Senin, Januari 18, 2010

Hujan menemui kami


Bogor, Sabtu, 16 Januari 2010
Malam kembali menelusuri bumi, ditemani oleh rintik-rintik hujan yang menari diterpa angin gunung. Tulang-tulang menggigil kedinginan yang terbiasa diterpa panas kehidupan Jakarta. Namun Jakarta dalam beberapa hari terakhir selalu diguyur oleh hujan.
Cuaca yang ektrem dan berpotensi untuk mendatangkan banjir dimana-mana. Sejumlah daerah diserang oleh angin putting beliung, hujan lebat. Duka menimpa saudara kita di Haiti dalam gempa yang dahsyat. Bumi memperlihatkan kedigdayaan lewat hentakan yang meluluh lantakkan hasil peradaban.
Lebih 45.000 orang menjadi korban bencana alam yang tidak diperkirakan dari gerak gempa-gempa sebelunya. Do’a kita panjatkan kepada mereka yang terkena bencana. Karna setiap bencana membawa saudara kembarnya bernama anugrah.
Metro mini yang membawa kami sempat beberapa kali mesti berhenti dan diganjal untuk tidak mundur kebelakang. Bus yang terbiasa di jalanan ibukota yang datar dengan tantangan menyalib para pengendara lain, mesti mengatakan bahwa ini adalah sebuah tantangan.
Hampir mogok pertama terjadi di penaikan tol cawang. Inilah pertanda ada yang tidak biasa di mobil metromini bernomor trayek 46, kampung melayu-pulogadung. Perjalanan memasuki tol yang meminta kemampuan setiap kendaraan untuk malaju kencang.
Beberapa kilo meter saat menjelang pintu tol ciawi metromini mesti berhenti untuk mendinginkan mesin yang tidak terbiasa berpacu dalam kecepatan tinggi. Yaa sebuah ketuaan hidup membuat ia mesti mengambil nafas panjang. Hujan tetap mengiri istirahatnya metro mini di tepi jalan tol.
Hidup adalah pendakian dari satu sisi mereka yang mencapai maksud dan tujuan. Namun di sisi lain adalah penurunan bagi mereka yang telah berbalik arah dari tujuan dan maksud hati.
Pendakian cisarua perlahan menanjak diiringi dengan lenguhan suara sebuh truk yang mendahui metromini yang mesti menyesuaikan nafas tarikan gas yang tersengel-sengel.
Pendakian pertama metromini mesti berhenti mendadak dan dibantu dengan mengganjal. Kadang hidup dalam pendakian dan tidak mampu melanjutkan perjalanan adalah hal yang lumrah untuk berhenti mendadak. Butuh pengganjal untuk tidak melakukan mundur yang bisa mencelakan.
Berhenti mendadak memberikan kita untuk sedikit bernafas dan melakukan gerakan gesit untuk mengamankan pemberhentian mendadak tersebut dalam hidup.
Pagi yang ditemani oleh rintik-rintik hujan yang berirama lembut di atas genteng Vila Laut Biru yang beralamat di Kp. Cipari Kartini no. 27A Rt. 05 Rw 03. Desa Leuwimalang Kec. Cisarua, Kab. Bogor dengan Kode Pos 16750, menemani tulisan ini dan juga segelas jahe wangi dan segelas kajang ijo buatan panitia Latihan Kader I Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fisip dan Ekonomi Universitas Terbuka.
Peserta yang mengikuti sebanyak 13 orang yang tersebar dari berbagai universitas. Udara dingin dan tetap ditemani oleh rintik-rintik hujan di materi pagi yang membuat sejarah berbeda. Hari ini saya akan mengisi materi Konstitusi (pemahaman hukum dan aspek hukum dalam organisasi).


Tidak ada komentar: