Sabtu, Januari 23, 2010

Terbebas dari hutang tak produktif


Berhutang adalah sebuah fenomena umat manusia. Berhutang memiliki banyak sejarah dan kisah yang tertuang dalam sejarah kemanusiaan. Hutang merupakan sesuatu kebutuhan, keinginan, kesenanan sesuai dengan motifasi yang melatarbelakanginya. Bagi pengusaha berhutang adalah kebutuhan bagi mereka yang tidak mempunyai kecukupan modal dalam berusaha. Mengembangkan usaha membutuhkan suntikan modal yang dana tersebut di sapat dari menerbitkan surat hutang berupa obligasi, sukuk dan instrument hutang lainnya.
Bagi kalangan tertentu ada hutang yang menjadi keinginan untuk memenuhi gengsi perlombaan antar setetangga. Ketika si A telah bisa membeli perabotan maka selayaknya kita juga mesti bisa. Motivasi adala kompetisi yang tidak berujung.
Ada pepatah mengatakan langit tak indah tanpa bintang. Dan hidup tak indah tanpa hutang. Sebuah kata yang bijak ketika hutang menjadi sesuatu yang produktif dan mampu untuk meningkatkan pencapaian prestasi. Namun dalam banyak kisah hutang telah menjadi bumerang, kehilangan harga diri, martabat diri.
Menelusuri mengapa berhutang bagi seorang, badan usaha, organisasi, pemerintahan dapat dilihat dari motif dibelakangnya. Diantaranya
Pertama, berhutang adalah sebuah keinginan. Peningkatan status social dengam membeli rumah pribadi berlandaskan hutang. Membeli mobil sebagai sebuah prestise social. Bagi perusahaan adalah sebuah keinginan ekpansi yang diluar kemampuan perusahaan. Hutang dalam sebatas keinginan yang didorong oleh factor tidak diperhitungkan akan menjadi sebuah bencana financial.
Kedua,Berhutang adalah sebuah kesenangan. Motivasi ini menjadikan hutang adalah sebuah kesenangan. Kecendrungan hal ini di kuatkan dengan berbagai akses kemudahan seperti hari ini dengan kartu kredit. Penggunaan ini untuk kadang kala hanya sebuah kesenangan dan tidak dilandasi oleh pikiran yang jernih. Seringkalai berhutang berlandaskan kesengan melanda mereka yang menempati status baru, atau perkembangan usaha yang mulai tampak bagus dan juga beberapa hal yang diluar control akal sehat.
Ketiga, Berhutang adalah sebuah kaharusan. Kejadian yang tidak terproteksi, musibah yang melanda, kecelakaan dan juga kejadian-kejadian yang belum terproteksi secara baik oleh system asuransi. Menjadi keharusan berhutang untuk menyelesaikan persoalan darurat.
Keempat, Berhutang adalah sebuah kewajiban. Ketika sesuatu terjadi dan tidak ditanggulangi dengan melakukan pinjaman dan dapat menghilangkan nyawa atau kemaslahatan yang lebih besar menjadikan berhutang itu wajib.
Kelima, berhutang adalah kebutuhan. Peningkatan kapasitas produksi sebuah produk yang merupakan hajat orang banyak. Memperluas usaha menjadikan berhutang adalah sebuah kebutuhan. Berhutang menjadi kebutuhan dalam menciptakan nilai lebih atau membuat suatu kesempatan untuk menjadikan sebuah usaha yang lebih efisien dan efektif.
Keenam, Berhutang adalah sebuah bencana. Melakukan hutang untuk keperluan yang tidak semestinya. Hal ini diakibatkan oleh keinginan dan perlombaan untuk mendpatkan status social dan juga menjadi bahan pembicaraan para tetangga. Berhutang dengan ikut-ikutan dan juga tanpa perhitungan dan terlibat dalam berbagai bentuk hutang yang menerapkan bunga harian, ketika tidak mampu membayar maka bungan menjadi pokok hutang.
Bagaimana berhutang dan kita bisa menjadi produktif
Pertama, Berhutanglah untuk tujuan produktif. Berhutang ditujukan untuk sebuah kegiatan yang menghasilkan nilai tambah financial. Berupa untuk berusaha, ekspansi usaha dan lain sebagainya.
Kedua, Berhutanglah dengan skema bagi hasil keuntungan atau skema bagi hasil dari transaksi. Hal ini menjadikan hutang sebagai tumpuan untuk menguatkan modal usaha.
Ketiga, Buatlah penyaluran hutang pada hal yang pokok pengembangan dan tidak terjebak dalam skala keinginan dan kesengan.
Keempat, Membuat komitmen untuk melakukan pencicilan hutang harian untuk tidak membuat sebuah beban untuk mengeluarkannya.
Kelima, Konsisten dalam menjalankan komitmen dan juga melakukan strategi cash outflow yang ketat.
Keenam, Mintalah kekuatan kepada yang mengatur alam semesta untuk dapat terlepas dari hutang dan tidak terlibat dalam hutang ribawi, baik sebagai pemberi hutang maupun yang berhutang.
Semoga kita terlepas dari hutang yang membuat diri kita malu di hadapan manusia, amien.

Tidak ada komentar: