Jumat, Februari 26, 2010

Mempertanyakan diri

Malam ini sama dengan malam-malam sebelumnya, namun ada yang istimewa karna besok adalah hari terakhir dari bagian satuan waktu. Tujuh hari dalam seminggu. Aku sedikit mengajukan beberapa pertanyaan yang akan membantumu menemukan jawaban-jawaban.

Wahai iman bagaimana kabarmu seminggu ini, apakah engkau mampu menerangi setipa gerak alam sel tubuh ini? Atau kau redup terkena cipretan noda-noda kehidupan? Kalau ia bersihkanlah di telaga solat malam dan istigfarlah, karna seminggu kedepan belum tahu engkau mampu menerangi sel tubuh ini.

Wahai ilmu bagaimana perkembangan seminggu ini, apakah ada nada sombong dari kata-katamu yang terucap dalam tulisan-tulisan? sedangkan ia bukan milikmu. Kau hanya amanah untuk tubuh ini tidak lebih tidak kurang. Maka apakah dirimu ilmu telah menjadikan ia mampu menundukkan dirinya di hadapan kemaha tahuan Rabbnya?

Wahai amal, engkau adalah bukti nyata perbuatannya. Apakah ia orang yang mau mematuh diri selalu konsisten berbuat? Bagaimana gerak seluruh organ fisiknya? Apakah ia menjadikan dirimu sebagai wujud syukur kepada yang maha teliti mempreteli setipa gerakmu? Kenapa ia bisa teledor berbuat sesuaut yang kau tahu itu tidak baik wahai amal?

Wahai kepala, masih pongahkah engkau yang merasa paling atas dan mendapatkan perlindungan dari rambut yang selalu membantu dirimu dari terpaan matahari atau helm atau jilbab? Adakah dirimu menunduk rendah lebih rendah dari pantat dan engkau tidak lebih sama dengan telapak kaki?

Wahai mata, pandangamu memacu banyak cerita, pandanganmu kelelapan ketika meliha sesuatu, sudut pandangmu selalu mematut mereka yang tidak sebanding dengan cara pandangmu, bagaimana engkau pertanggungjawabkan penglihatan mu yang tidak lagi membantu namun malah lebih memburu? Atau kau tidak tersipu malu lagi ketika melihat kemaksiatan? atau kau tidak nanar lagi ketika melihat ketidakadilan? atau kau tidak tajam lagi melihat kekejian atau kau tidak lembut lagi ketika melihat kebaikan?

Wahai telinga, sudah berapa lagu-lagu yang kau dengar? sudah berapa kata-kata yang tidak baik yang kau serap dan rekam? bagaimana engkau menjelaskan kepadaku tentang ucapan si fulan tentang kesalah si fulan? tentang hasut si A akan si C? tentang suara peringatan dari burung yang selalu bersyukur, dar daun yang selalu bertasbih, dari desiran angin yang selalu tafakkur? wahai telinga apakah kau mau mendengar keluh kesah kepedihan, keluh kesah ketidak pedulian, suara himpitan derita dari mereka yang terzholimi? atau kau senang mendengar bualan-bualan tak berarti?

Wahai lidah, engkau telah di kunci dengan keras oleh gigi, kenapa masih banyak kata-kata yang tidak bermanfaat kau lontarkan? Di bungkus lembut oelh mulut kenapa engkau masih mengumbar fitnah dan juga caci maki? aku harus bertanya kembali bagaimana engkau menciptakan kata-kata yang indah terdengar untuk maksud tersembunyi? Bagaimana engkau menyapa dengan meremehkan posisi mereka? memuji orang yang tidak sebenarnya berhak mendapatkan pujian? Menodai ucapanmu dengan mengutip kata-kata suci kitab suci untuk kau di bilang hebat berbicara? atau membaca kata-kata suci untuk di bilang fasohah, atau membaca kalimat-kalimat untuk kau mampu kembali membuat bual-bual seakan suci dan bernas? wahai lidah mengapa kau mesti menari-nari dan tak tahan ikut membicarakan apa yang tak pantas di ucapkan?

wahai tangan dan kaki, berapa langkah dan ayunan yang kau bawa tubuh ini ketempat yang menjatuhkan diri ini di kenistaan hati dan jiwa? Wahai tangan ku bertanya sudah berapa benda yang kau ambil dari tempat yang semestinya tidak kau ambil, kau sabet daun dari tumbuhan tepi jalan yang butuh hidup? berapa tulisan di keybord komputer, laptob dan keypad yang telah menuliskan kata-kata yang tidak semestinya lahir di berbagai tulisan baik sms maupun fb. Wahai kaki apakah engkau pernah tidak mau kompromi untuk melarangya pergi ketempat yang merusak imannya? atau kau berlari sendiri ketempat ia mesti menundukkan seluruh dirinya? Kaki dan tangan kenapa engkau bersekongkol untuk menghantarkannya menjadi manusia merugi?

wahai hati, dirimu hilang bersembunyi di balik perbuatan ilmu, iman, amal, kepala, mata, tangan, kaki, lidah dan gigi. Seakan kau ikhlas memberi sebenarnya menyembunyikan sesuatu yang akan kau minta kembali. Seakan kau baik hati namun kau simpan banyak kebusukan seperti hasat dan dengki. Seolah kau sarankan kebaikan dan ternyata adalah keburukan. Hati bagaimana kau mampu melakukan semua ini untuk tidak menerima segala sesuatu namun menyimpannya dengna rapi. Mengolah dan membagi keselurh sel tubuh ini?

Yang terakhir aku bertanya adalah sel pembentuk seluruh organ tubuh ini. Mengapa kau terus membelah diri memberbaiki kerusakan-kerusakan? biarkan saja rusak itu terus karna ia harus tahu berterima kasih dan juga bersyukur ata karuna organ yang sempurna. wahai sel kau menyimpan banyak misteri pembwa pesan dari hati, maka berhentilah membawa pesan yang merusak selurh kehidupan tubuh ini?

Mungkin itu sedikit pertanyaan yang aku pertanyaakan, karna ku sayang dan cinta akan iman, ilmu, amal, dan seluruh tubuh ini mampu menjadi manusia utuh dan manusia tahu bersyukur akan kelapangan dan juga kesempatan yang Maha Pengasih dan Maha penyayang memberikan sedikit waktu yang telah berlalu dan tidak tahu pasti seminggu lagi akan ada.

Tidak ada komentar: