Kamis, Februari 25, 2010

Harga Kegagalan Pengusaha Pemula

Tulisan ini adalah sebuah kegundahan penulis akan sebuah harga yang mesti di bayar oleh para pengusaha pemula yang malang melintang jatuh dan bangun dalam membangun usaha. Menciptakan lapangan pekerjaan bagi sesame dan meningkatkan derajat diri dari peganggur menjadi pengusaha
Dalam kesejarahan yang termaktub dalam untaian-untaian memori kita semenjak kita kecil besar mau jadi apa? Maka jawaban adalah menjadi dokter, tentara, pilot, polisi dan juga tentara. Pada jawaban ini terdapat sebuah klan bernama karyawan yang bekerja dalam system.

Maka jarang kita temukan bahwa seorang anak menjawab akan memiliki perusahaan corporasi yang mampu membuka lapangan pekerjaan bagi saudara-saudaranya dan juga membayar pajak dan mengeluarkan zakat sekian milyar pertahun.

Memang fakta berkata terbalik. Ketika menjadi karyawan maka kita akan diproteksi dengan sebuah jaminan pension, jaminan kesehatan dan juga jaminan pesangon ketika terjadi PHK. Negara ikut turun tangan menyelesaikan persoalan-persoalan yang menyangkut persoalan karyawan. Ada seperangkat undang-undang dengan berbagai varian untuk menjaga, melindungi dan memproteksi. Ada seperangkat system hukum untuk menyelesaikan kasus-kasus dalam dunia kerja dan juga pertikaian antara pegusaha dengan karyawan.

Keterbalikan fakta dan realitas bagi pengusaha adalah ketika ia gagal dan mengalami surut dalam usaha, maka ia tidak akan mendapatkan proteksi kegagalan seperti jaminan pengembalian modal, penghapusan piutang, dan segala jenis proteksi bagi pengusaha.

Paling terbaik yang di dapat oleh pengusaha gagal apalagi pemula adalah sebuah ejekan dan juga kata-kata yang tidak mengenakkan hati dari kolega, di kejar para pemasok, di kejar oleh pemodal dan juga di kejar oleh kewajiban-kewajiban.

Stess dan depresi dan juga terkadang memilih untuk mengakhiri hidup adalah pilihan yang tidak jarang di pilih oleh pengusaha gagal dalam mengelola bisnis. Sering duduk termenung dan mengurung diri berkontlemplasi mengingat kenapa hal ini gagal.

Dari berbagai pengalaman penulis bertemu dengan mereka yang gagal ada harga yang mereka mesti bayar baik dalam segi materi maupun non materi yang berharga dan amat mahal dan itu tidak bisa di beli oleh mereka yang tidak pernah mengalami kejadian kegagalan yang tragis dalam usaha.

Apa yang di ceritakan tidaklah sehebat rasa dan juga dinamika yang ada di dalam diri mereka yang mengalami kegagalan. Seperti gunung yang hanya mengeluarkan larva dingin atau panas, atau mengeluarkan awan panas. Namun bagaimana bergemuruhnya pembakaran di dalam perut sang gunung cukup gunung itu yang tahu.

Tidak jarang juga terjadi ketika kegagalan itu mereka di tinggal pergi oleh orang yang mereka cintai. Istri yang selama suskes mau dan mampu menemani, namun gagal tidak mau lagi dan meminta hak cerai, membawa anak sebuah hati. Atau tidak di terima lagi di keluarga yang menghargai sebuah kesuksesan secara materi dan tidak menghargai akan kegagalan dalam berusaha.

Persoalan social budaya dan juga di tambah dengan pemahaman tentang system proteksi agama yang tidak mumpuni telah banyak memakan korban anak muda yang berusaha untuk berdiri di atas kaki dan prestasi sendiri, mesti tunduk dan mengekor kembali beberapa tahun menjadi karyawan yang kadang kala mesti mengangkangi prinsip tauhid yang ia pahami.

Maka kita tidak heran bahwa menjadi pengusaha itu adalah sebuah harga yang teramat mahal untuk di miliki di negri yang berfikir hanya menjadi ekor gajah dari pada menjadi kepala cicak.

Tidak ada komentar: