Jumat, Februari 26, 2010

Pagi Jum'at; Sebuah Catatan Kenangan

Hari jum'at adalah hari besar ummat islam, dimana setiap kaum bapak melakukan muktamar besar. Muktamar ini mengumpulkan siapa saja, tua muda, kaya, miskin, sederhana, bersahaja, tinggi rendah, ganteng atau buruk rupa.

Kadang kala ibu-ibu tidak mau kalah juga. Membuat acara ngumpul bersama bernama majlis taklim atau apalah nama lainnya.

Inilah hari yang di berkati untuk kita ummat nabi Muhammad, bertemu muka dengan sahabat, kerabat, handai tolan, karna di hari lain kita tidak bisa bertegur sapa. Mengenali tetangga baru, mengenali karyawan baru. Mengenali bos baru. Mengetahui siapa pendatang baru. Menyaksikan perkembangan dan juga kabar berita terkini pembangun. Laporan ini dan itu dari DKM.

Kemudian juga di susul kabar duka dengan telah perginya saudara kita, yang terbiasa datang menyapa, atau duduk paling depan, atau yang suka menyender di tonggak mesjid. Wah kita semua bersaudara.

Sama-sama ruku dan sujud, sebelumnya dapat tempaan hidup dari kebaikan-kebaikan materi khutbah. Itu adalah ketika solat jum'at terjadi. Akan berbeda dengan pagi jum'at. Ini hanya sebuah catatan sederhana tentang pagi jum'at yang pernah berlalu dalam rentang keterhidupan yang menjelang jemputan bertemu Allah dan rasulnya.

Pagi jum'at menjemput memori yang tersimpan rapat di sel-sel neutron. Satu persatu ia hidup kembali dan kembali saling berinterkoneksi dengan sel-sel neutron. Seperti susunan huruf yang membentuk kata. Seperti stuktur molekul atom yang membentuk berbagai benda yang ada.

Pagi jum'at pertama.

Pagi ketika masih dalam kandungan ibu, hanya sedikit yang saya tahu bagaimana ibu ketika berada di subuh pagi jum'at. Tapi satu kebiasaan ibu yakni rajin membaca al-quran setiap kala pagi setelah subuh menghampiri.

Pagi jum'at kedua.

Aku telah menjadi bayi yang berumur 2 hari, karna lahir di hari rabu malam jam 12.30 seperti itu tertulis di rumah nenekku yang berlatarkan surat yasin dan juga gambar ka'bah tempat orang berhaji dan tawaf. Yang waktu itu kutahu hanya senandung senang ibu melihatku menggeliat di dinginnya Nagari Canduang Koto Laweh. Kec. Canduang. Kab. Agam. Sumatera Barat.

Nagari yang berada di lereng pergununan merapi dengan hawa sejuk nan dingin menusuk tulang apalagi ketika dini hari. Air serasa es yang membeku. Namun ibu pagi-pagi telah menyiapkan sapihan ASI ketika aku bangun pagi-pagi sebelum suara azan subuh berkumandang.

Pagi jum'at ketiga.

Pagi selalu indah dengan hamparan padang persawahan. Padi yang menguning sebahagian di timpali dengan warna hijau setumpak. Warna coklat di sudut pandangan sana karna baru siap dipanen kemaren hari.

Ada hutan belantara dengan aneka rupa bentuk kayu, bukit dengan berbagai jenis aneka kayu dan pucuk daun berwarna warni yang bergerak melabai mengucapkan selamat pagi sambil di timpa oleh cahaya matahari merah kekuning-kuningan di ufuk timur.

Pagi jum'at ini di tandai dengan tidak ikuti kakek, nenek, atau ayah, atau paman pergi kesawah. Karna hari jum'at adalah hari libur bagi keluarga. Inilah hari yang dinanti-nanti bisa pergi ke mesjid untuk mengikuti jumatan dan berteman dengan banyak orang.

Melihat berbagai bentuk dan rupa manusia yang ikut jum'atan. Yang mereka sering bercerita dan bertanya tentang aktivitas di Bukit Cakua yang jauh ke dalam perkampungan sana di tepi rimba.

Pagi Keempat.

Suasana gaduh dengan bunyi kendaraan berlalu lalang yang datang dari daerah pekanbaru. Ada yang membawa penumpang untuk keperluan belanja di bukittingg. Ada yang datang untuk bersilaturrahmi. Pagi ini tetap seperti biasa mendengar lantunan ayat suci dari merdunya suara ibu tercinta.

Dengan sedikit bandel tidak mau bangun pagi-pagi, dan kadang atau bahkan sering bangun setelah matahari terbit karna mesti berangkat ke sekolah SDN 15 Sarilamak, Kec. Harua Kab. 50 Kota Sumatera Barat.

Sekolah yang bertempat di atas bukit dengan pemandangan yang indah setiap pagi. Berjalan kaki memilih jalan biasa atau jalan hutan yang berjarak lebih kurang setengah kilo. Inilah pagi yang kadang amat berat. Namun akan berbeda kalu lagi liburan dan berada di tempat nenek di Bukik Cakua, maka subuh adalah hal yang wajib di nanti dan setelah itu silahkan tidur kembali.

Pagi Kelima.

Ruangan di gedor keras oleh petugas pagi dari kakak kelas yang menjadi ketua kamar, bagian keamanan dan juga pembimbing kami yang baru nyantri. Dengan berat mata ini di buka, karna mesti melawan hawa dingin kota Serambi Mekkah. Kota yang hampir selalu setiap pagi diselimuti oleh kabut tipis yang menghasilkan bintik gerimis.

Terlambat solat subuh adalah sebuah bencana, karna nanti akan mendaptkan hukuman pukulan. Pagi jum'at adalah pagi yang amat di nanti dan juga amat membosankan mesti lama-lama berdiri di rakaat pertama karna membaca surat As-sajadah untuk sujud sajadah.

Dinanti karna pagi ini bisa bermain bola atau olah raga joging sepuas hati, karna siang nanti bisa mandi berenang di Lubuak Mato Kuciang. Di nanti karna ada permainan bola 'balimo-balimo'. Dinanti karna boleh untuk pergi kepasar melihat banyak hal di pasar Padangpanjang dan juga membeli Paragede Jaguang atau Pinukuik.

Bersambung di Pagi Jum'at: Sebuah Catatan Kenangan.

Bagaimana dengan pagi Jum'at Anda?

Tidak ada komentar: