Sabtu, Februari 06, 2010

Hotel Emperan Mesjid

Kokok ayam itu sahut menyahut di pagi buta, berharmoni dengan bunyi binatang jangkrik, kodok, dan beberapa biatang malam lainnya. Ketika itu sebelum suara azan subuh memanggil jiwa pemenang untuk datang dan menjadi pemenang.

Subuh itu udara dingin setelah semalam bumi di guyur hujan. Hujan yang merupakan rahmat dan karunia Allah untuk membersihkan bumi dari panasnya pangangan dosa-dosa anak manusia.

Dengan tangat sebalah kiri menjadi bantal dari hotel emperan mesjid yang hanya menyediakan ruang terbuka berupa emperan. Tangan sebelah kanan memegang anak yang ikut setia menemani aktivitas hari-hari di jalanan Jakarta.

Selimut dingin itu membungkus tubuh yang tidak lagi kuat hidup, namun untuk si buah hati tercinta, maka tubuh ini akan selalu bekerja di antara pergantian pengatur lalu lintas di taman menteng. Taman yang menyediakan patung obama sebagai orang yang pernah sekolah di negri ini. Tidak akan ada patung diriku yang akan mengingatkan orang akan hidup di Jakarta. Begitu gumam ia sambil bermimpi.

Satu dua kendaraan berlalu dengan membawa berbagai tujuan. Mobil dengan merek yang bagus dan keluaran terbaru. Motor dengan barang bawaan yang akan di jual di pasar gondang dia dan cikini dan juga para penyapu jalan yang telah memacu sapu untuk kebersihan jalan.

Hotel ini tidak memeliki fasilitas lain kecuali sebuah lampu dan ruang terbuka yang bisa siapa saja melihat bagaimana aku tertidur lelap. Terlelap untuk mengembalikan energi tubuh karna besok lampu merah telah datang menunggu.

Satu dua orang-orang berlalu ada yang masuk dalam rumahMu, dengan baju gamis bertopi haji ia bergegas masuk dan mengambil wudhu kemudian solat dua rakaat untuk menghormatiMu. Yang kutahu ini adalah rumahMu yang agung dan mulia. Sekarang hanya ku rasakan muliamu ku dapat fasilitas tidur di Hotel Emperan MesjiMU. Begitu mimpi-mimpi datang yang entah lewat apa ia menyapu beberapa bulan yang lalu untuk menginap di mesjid ini.

Sesekali ku dapati rezki dari Mu dari mereka yang telah selesai ruku' dan sujud dan mengakui kebesaranMU. Namun aku hanya bisa berdoa dan tidak mengerti lagi bagaimana bisa mengikuti gerakan-gerakan, bacaan-bacaan yang pernah dulu ustad di kampung ajarkan ketika masih kecil dulu.

Sekarang yang ku tahu hidup mesti di sambung dengan tidur di Hotel Emperan Mesjid MU di kawasan Menteng Jakarta Pusat tempat rumah dan mobil mewah berlalu setiap waktu.

Terima kasih ibu dan juga untuk anakmu telah memberkan sesuatu untuk diriku, yang hanya mampu menjadi sebuah catatanku.

Tidak ada komentar: