Rabu, April 14, 2010

dan Pemimpin Lupa


Sebuah catatan pada idul adha di sebuah lapangan di kawasan pasar minggu, Jakarta selatan. Hari itu adalah hari idul adha 1430 H.
Pemimpin adalah manusia biasa. Manusia diciptakan oleh Allah mempunyai sifat lupa. Lupa adalah dimana otak tidak mampu memberikan stimulus atas sebuah jawaban yang telah masuk dalam memory otak.
Lupa dipengaruhi oleh berbagai factor, diantaranya, pola makan, minum, bernafas, istirahat dan juga pendayagunaan fikiran, stress.
Dalam sholat raya idul fitri atau idhul adha ada perbedaan dengan solat sunnah lainnya. Perbedaan ini terletak pada pembacaan takbir 7 kali oleh sang Imam pada rakaat pertama. Kemudiaan para jamaah mengkuti takbir sebanyak 7 kali dan membaca “Subhanallah walhamdulillah walaa ilaahaillallaah wallahu akbar”. Ketika takbir telah selesai maka bacaan selanjutnya sang imam adalah al fatihah dan ayat dari surat pilihan. Kemudian pada rakaat kedua imam mengucapkan takbir 5 kali. Sang imam pada rakaat kedua lupa bertakbir sebanyak 5 kali. Imam melanjutkan membaca alfatihah.
Setelah solat selesai maka imam langsung pada khutbah idul adha. Dalam permulaan khutbah khatib merasa ada kejanggalan dalam melihat ekspresi para jamaah. Menyadari bahwa terjadi kealpaan dalam khutbah idul adha khatib meminta untuk mengulangi sholat idul adha dengan imam yang berbeda. Baru dilanjutkan dengan kutbah idul adha yang panjang sekali.
Beberapa jamaah yang berada persis dibelakang imam ketika alfa tidak melakukan peringatan dengan membaca subhanallah. Bacaan subhanallaah adalah bacaan untuk mengingatkan kesalahan imam dalam memimpin solat. Kelalaian ini di bayar dengan sujud sahwi pada rakaat terakhir sebelum salam.
Lupa adalah sifat dasar manusia. Ketika seseorang pemimpin lupa, tugas pengikutnya untuk mengingatkan akan kealpaan. Menarik kisah para sahabat seperti abu bakar meminta kaum muslimin untuk mengikuti ketika ia benar dan tidak mengikuti ketika ia salah. Begitu juga dengan khalifah Umar bin Khattab ia meminta untuk dapat di nasehati ketika ia salah dan diikuti ketika ia benar.
Lupa pada satu sisi adalah karunia Allah Swt untuk memperkuat jaringan antara manusia dalam membentuk komunitas yang bersinergi dalam kebaikan dan ketakqwaan. Menjadi masyarakat yang saling sinergi memberikan peringatan dalam kebenaran dan juga konsisten di dalamnya.
Hal yang paling mendasar adalah ketika melupakan. Imam dengan sengaja melupakan kewajibannya dan begitu juga pengikut melupakan kewajiban untuk memberikan masukan ketika pemimpin salah.
Sudahkah kita member nasehat dan peringatan kepada pemimpin kita bagi kita pengikutnya atau kita sebagai pemimpin memberi nasehat kepada pengikutnya untuk menasehati berada dalam jalur yang benar?
Di sponsori oleh:
Rumah Sehat & Apotik Herba
SYIFAAU MUMTAZ
Jakarta -Indonesia

Tidak ada komentar: