Sabtu, Februari 06, 2010

Penyapu Jalan

Azan subuh itu belum berkumandang, hanya ada suara bacaan alquran yang sayub-sayub terdengar dari beberapa mesjid yang memutar dari kaset dan mp3. Suara-suara binatang malam dan aroma pagi yang nyaman di tambah setelah di guyur hujan.

Perlahan sampah itu bergerak di jung sapu, dedaunan yang sudah masanya berhenti produktif untuk hari ini menggugurkan diri dibantu oleh belaian sang angin, di tangisi oleh hujan dan embun pagi. Sret-sret bunyi ujung lidi yang menayatu mengumpulkan daun-daun tua dan beberapa kantogn plastik sisa aktivitas manusia.

Bajunya putih dengan topi di kepala, berpacau dengan waktu sebelum mentari terbenam jalanan harus bersih, karna nanti ia yang mengambil kebijakan di negri ini akan lewat dan berkata "pekerjaan saya telah menghasilkan karya" dan lupa untuk berkata "petugas kebersihan yang paling berjasa"

Penyapu jalan amatlah mulia, melaksanakan pancaran iman, walau di gaji dari sistem kerja sewa (outsorcing) dari pihak ketiga. Dan kadang mesti meninggalkan panggilan kemenangan di mesjid dan mushalla dekat bekerja.

Ketika tahu bos bahwa berhenti bekerja untuk menghadap sang Kuasa, maka terimalah amarah, cacian, dan juga omelan bos sekaligus kata kita putus (pemecatan dari tempat kerja). Apalah daya ijazah ada hanya sebatas sd, atau smp saja. Karna kerja mesti punya ijazah tinggi sarjana. Mau bisnis kecil-kecilang sering di kerjar oleh trantib.

Inilah realita dan fakta aku yang hanya punya tenaga dan upaya menjadi penyapu jalanan di ibukota Indonesia yang kaya raya (penipuan, korupsi, kolusi, derai tawa mereka yang sok suci)

Terima kasih sahabat telah engkau paparkan bagaimana menyapu sampah negri ini dengan dedikasi kerjamu sebelum subuh yang kami nanti.

Tidak ada komentar: