Minggu, April 04, 2010

Jakarta di Atas Atap Kereta


Matahari menjelang terbenam di ufuk barat. Sore itu seperti biasa manusia berpacu dengan waktu untuk pulang kerumah dari bekerja. Waktu sore adalah waktu yang dinanti oleh penikmat kereta api, walau mesti berdesakan dengan penumpang lain.
Menjadi penumpang kereta api ekonomi adalah pilihan paling ekonomis bagi pekerja yang mempunyai keterbatasan dalam gaji dan juga tunjangan. Dengan ongkos sekali jalan 1.500-2.000 dengan menghbiskan 5000 sekali jalan ditambah dengan onkos lainnya maka tidak menghabiskan banyak biaya di bandingkan dengan menggunakan motor atau menggunakan mobil sebagai sarana berangkat dan pulang dari bekerja.
Tegangan listrik bagi Kereta Api Listrik adalah 15000 volt, sekali sengat maka tidak ayal kata hangus adalah resiko yang di tanggung. Tanpa ada jaminan asuransi bagi siapa yang mendapatkan sentuhan listrik ini.
Memilih kereta api adalah sebuah alasan rasional dalam mensiasati pengeluaran. Butuh sebuah kecerdasan dalam mengelola out of cash flow. Hampir setengah atau sepertiga dari gaji karyawan dari kalangan bawah dengan gaji kisaran 800.000 paling bawah.
Kereta api Jakarta Bogor adalah warisan dari kereta api zaman belanda yang telah berumur lebih 100 tahun, tidak ada penambahan signifikan dari system perkeretapian khusus untuk Jakarta dan sekitarnya.
Gerbong-gerbong kereta adalah impor dari negri jepang atau cina. Kereta api ini adalah kereta api yang telah masuk dalam masa habis penggunaan dan di jual ke Indonesia dan di gunakan.
Menggunakan kereta pada pagi hari dan sore adalah sebuah pemandangan dan juga pegalaman yang unik bagi penggunananya. Banyak kejadian yang dapat diceritakan, dari kebaikan penumpang dengan penumpang lainnya. Juga tidak terlepas modus kejahatan tetap mengincar siapa saja dan kapan saja.
Naik keatap kereta api adalah sebuah pilihan yang mengasikkan sekaligus membahayakan. Tapi inilah pilhan yang sebagian masyarakat ikut memilih di atas atap. Berbagai alasan di kemukanan untuk naik ke atap kereta api diantaranya.
Pertama, di dalam telah penuh dengan penumpang. Sudah seperti susunan paku dalam kardus. Inilah salah satu pilihan untuk menjadi penumpang atas kereta api.
Kedua, Mengejar waktu untuk pulang. Ketika memilih kereta api yang bisa berada di dalam membutuhkan waktu sampai malam untuk mendapatkan tempat yang layak untuk duduk atau berdiri dengan lapang.
Ketiga. Jadwal kereta api yang tidak mengikuti siklus pergi dan pulangnya penumpang yang berkerja mengikuti jamkerja. Sebagian penumpang yang pernah bercerita dengan penulis ketika tidak memilih naik ke atas atap maka bersiaplah seperti di masak atau terlambat pulang kerumah
Melihat Jakarta dari atap kereta api adalah sebuah pemandangan kehidupan yang memberikan banyak cerita dan juga permasalahan-permasalahan. Pada bagian pinggir rel adalah kehidupan bagian bawah Jakarta. Teman-teman pemulung dan tunawisma Jakarta banyak bertinggal di sini.
Menjadi pemulung adalah pilihan akhir dari berbagai deretan pilihan yang hadir bagi pendatang ke Jakarta. Berdagang kecil-kecilan juga merupakan pilihan untuk dapat menghidupi keluarga di kampung.
Teman-teman tersebut adalah pahlawan ekonomi bagi keluarga dan juga kampung mereka. Lewat kiriman mereka maka ekonomi bergerak. 300.000,- 700.000 perbulan adalah jumlah yang bisa menghidupi keluarga sederhana. Dengan sepuluh orang mengirimkan uang yang sama telah menjadikan ekonomi pedesaan bergerak.
Dengan bergeraknya ekonomi di daerah juga menjadi sebuah kebaikan bagi produsen-produsen yang memproduksi berbagai jenis makanan. Para operator selular juga menikmati keuntungan dengan beredarnya uang di kampung. Inilah siklus ekonomi yang tidak terlacak oleh berbagai ahli ekonomi yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi sekian persen.
Dari atas atap kereta api kita bisa menikmati gedung-gedung pencakar langit yang berjajar sepanjang Jakarta Kota- Bogor yang di selangi oleh pohon-pohon antenna televis masyarakat. Atap atap perumahan yang berada bentuk dan rupa menjadi pemandangan yang mengasikkan.
Hal yang menjadi berbeda adalah ketika hari hujan atau cuaca tidak bersahabat maka naik keatas atap adalah sebuah pilihan yang membahayakan bagi siapapun.
Razia bagi mereka penumpang yang naik keatas atap kereta api telah di lakukan, namun alasan untuk menyediakan jadwal dan kereta api yang mampu menampung jumlah penumpang dengan layak belum bisa. Hal ini lah menjadi asalan menggunakan atap kereta api adalah pilihan terbaik untuk dapat tepat waktu sampai di tempat kerja dan pulang sebelum magrib.
Beraneka ragam view pemandangan indah dan menarik dari atas atap kereta api amat sayang di lewatkan bagi Anda yang menyukai pertualangan.
Sebagai catatan:
1.       Anda harus menggunakan jaket untuk melindungi diri dari terpaan angin. Masuk angin menjadikan kondisi anda tidak nyaman untuk dapat bekerja esok hari.
2.       Anda mempunyai keberanian untuk dekat dengan resiko tersengat volt listrik dengan kekuatan 15.000 volt.
3.       Anda mempunyai sebuah persiapan asuransi  jika ingin menimalisri resiko.
4.       Anda hanya membutuhkan sebuah kamera untuk mengambil moment dan menjadikan sebagai sebuah catatan yang bermanfaat
Ditulis oleh
Muhammad Yunus
22 Maret 2010 18:03 WIB, Dari penumpang di atas atap kereta api Cikini –Pasar Minggu

Tidak ada komentar: