Rabu, April 14, 2010

Yang Tak Terlihat.


Setiap hari kita merasakan banyak hal, namun tidak masuk dalam sebuah kesadaran untuk memperhatikannya. Angin berhembus dengan kencang dari segala arah adalah hal yang sudah terbiasa bagi kita. Mobil berlalu lalang berpacu dengan kendaraan lain di jalanan adalah hal yang biasa dan tidak perlu di hiraukan.
Semua orang dan seluruhnya melakukan pergerakan dan tidak semuanya terlihat oleh kita malului mata biasa, mata pena bagi penulis, mata hati, mata jiwa atau mata nurani. Kita sering tidak mengabaikan banyak pergerakan yang terlihat oleh mata zahir kita.
Pandangan kita melihat hampir semua bergerak dengan pegerakan materi, perpindahan benda-benda secara kasat mata. Terdapat juga perpindahan yang lebih kecil dari benda materi yang Nampak oleh mata biasa. Melihatnya membutuhkan alat seperti melihat atom-atom yang bergerak dinamis mengikuti hukum atom itu sendiri.
Pergerakan atom-atom berstruktur tertentu. Membentuk benda dan juga materi berbentuk kasat mata dan tidak kasat mata. Namun seiring perjalanan manusia yang salama ini jarang bisa melihat yang kasat mata. Materi telah mempengaruhi banyak orang, pemikiran.
Penglihatan akan benda dan juga gerak oleh beberapa orang telah menciptakan. Pertama, Kemudahan dan kebermanfaatan bagi aktivitas manusia di bumi. Contoh: Handphone yang kita gunakan hampir setiap hari adalah benda yang memudahkan silaturrahmi. Kedua, Kesusahan bahkan kadangkala mengakibatkan kehancuran bagi manusia dan juga alam sekitarnya. Contoh: kantong plastic yang sering kita gunakan sehari hari. Ketika tidak di olah kembali dan di buang entah dimana telah banyak menyebabkan bencana dan juga kehancuran.
Inilah hukum alam yang Allah tetapkan bagi makhluknya, terdapat dua buah sisi yang berpasangan di dalam satu benda atau materi yang ada. Bagaimana melihat ini dan kita mendapatkan pelajaran dan menjadikan kita lebih baik dari hari kehari? Memperhatikan kondisi sekeliling dan menganalisa kejadian dan mengambil peran sebagai solution maker. Ada beberapa tahapan yang bisa kita coba lakukan.
Pertama. Kesadaran. Memunculkan kesadaran bahwa kita berada dimana, sedang apa. Kesadaran muncul dari bertanya atau mengajukan berbagai pertanyaan. Kesadaran ini meliputi dua sisi. Sisi pertama kesadaran materi. Yakni mengetahui materi atau benda-benda yang ada di sekeliling kita apa saja, bagaimana bentuknya dan apa pengaruhnya. Sisi kedua adalah kesadaran non materi. Yakni mengetahui apa yang menjadikan benda materi di sekeliling kita ada dan bersumber dari mana.
Kesadaran ini seperti televise, bentuk materi adalah sebuah layar dengan berbagai panel tombol dan juga bagian-bagian dalamnya. Sedangkan tayangan merupakan bagian non materinya.
Kedua. Pengetahuan. Ketika kesadaran telah hadir maka tahap selanjutnya adalah menguatkan atau menumbukan pengetahuan akan hal tersebut. Dalam pendekatan filsafat ilmu, kita akan mengajukan tiga pertanyaan dasar.
Pertanyaan pertama adalah ‘Apa? Pertanyaan yang mencari akan hakikat sesuatu contoh. Apa itu air? Kemudian memberikan jawaban. Air adalah benca cair yang terlihat oleh mata. Kemudian kita mengajukan pertanyaan lebih lanjut. Apakah semua benca cair yang terlihat oleh mata adalah air? Pertanyaan ini berlanjut dan sampai pada sebuah jawaban yang memberikan pengetahuan. Ternya air adalah sebuah susunan kimiami atom yang mempunyai bentuk tertentu. Ia dapat berupa cair ketika berada pada suhu 0-98 derjat celcius, berbentuk uap diatas 98 derjat.
Pertanyaan kedua adalah bagaimana? Pertanyaan ini menghasilkan sebuah metode yang mengetahui pegerakan, perubahan, dan juga mengetahui sebuah siklus. Dalam contoh air tadi kita akan mengajukan pertanyaan bagaimana air bisa menjadi hujan, menghidupi tempat yang awalnya tandus dan pertanyaan lainnya. Hal ini menghantarkan kita mengetahui sebuah seluk beluk akan seuatu secara keseluruhan.
Pertanyaan ketiga adalah untuk apa. Pertanyaan in mencari manfaat dari rangkaian pertanyaan pertama dan kedua. Dengan pertanyaan inilah menggali aspek kegunaan bagi kehidupan manusia.
Ketiga. Keberpihakan. Ketika kita telah mengetahui akan sesuatu yang berangkat dari kesadaran, maka tahapan selanjutnya adalah keberpihakan. Inilah adalah sikap kita merespon yang bergerak di depan kita. Sikap melahirkan karakter dan inilah sejati kita sebagaimana yang berbeda dengan benda materi lainnya.
Ketika kita kita tidak bisa menentukan sikap dengan tidak bersikap atau mengambil sikap yang tidak sebaiknya, maka tidak obah dan bahkan sama dengan benda-benda yang ada. Seperti sampah yang berserakan. Kita mempunyai kesadaran bahwa sampah yang berserakan tidak bagus di pandang mata, mengakibatkan mandeknya selokan, mengakibatkan penyumbatan sampah dan kerusakan lainnya yang saling berhubungan. Kita telah mempunyai pengetahuan akan bahaya dan kerusakan yang akan hadir dari perbuatan kita tersebut.
Ketika kita mengambil sikap dengan tetap membuang sampah sembarangan kita tidak lebih baik dari sampah yang kita buang sembarangan. Karna itulah realitas diri kita seperti sampah yang kita buang sembarangan.
Kemudian alat apa yang bisa membantu kita melihat sesuatu terlihat secara materi dan non materi. Alat ini terdiri dari
Pertama, Mata biasa. Kita melihat dengan mata kita akan semua hal yang berlalu selama mata kita bisa melihat. Inilah sumber pertama. Kita melihat ada sampah yang berserakan, bertebaran. Dengan ini kita mengetahui sesuatu yang terjadi dan bergerak.
Kedua, Mata ilmu. Melihat dari sesuatu dari ilmu pengetahuan yang berangkat dari tiga pertanyaan dasar filsafat ilmu, apa, bagaimana dan untuk apa? Inilah tingkatan orang yang lebih baik dari melihat dengan mata biasa.
Ketiga, Mata nurani. Menjadikan Sesuatu yang terlihat dengan mata biasa dan juga mata ilmu menjadi sebuah kekuatan yang mendorong kepada keberpihakan. Dengan mata nurani kita menjadi pribadi yang mempunyai sikap berpihak terhadap kebaikan, kebenaran.
Ketika kita tidak bisa menjadikan diri mempunyai kesadaran, pengetahuan dan keberpihan dengan mengapaikan apa yang dilihat oleh mata biasa kita sepanjang hidup, di bantu oleh mata ilmu yang kita cari dan pelajari semenjak lahir sampai mati di topang dengan mata nurani kita maka kualitas kemanusian kita tidak lebih dan tidak kurang hanya seperti benda yang ada atau bahkan lebih jelak.
Semoga kita bukan termasuk golongan yang Allah bilang lebih hina dari Binatang ternak (Q.S Ala’raf: 179) dan Allah telah kunci mati seluruh potensi hidup kita (Q.S Albaqarah: 7)
Salam Sang Pemenang Pembalajar
Muhammad Yunus
Tulisan ini di dedikasikan untuk
MADINATUL ILMI, Jual beli Alquran, Hadist dengan system cicilan dengan nama SIFAT
Anda tertarik untuk mengetahui baik untuk sebagai, investor, agent kami atau mempelajari bisnisnya silahkan tinggalkan di inbok Facebook Sang Pemenang Pembelajar

Tidak ada komentar: