanyaannya adalah apakah mesjid sebagai rumah Allah tidak mampu memberikan makan bagi orang yang kelaparan dan ia masuk dalam kelompok fakir karna tidak mempunyai apa-apa?

***

Seseorang yang mencoba menjadi pengusaha. Berusaha adalah kewajiban ia mempunyai kemaun dan cita-cita untuk dapat mengeluarkan zakat dan mampu membuka lapangan pekerjaan bagi sesama dan meningkatkan taraf hidupnya.

Dalam berusaha ia mendapatkan beberapa ujian berupa penipuan dari rekan usaha yang mengambil barang darinya dan tidak membayar hutang barang tersebut. Sedangkan ia mempunyai tanggungan beberapa orang karyawan dan juga hutang barang kepada orang lain.

Ia ketika menjalankan usaha tidak lupa untuk menyisihkan sedikit dari rezki yang Allah berikan untuk kegiatan mesjid dan mushalla dan ia tetap membantu anak yatim dan fakir miskin dengan kegiatan yang dilakukan oleh takmir mesjid.

Namun ketika ia bangkrut dan masuk dalam kelompok asnaf yang delapan, apakah rumah Allah bisa memproteksinya? Pertama untuk menyelamatkan kebutuhan pangan, Kedua menyediakan dana berbentuk pinjaman untuk berusaha kembali yang dana tersebut adalah halalan tayyiban. Karna ia tahu dengan meminjam kepada rentenir adalah dosa karna makan riba. Allah subhanahu wata’ala telah mengharamkan riba dan juga tidak menerima do’a orang yang makan dengan usaha yang dari riba.
Pertanyaan adalah apakah rumah Allah dan juga pernyataan Allah dalam surat Attaubah ayat 60 bisa memproteksi sang pengusaha gagal? Kalau tidak maka apakah rumah Allah itu hanya bisa menerima dan tidak bisa memberi untuk hambanya yang gagal?

***

Ia adalah orang yang cacat dan tidak mempunyai kemampuan dalam skil, hidup berharapkan kepada kasihan orang lain. Karna keterbatasan kemampuan dan juga hal-hal lain ia hidup luntang lantang dan tidur dimana mata mengantuk. Ketika ia berada di bawah jembatan maka disanalah tempat ia akan tidur dengan beralaskan keras karton sisa dari toko yang ia cari kemarin.

Kehidupan memaksa ia memilih untuk menjadi peminta-peminta dijalanan. Berjalan adalah sesuatu yang bisa membuat ia bahagia, berdiri di lampu merah adalah suatu keharusan untuk mendapatkan seribu dua ribu untuk bisa bertahan hidup karna perut tidak bisa diajak kompromi untuk tidak makan. Kadang-kadang ia tidur di emperan toko, di emperan mesjid, dan terkadang di alam terbuka ketika mata itu telah mengajak untuk melihat tempat-tempat indah yang selalu hadir dalam mimpi, kadang-kadang ia bermimpi tidur sehari di hotel berbintang, atau tidur di istana sang presiden.

Ketika ia mencoba untuk tidur dan beristirahat di mesjid dengan kasar atau sering diusir karna ia tidak memiliki baju yang bersih dan enak dipandang mata, maka ia tidak mendapatkan hak untuk menaung, hak untuk belajar dan hak untuk makan dari rumah Allah? Ia adalah makhluk Allah dibumi kenapa ia tidak mendapatkan haknya dari Rumah Allah tempat semua manusia mengadu?

***

Dengan keyakinan yang kuat akan kebenaran islam ia menyatakan masuk islam dan memilih jalan kebenaran itu dengan bersyahadat dan di saksikan oleh kaum muslimin lainnya. Namun ia telah mengukur resiko untuk tidak di terima lagi di komunitas lamanya.

Semuanya seakan hilang, status social yang lama yang menerimanya apa adanya sekarang hilang. Akses usaha dan pekerjaan yang selama ini menopong hidup dan kehidupannya sekarang tidak ada lagi. Orang tua, anak atau istri yang selama ini ia cintai sekarang telah berbalik arah karna tidak mau ikut dengan jalan islam yang ia pilih.

Terjadi kegamanan yang luar biasa, belum lagi ia belajar banyak hal tentang islam, tata cara beribadah, berperilaku hidup seperti yang ia sedikit pelajari di Islam. Kemanakah ia mesti menupang status barunya dan juga membutuhkan jaringan pengamanan social dan juga proteksi ekonominya? Atau apakah rumah Allah adalah tempat yang baik untuk ia bisa tinggal sementara waktu? Tempat belajar sementara waktu? Tempat untuk berusaha sementara waktu? Dan lain sebagainya.

Benarkah Allah dengan Rumah Allah menyelesaikan persoalan mereka yang muallaf?

***

Ia yang Allah karuniakan kecerdasan yang luar biasa. Banyak pertanyaannya yang tidak mampu di jawab oleh orang tuanya, dan beberapa orang lainnya tentang berbagai fenomena alam sekitarnya. Kejadian apa saja menjadikan ia penasaran.

Pernah ia bertanya Bapak bagaimana kerbau itu berkaki empat dan mempunyai tanduk 2? Kenapa kerbau tidak berbicara seperti kita sedangkan ia juga bersuara dengan lenguhan panjangnya? Dan kok di kakinya ada dua kuku besar dan dua kuku besar. Ketika sang Bapak menjawab. Jawaban itu tidak memuaskan hatinya. Maka ia mengajukan pertanyaan lebih lanjut.

Dengan segenap kemampuan yang ada sang bapak menyekolahkan ke sebuah sekolah dasar namun ia banyak merepotkan guru dengan segala pertanyaan yang membuat ia penasaran dan guru tidak mampu memberikan jawaban sama sekali.

Namun sayang ia tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Ia adalah salah satu anak yang sering solat di mesjid bersama ayahnya ketika jum’at. Dan juga sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sang khatib tidak mampu menjawabnya tentang pertanyaan bagaimana, kenapa dan untuk apa? Dan ia juga sering solat bersama dengan ayahnya yang buta huruf di langar kecil di tengah persawahan.

Maka kita bertanya, Allah yang memberikan karunia kercerdasan aqal yang mengangumkan kepada seroang anak apakah ia dari kampung atau anak kolong jembatan dan dari keturunan islam secara biologi adakah Rumah Allah yang terdapat hampir di setiap dusun dan sudut kota mampu memproteksinya untuk menjadi ilmuan yang brilian?

Banyak dari saudaranya yang lain yang diketahui bakat dan kecerdasannya telah direkrut oleh orang-orang yang membutuhkan ilmuan, ia memberikan fasilitas pendidikan dengan beasiswa penuh. Hanya satu perjanjian ketika ia telah mampu untuk menyelesaikan studi yakni mengabdikan diri di almamater untuk mengajar murid atau mahasiswa yang sebagian besar atau hampir di katakan adalah tidak seaqidah dengannya.

Dalam berbagai interaksi budaya dan juga ia tidak memiliki proteksi yang kuat dari institusi agama atau rumah Allah salahkah bila ia menghasilkan senjata, pemikiran dan lain sebagainya yang digunakan untuk menghancurkan ummat islam sendiri?

Kebanyakan dari mereka yang cerdas dan jenius adalah anak yatim, piatu dan terlantar di jalanan benarkah rumah Allah sebagai sebuah institusi yang mampu memberikan mereka tempat untuk menimba ilmu yang bisa untuk mereka belajar tentang ciptaan Allah.

Siapakah yang lebih banyak memproteksi mereka? Beasiswa ke Jepang, singapura, australi, amerika dan Negara eropa. Tidak jarang mereka diberikan hak warga Negara untuk bisa tinggal di sana memberikan ilmu pengetahuan dengan kecerdasan yang luar biasa. Namun pertanyaannya dimanakah Rumah Allah yang bisa memberikan ia beasiswa penuh yang ia akan mengabdikan diri untuk mendidik ummat yang solat di mesjid dan mushalla di kampung asalnya?

***

Ia dari keluarga yang amat sederhana, dengan satu ayah, satu ibu dan 3 orang anak yang tumbuh menjelang dewasa. Suatu ketika sang ayah mendapatkan musibah. Mendapatkan sebuah penyakit yang membutuhkan biaya pengobatan yang banyak.

Beberapa harta yang ada ia telah jual kepada tetangga, tanah perumahan yang sangat sedikit ia jual untuk dapat mengobati penyakit ayahnya. Ia mencoba untuk meminjam kepada para tetangga, namun para tetangga tidak mau memberikan pinjaman karna merka berprasangka dengan apa mau dibayar lagi hutang, karna harta mereka tidak ada lagi.

Ayahnya adalah orang yang tidak berpengaruh di kampung atau di tempat ia tinggal. Ia hanya jamaah biasa yang datang ketempat rumah Allah hanya untuk solat subuh atau isya dan sekali-kali ikut pengajian yang diberikan oleh pak ustad.

Namun ketika ia telah jatuh jadi mikin papa, mesjid sebagai rumah Allah melakukan pembangunan menara dan perbaikan lantai yang di ganti keramik biar lebih indah. Para pemegana amanah rumah Allah dengan berani berhutang ke toko bangunan yang hampir bertetangga. Tanah yang kemarin telah di jual kepada yang memiliki toko bangunan untuk biaya pengobatan.
Dimanakah rumah Allah sebagai tempat berlindung bagi ummatnya?

***

Barangkali kita juga mempunyai banyak cerita dan kejadian yang terdapat di sekeliling kita. Saudara seiman seaqidah namun tidak memiliki harta, asset dan ilmu karna keterbatasan yang ada pada dirinya. Ia dengan senang hati akan menginfakkan tenaga untuk bergotong royong membangun mesjid dan mushalla. Ia dengan senang hati akan memberikan sedikit reziki untuk membantu dana operasioanl mesjid dan mushalla yang mempunyai hutang banyak berjuta-juta untuk pembangunan yang entah untuk apa?

Sedangkan ia masih tidur di gubuk reot, sedangkan ia gagal berusaha dan berhutang entah berapa? Sedangkan ia sekarang butuh perlindungan? Butuh beasiswa dan lain sebagainya. Dimanakah Rumah Allah yang mampu menjaganya dari mara bahaya, kedukaan, keterasingan secara social, kemiskinan papa, dan juga kepintaran yang bisa menjadikan rumah Allah itu mulya dan agama Islam itu tidak lagi dekil dan agama yang di pandang sebelah mata?

Wahai saudaraku seiman dan seaqidah yang masih menyakini bahwa rasul adalah teladan yang memberikan proteksi luar biasa bagi ummatnya lewat mesjid yang beliau dirikan. Haruskah kita ummat ini dimakan oleh serigala dan itu dihasilkan oleh kita yang mengaku sebagai ummat muslim?
Ya rasulullah telah aku dengarkan ucapanmu di kala ajal menjelang Ummati, ummati, ummati yang engkau bisikkan di telinga putirimu tercinta Fatimah. Maka hari ini ya Rasulullah aku sampaikan sebahagian kecil Ummatmu, ummatmu, ummatmu telah mengkhianati perjuanganmu.

Cilosari, 4 Rabiul Awal 1431 H, di kala pagi bertasbih dan bertahmid untuk Allah pemilik semua benda yang ada di langit dan di bumi, termasuk diri ini.

Tidak ada komentar: