Rabu, April 14, 2010

Halim perdana kusuma


Sebuah catatan seorang Relawan
Sabtu Jam 3 Oktober 2010 Jam 12.30,
Bencanan besertanya ada anugrah. Itulah slogan yang menjadi kegiatan ketika bencana datang menyapa Sumatera Barat 30 September 2010 M.
Datang untuk konfirmasi pada hari jum’at sore untuk koordinasi pemberangkatan. Hal ini perlu untuk mengetahui jadwal keberangkatan pesawat Hercules. Dari koordinasi yang dilakukan adalah menanyakan bagaimana cara berangkat. Maka pertama adalah menanyakan di gerbang utama. Waktu itu menggunakan sepeda motor.
Sepeda motor di parkir di pintu penjaan pertama. Dengan meninggalkan Karta Tanda Penduduk maka mengontongi tiket masuk dari mereka yang baru menyelesaikan administrasi pendidikan. Dengan badan yang tegap dan baru siap pelatihan, tampang yang gagah dengan sedikit keramahan mereka akan melayani sesuai dengan aturan sang atasan.
Dari koordinasi keberangkatan yang membutuhkan berbagai koordinasi cepat dari tingkat jendral sampai tingkat prajurit di bawah. Dari pertanyaan maka saya bertanya bagaimana cara berangkat menggunakan pesawat Hercules bagi relawan yang mau berangkat ke Sumatera Barat.
Jawan dari coordinator keberangkatan. Maka kalau bisa berangkat ini malam. Ketika itu saya di terima oleh koordinator pemberangkatan wahyu. Karna malam ini ada pesawat yang berangkat untuk membawa logistic untuk bencana di Sumatera Barat. Namun niat awal hanya untuk konfirmasi maka pemberangkatan tetap diminta hari Sabtu.
Persoalan-persoalan di lapangan sering bertumpuk. Banyak instruksi demi instruksi berjalan dan saling tindih menindih. Inilah ironi bangsa yang tidak siap menghadapi bencana besar. Kacaunya garis koordinasi sering terjadi yang mengakibatkan miskomunikasi. Bebepa miskomunikasi di sebabkan banyaknya kepentingan yang masuk.
Dari berbagai cerita yang keluar dari para pekerja lapangan bahwa mereka mendapatkan perintah dan tidak sedikit dengan bentakan. Bentakan itu beriring dengan wajah atasan yang tidak bersahabat satu sama lain. Ibarat banjir apaun ada termasuk dengan lemahnya system dan koordinasi di tingkat atas.
Pola pemberangkatan yang tidak tersistem. Hal ini terlihat dengan beberapa kali pengunduran dan juga pemberangkatan bagi relawan yang tidak mendapatkan tempat dalam pesawat. Ada beberapa orang yang telah beberapa hari menunggu konfirmasi keberangkatan. Dan kadang ada yang begitu datang langsung mendapatkan jadwal keberangkatan.
Distribusi pekerjaan yang tidak terstruktur dan tanggungjawab yang terbeban di beberapa orang. Beberapa pekerjaan tidak mengikuti alur yang sesuai dengan prioritas barang yang masuk kedalam pesawat. Tidak ada sebuah ketegasan bentuk barang apa saja yang mesti didahulukan dan dikemudiankan untuk di berangkatkan.
Dera kelelahan menerpa. Inilah hasil akhir dari kekacauan koordinasi, ketumpang tindihan perintah dan juga pekerjaan yang tidak terstuktur. Solat sebagai kewajiban malah terlupakan, seakan semua urusan dunia melampaui pentingnya bagian pendidikan prioritas dan juga pembelajaran dari ibadah mulia yakni solat.
Terdapat raut wajah kecemasan beberapa orang yang menjadi penumpang. Ada yang begitu shok mendapatkan kabar tentang keluarga di kampung. Ada yang merasa amat berkepentingan untuk mengetahui keadaan keluarga di kampung apakah masih baik atau tidak. Perang amarah dan caci maki menghambur keluar dari mereka yang kesal terhadap persoalan-persoalan yang terjadi.
Beberapa orang tentara merasa jengkel dengan beberapa kali pembatalan pemberangkatan. Beberapa kata umpatan keluar deras seperti deras emosional yang ada untuk segera mengetahui kondisi keluarga di ranah minang setelah di guncang gempa. Guncangan gempa adalah kehancuran secara materi ketika alam mengikuti sunnatullah dan ketetapan Allah swt untuk memberikan berbagai peringatan bagi manusia.
Siapa yang mempunyai power dialah yang mendapatkan prioritas. Inilah potret manusia yang tidak mengenal sebuah befikir system dan tidak mengerti bagaimana mesti memberikan sebuah prioritas untuk mereka yang membutuhkan lebih dahulu. Hal ini terlihat dengan pemberangkatan dari barang-barang dan orang-orang. Jika orang itu yang berpangkat itu maka ia akan mendapatkan prioritas utama.
“Sebuah ketetapan hati”
Action laksana orang solat berjamaah untuk recovery bencana yang Allah timpakan pada ummat muslim yang mengingkari janji terhadap Allah Swt. Denan tagline ‘Angrah di balik Bencana’
Dengan Bismillahirrahmanirahimm Bismillahi tawakkaltu alallahi laahaula
“ku tak besepatu”
Pemberangkatan terjadi besoknya di pagi hari. Dimana keberangkatan pun mengalami persoalan-persoalan yang tidak mengizinkan untuk berangkat, kenapa karna surat tugas yang diberikan ditandatangi sendiri dan yagn berangkat saya sendiri. Inilah peroalan yang membuat mereka bigung. Dan juga beberapa kekurangan yang lain adalah tidak membuat spefikasi keahlian.
Diakhir lobi diperbolehkan berangkat tanpa menimbang berapakah berat beban. Sebelum berangkat sandal mesti diganti dengan sepatu-sebuah pengalaman berharga-untuk menaiki pesawat Hercules.
Darimanakah sepatu pengganti sendalku dapat? Didepan mushalla terdapat beberapa sepatu yang telah lama berdebu dan dibiarkan saja. Dari bentuknya tidak lagi digunakan. Berfikirlah sejenak apakah mengambil atau tidak. Maka keputusan berangkat di ambil dengan menggunakan sepatu yang telah lama parkir di mushalla tesebut dengan janji mengembalikannya setelah kegiatan bencana. Namun ama sayang sepatu itu hilang di daerah bencana dan tidak di ketahui dimanakah alamat sekarang.
Dengan ini maka sepatupun berpindah dan ditukar denga sandal. Inilah sebuah perjalan pertama untuk naik Hercules.
Banyak persoalan sebenarnya yang membutuhkan sebuah kemauan untuk belajar dari berbagai masalah yang terjadi di negri ini yang melebih bencana fisik. Yakni bencana berfikir yang tidak sistematis, terstruktur dan juga bencana Iman yang bukan panduan hidup berprilaku imani namun berprilaku mengingkari.
Bencana terbesar bukan kehancuran dalam aspek gedung-gedung, namun bencana terbesar adalah kerusakan keyakinan akan sesuatu yang berharga yakni iman dan juga ilmu pengetahuan di dalam hari dan juga alam fikiran.
Tulisan ini di tulis dari catatan harian ketika menjadi relawan di Sumatera Barat. Dan juga didedikasikan kepada teman-teman relawan yang kita terbang bersama di satu pesawat bernama Hercules.
Salam Sang Pemenang Pembelajar
Baitul Muslimin MUZAKKI, Universitas Kehidupan INACHE, PT. MYANS INSANI SEJAHTERA
Ditulis Ulang pada tanggal 19 Maret 2010, 2 Rabiul Tsani 1431 H

Tidak ada komentar: