Kamis, Februari 25, 2010

Detak Jiwa Cinta

Adalah bagian dari kelanjutan serial Cinta 24.

Ketika kita makan dan menikmati hidangan yang begitu nikamat di sebuah restoran bersama orang yang kita sayangi. Atau kita menikmati masakan ibu yang walau hanya sebuah sambel asem numun ditambah bumbu keikhlasan dan juga sapa yang ramah, nak mari kita makan dan dengan lembut ia masih mau meletakkan nasi untuk kita. Atau bagi sang ayah inilah sapaan yang paling lembut dari istri yang melahirkan buah cinta.

Ketika kita bercengrama dan bercanda untuk melepaskan penat dengan orang yang secara sah kita miliki seluurh yang haram menjadi halal. Atau bagi kita yang telah mencoba untuk mendekat bercengkrama di taman, menonton bersama, atau yang masih remaja yang sedang mabuk kepayang akan kedekatan dan juga keintiman.

Ketika kita menikmati sebuah tulisan dan juga barangkali dalam membuat sebuah catatan, mengupas bagian terkecil di laboratorium dengan pengamatan seksama. Atau kita terpana dengan kejadian dan memikirkan kenapa dan bagaimana ini bisa terjadi. Atau hanya terpaku dalam satu pengembaraan pertanyaan dalam menjelajah apa maksud dan tujuan di sebuah novel atau roman.

Ketika kita merasakan ketenangan setelah memberi, merasakan kebahagian ketika berbagi. Merasa lapang dan juga tenang setelah bediri tegak bersama dalam ruku dan sujud. Merasa berarti ketika telah mampu membantu kerabat dan juga hantai tolan.

Setiap kita di tarik oleh detak jiwa cinta. Detak jiwa itu adalah, perut yang ingin menikmati kesenangan dengan makan dan minum yang kemudian diikuti oleh detak jiwa kelamin yang mengumbar nafsu.

Setiap kita juga di tarik oleh detak jiwa otak yang ingin mendapatkan ilmu pengetahuan dan juga hati yang ingin mendapatkan keberartian.

Setiap gerak detak jiwa berlomba untuk menjadi panglima, maka jadikanlah hati sebagai panglima untuk detak jiwa perut, syahwat dan otak yang di bungkus dengan kehambaan. Maka ketika itu kita adalah sang pemenang.

Namun ketika syahwat menjadi panglima untuk detak jiwa perut, pikiran dan hati yang di bungkus dengan keiinginan kekuasaan. Maka ketika itu kita adalah sang pecundang.

Tidak ada komentar: