Jumat, Februari 26, 2010

Islam tempat Hijrahku

Sebuah catatan menyaksikan prosesi seseorang masuk Islam

Setelah prosesi penaklukan diri yang mengharu biru itu, bergerak seperti gerakan senam yoga yang pernah dipelajari dan diajarkan di sekolah meditasi sedikit mirip dan juga ada serupa. Itulah yang menjadikan aku bertanya, apa yang membuat mereka dengan senang hati melakukan gerakan itu selalu, lima kali dalam sehari, tidak petang dan juga tidak pagi.

Sang mc kemudian membuka prosesi itu, dengan lembut ia ucapkan kata-kata yang seperti mantra sakti yang menghipnotis orang lain yang menjawab dengan kalimat yang hampir sama. Assalamu'alaikum warahmatullahir wabarakatuh. dan dengan serempak mereka menjawab "wa'alaikum salam warahmatullahi wabaraktuh".

Perkenalkan nama asli saya Fegi limo, berasal dari Banjar masin dilahirkan pada tanggal 18 Januari 1968. Berprofesi sebagai seorang guru dan berasal dari agama kristen protestan. Dengan mengucapkan kata "Bismillahirrahmanirrahiim. Asyhaduallahilaha illallah wa asyhaduannamuhammadarrasulullah" Itulah sebuah pernyataan yang ku ucapkan sebagai sebuah pertanda dan juga sebauh komitmen.

Maka perkenalkan nama baruku, nama yang menjadikan diriku mengalami trnsformasi besar-besaran Nur Azizah yang berarti Cahaya Keagungan.

Itulah sedikit prosesi pindah agama dan keyakinan yang ku saksikan di mesjid Sunda Kelapa Menteng, Jakarta hari ini, Sabtu 6 February 2010.

Mengharu biru dan juga sebuah titik penentu bahwa berislam adalah sebuah pilihan sadar akan kebenaran. Pilihan sadar akan keberpihakan. Pilihan sadar akan keberanian untuk belajar hal baru, dunia baru dan juga ilmu-ilmu baru.

Berislam adalah sebuah pilihan sadar akan keyakinan dan juga ruang lingkup yang meliputi yang bukan hanya persoalan ibadah ritual semata, namun ada dimensi yang lebih luas akan bagaimana mengelola kehidupan.

Berislam adalah mengikuti sebuah sistem yang dirancang secara sempurna dan penuh makna di tinjau dari aspek mana saja. Setiap ritual agama tidak terlepas dari aspek kehidupan di luar ritual itu belaka. Bagaimana solat menjadi sebuah pertanda bahwa ia menjadikan orang yang tidak mau dan tidak mampu lagi berbuat kekejian dalam ranah politk, sosial dan ekonomi. Membuat orang tidak mau dan tidak mampu lagi melakukan pengingkaran akan kebenaran.

Begitu juga zakat yang menjelaskan sebuah metode kemakmuran dan juga keadilan distribusi ekonomi. Bahwa kepemilikan harta tidak hanya sebagai sebuah prestise dalam kehidupan namun ada keberpihakan dan kepedulian akan karib kerabat dan tetangga serta handai dan tolan.

Begitu juga dengan haji yang merupakan sebuah muktamar besar akan makna bahwa kita adalah ummat yang besar dan mempunyai peranan besar dan adalah utusan dari negri masing-masing yang mengambil keputusan besar. Menaggalkan baju kebesaran, baju seragam dan baju lainnya yang menjadikan kita bangga dan juga merasa lebih diantara kaum miskin papa. Hanya sebuah baju putih yang tidak boleh di jahit dan itu semua sama.

Dan banyak lagi ibadah yang menjadikan bahwa Islam itu mulia, dan tidak akan rendah, walau kadangkala ada mereka yang belum menyadarinya sama sekali. Tidaklah mengapa karna ia akan mencari sendiri dan menemukan jawabannya sendiri untuk kembali bersyahadat dengan syahadat kesadaran dan bukan syahadat keturunan.

Terima kasih telah menjadi bagian dari kaum kami, selamat datang di dunia Islam dan terima kasih telah menggembalikan kesadaranku akan Islam atas pilihan kesadaran dan bukan Islam atas pilihan keturunan.

Tidak ada komentar: