Kamis, Maret 04, 2010

Shalat Mengajarkan Kita

Sebuah catatan perjalanan harian di Masjid Baitul Hikmah Elnusa

Siang itu berjejer rapi sepuluh saf. Dengan sama-sama bertakbir dan mengikuti rangkaian komando sang imam. Masing-masing tidak akan mendahului sang imam sebelum suara komando berkumandang dengan lantang dengan bahasa yang di mengerti oleh pengikut.

Karpet mesjid berwana merah maron yang menjadi saksi kepatuhan hamba-hamba Allah yang sujud dengan ketuntudakan yang penuh. Tempat kaki berwana krem yang menentukan batas dimana masing-masing kaki jamaah berada. Batas ini adalah batas yang memberikan wilayah kerja masing-masing dalam jamaah solat.

Tiang mesjid yang berjumlah enam buah dan memiliki dua lantai sebagai tempat solat. Udara sejuk berhembus dengan pintu yang terbuka semuanya secara lebar. Mengambil kosep pntu adalah jendela yang melengkung bagian atasnya.

Pada bagian depan terdapat mimbar yang berwarna keemasan yang menjadi tempat penyampaian khutbah jum’at. Pada tengah-tengah mesjid ada lampu bulat yang berukuran 3 diameter.
Sebelum zuhur datang telah banyak jamaah yang melakukan i’itikaf, membaca alquran dan melakukan solat sunnah tahiyyatul masjid dan solat sunnah wudhu yang semuanya berjumlah empat rakaat.

Kemudian suara azan bergema memanggil manusia yang mampu mengetahui sebuah priorotas. Masjid Baitul Hikmah yang beralamat di jalan TB. Simatupang bertempat di komplek elnusa.

Menjadi pertanyaan bagi penulis adalah kemauan mereka untuk hadir lebih dahulu ke masjid sebelum di kumandangkan azan?

Aplikasi solat dalam perusahaan

Dalam sebuah perusahaan, karyawan yang mampu melakukan kegitan lebih cepat dengan kualitas yang sama merupakan karywan teladan dan mendapatkan apresiasi dari pimpinan perusahaan.

Personal kompetensi adalah kecerdasaran yang berlandaskan kesadaran akan tanggungjawab dan kesadaran peran yang menuntut penyelesaian tugas lebih baik dengan standar efektifitas dan efisiensi yang zero defect.

Solat adalah long life training sustainable. Dimana masing-masing pribadi di training dengan lima waktu sehari semalam untuk dapat konsisten tepat waktu dan menyelesaikan rangkaian sebuah ibadah yang bermula dari sebuah proses yang terbagi menjadi 3 proses utama

Proses pertama adalah proses persiapan. Dalam solat kita mempersiapkan diri dengan berwudu yang kemudian melakukan dua rakaat solat tahiyyatul masjid dan solat sunnah wudu’. Dalam lingkungan kerja kita mesti melakukan persiapan yang bernama pembersihan persepsi dan paradigm. Dalam buku calestiao management di namakan dengan zero base. Berfikir zero. Hal ini di ajarkan oleh wudu dengan membersihkan kotoran, najis secara fisikli, kemudian memberishkan seluruh tubuh, perkataan dengan berkumur-kumur, hidung, muka yang kusut oleh persoalan seakan di bersihkan kemudian tangan, kepala, telinga dan kaki. Ketika kita telah bersih maka masuklah dalam sebuah system bernama mesjid.

Proses keuda. Ketika kita telah memasuki system ada sebuah budaya yang di ikuti berenama solat tahiyyatul masjid sebuah bentuk penghormatan terhadap masjid. Dalam kontek pekerjaan atau bekerja maka kita memberikan rasa hormat dengan memperkenalkan diri, memberikan hal yang baik kepada perusahaan dengan berangkat dar kebersiahan atau zero. Kemudian dilanjutkan dengan rangkaian solat sunnah rawatib dan proes utama dari sebuah solat berjamaah.

Dalam persuhaan mengenal bagaimana tempat dengan siapa kita akan bekerja pada tahap awal akan memberikan sebauh penyesuaian kerja yan cepat. Inilah penggunaan training dan development dalam sebuah pekerjaan. Ketika telah masuk bekerja maka tidak terjadi lagi persoalan-persoalan yang mengganggu rangkaian proses. Dimana kita di tempatkan adalah bagian yang tidak terpisahkan. Ketika kita solat adalah mendapatkan pada posisi tengah maka kita memaksimalkan peranan di sana dengan melakukan job discreption (tanggungjawab kita) dengan sempurna.

Dalam solat kita membaca bacaan dengan baik dan benar, melakukan gerakan dengan sempurna dan teratur. Maka karakter ini akan membentuk pribadi yang mengetahui apa yang ia mesti kerjakan. Bagaimana mengerjakan dan mempunyai keteraturan kerja dengan limit waktu dari saru proses ke proes lainnya.

Ketika solat ada suatu proses pengakhiran dengan mengucapkan salam. Ketika di perusahaan ini adalah masa habis pension atau meninggalkan akad yang sesuai dengan perjanjian. Maka pribadi yang solat adalah pribadi yang meninggalkan kesan dan ucapan salam. Atau ending yang akhir yang baik.
Proses ketiga. Adalah proses perpisahan yang melingkupi doa dan solat rawatib ba’diah.

Dalam perusahaan ada sebuah orientasi persiapan untuk menjelang pension atau perpisahan akan peran sekarang. Disinlah letak performance appraisal (penililaian kinerja) seseorang dan melakukan orientasi setelah meninggalkan pekeraan yang telah di selesaikan dengan baik.

Doa memberikan sebuah gambaran utuh bagaimana melangkah kedepan. Maka di berikan pelatihan singkat untuk mempersiapkan diri pada tanggungjawab baru atau kebiasaan baru.

Pribadi yang mampu menjaga prioritas adalah pribadi yang menjadi pemenang yang tidak takut bersaing dengan siapapun. Mempunyai keyakinan dan komitmen menjadi yang terbaik dengan kuantitas kerja yang maksimal melampaui target. Dalam solat adalah 4 rakaat utama pada zhuur dan jumlah keseluruhan adalah 17 rakaat. Ia mampu memberikan melampau 17 rakaat. Jadilah pribadi yang sangat produktif dan prestatif.

Kemudian tidak mau menganggu pekerjaan orang lain, menggosipkan pekerjaan orang lain dan aib orang lain. Ia menjadikan dirinya adalah orang yang maksimal memberikan yang terbaik sesuai dengan peran dan tanggungjawabnya.

Ia mengetahui dan memahami bahwa dirinya mesti selalu mempelajari bagaimana untuk menjadi yang terbaik hari demi hari. Dan inilah mentalitas dan action dari sang pemenang

Karakteristik selanjutnya pribadai yang solat dalam perusahaan adalah pribadi yang menghargai orang lain dan ia berhubungan dengan cara pandang berfikir win-win. Cara pandang ini sebagaimana Steven R Covey menjelaskan adalah satu kebiaasaan (habbits) dari 7 kebiasaan manusia efektif yakni berfikir dan bertindak menang-menang yang di satukan dengan iterdependsi. Yakni kesaling tergantungan.

Dalam ibadah solat kita di ajarkan untuk merapatkan dan meluruskan saf. Tidak ada diajarakan untuk menyikut teman satu saf atau mengambil perenan anak buah dengan mundur kebelakang. Inilah sinergisitas dalam kebaikan dan ketaqwaan. Memperlakukan semua orang sama dengan saling merapatkan barisan baik yang di depan maupun yang di belakang.

Dalam solat ada satu kesatuan komunkasi yang jelas yang bisa di terjemahkan oleh siapa saja dalam perusahaan apakah mereka yang telah lama berada di perusahaan atau mereka yang baru masuk sebagai orang masbuk.

Kesatuan inilah yang dinamakan dengan visi, misi dan tujuan dan langkah-langkah action yang memberikan ruang bagi orang lain untuk berkontribusi yang terbaik dalam satu komando yang bernama imam atau dalam perusahaan bernama CEO/President direktur.

Indahnya solat ketika berada di orang yagn mengetahui akan ilmu solat dan pengaruhnya dalam kehidupan bekerja bekeluarga danjuga berbangsa dan bernegara.
Sebuah catatan di siang di sela-sela kehidupan yang terus berputar.

Muhammad Yunus
Sang Pemenang pembelajar

Baitul Muslimin MUZAKKI

Tidak ada komentar: