Selasa, Februari 09, 2010

7 Dosa Kemanusian

Hal ini dirumuskan oleh Mahatma Gandhi. Beliau mampu menjadi pemimpin perubahan di India dengan gerakan swadesi. Sebuah perjuangan tanpa kekerasan.

Persoalan yang di hadapi Mahatma Gandhi dan ia hidup dalam realitas kehidupan masyarakat india maka ia mengeluakan dosa-dosa yang menghancurkan kemanusian.

1. Kekayaan tanpa kerja (wealth without work)

Sering dalam berbagai bisnis kita di tawarkan ini adalah investasi, tanpa bekerja anda akan mendapatkan penghasilan yang melimpah. Cukup dengan membuka deposito, atau menggunakan instrument investasi seperti saham, obligasi, dan lainnya. Maka dapatkan imbal balik sekian persen pertahun. Berapa banyak uang yang parkir di perbankan mulai dari konvensional sampai syariah yang parkir dan di gunakan untuk usaha. Maka kita mendapatkan bagi hasil atau bunga yang kompetitif. Sedangkan tetangga tidak mempunyai modal untuk usaha, mencukupi kebutuhannya atau barangkali membeli susu untuk anaknya. Ia kadang pergi untuk memulung, mengemis untuk beberapa rupiah dan kita dengan senang hari memarkir uang di lembaga keuangan, atau menginvestasikannya di bursa saham dan lain sebagainya.

2. Kenikmatan tanpa suaru hati (pleasure without conscience)

Makan di sebuah restoran ternama dengan kolega, atau mitra usaha. Menikmati lezatnya makanan yang di racik dari bumbu yang baik. Pelayanan paripurna dari pelayan yang dengan senang hati memberikan service berkualitas. Namun di depan kita anak kecil dengan tubuh dekil lewat sambil menenteng koran atau mainan musik yang terbuat dari tutup botol minuman. atau terbuat dari pasir yang di bungkus dengan botol plastik minuman yang menyanyikan senandung. Sekilas kita akan hanya melihat dan menikmati lezatnya makanan tanpa pernah coba untuk menwari makan bersama.

3. Pengetahuan tanpa karakter (knowledge without character)

Bertahun berkutat dengan buku dan diktat, belajar di laboratorium dan menghasilan penemuan-penemuan atau rumusan-rumusan. Kemudian bekerja dan menjalan proyek dan mendapatkan penghasilan yang cukup. Namun pengetahuan itu tidak bermanfaat kepada orang yang masih tersisih dalam kehidupan. Tidak bermanfaat megangkat harkat martabat manusia, malah menjadikan dehumanisasi, dan penghancuran tataran nilai etika, moral dan religi.

4. Perdagangan tanpa etika (moralias) (commerce without morality)

Permainan harga, penumpukan barang di kala terjadi kelangkaan atau menciptakan kelangkaan. Menjual dengan spesifikasi yang tidak sesuai. Melakukan dumping dan juga pengurangan timbangan. Melakukan rekayasa-rekayasa harga. Menjual barang yang bukan kebutuhan dan menyatakan bahwa ini adalah kebutuhan.

5. Ilmu pengetahuan tanpa kemanusian (science without humatity)

Nuklir yang menghancurkan hirosima dan nagasaki adalah contoh terbaik bagaimana hasil dari ilmu pengetahuan yang tanpa nilai kemanusian. Senjata biologis yang di ciptakan untuk membunuh. Membuat virus komputer untuk menghancurkan sistem jaringan atau mencuri data. Virus-virus lain yang membuat keresahan dalam dunia teknologi. Penciptaan produk-produk yang menghilangkan sisi kemanusiaan yang mengasingkan manusia dengan manusia lain.

6. Agama tanpa pengorbanan (religion without sacrifice)

Beragama ketika mendapatkan untung secara materi, mendapatkan pahala, maka agama adalah sesuatu primadona dan di elu-elukan. Namun bukan agama ketika meminta untuk mengorbankan harta, jiwa untuk perjuangan agama. Ketika menjalankan sebahagian perintah agama untuk mendapatkan derejat yang lebih baik. Namun enggan menjalankan sebahagian perintah agama untuk mengurangkan derejat atau mengurangkan jumlah asset materi. Agama adalah sumber pendapatan dengan agama dapat hidup dan menjutkan kehidupan. Maka di juallah ayat-ayat di putarbalikkanlah hukm-hukum. Dan di tentanglah semua yang merugikan dengan argumentasi yang masuk akal dan dengan standar ilmiah.

7. Politik tanpa prinsip (politic without principle)

Mengatasnamakan ini adalah aspirasi rakyat. Ini untuk kemakmuran negri. Dan beribu janji-janji yang terpampang di berbagai baliho. web pribadi, facebook dan juga tidak lupa membuat sebuah buku. Ketika ada kesempatan di liput media maka ia akan tampil dengan gaya dan ungkapan yang bagus di tulis dalam kolom seremoni koran atau wawancara dengan televisi. Namun ketika tidak diliput media maka ia tidak mau memberi di jalan ketika rakyat yang di perjuangkan meminta di sela lampu merah yang menghadang perjalannya.

Yang terpenting bagaimana nama saya terpampang di sana dan saya menjadi orang yang diminta pendapat tentang ini dan itu. Ketika tidak menguntungkan lagi dan berpihak maka pindahlah. Maka tidak ada malu mengajukan diri lagi untu memimpin negri menjadi wakil rakyat kembali walau dulu pernah mengkhianati janji-janji.

Inilah dosa kemanusian yang telah menjadikan kita bangsa yang bangkrut yang belum mampu menjadi tuan di negri sendiri. Indonesia di hancurkan oleh anak bangsanya sendiri. Kalau tidak di perbaiki maka kita akan menjadi sebuah catatan bahwa ada namanya negri Indonsia dan sekarang telah tiada.

Tidak ada komentar: