Senin, Maret 01, 2010

Gerobak teman hidup

Suapan terakhir dari nasi bungkus paket lima ribu telah masuk dalam mesin penggiling bernama graham dan gigi. Setelah penggilingan akan masuk kedalam gerobak lambung tempat pelatakan semua bernama makanan dan minuman.

Begitu juga dengan gerobak yang telah menemani kemana menelusuri jalanan Jakarta hari demi hari mencari hasil sisa pembuangan orang berupa aneka sampah yang bisa di gantikan menjadi sesuap nasi, hembusan asap yang enak dinikmati, dan sekali-kali membeli kenikmatan nikmat sugawi dunia.

Satu dua motor lewat di jalan menuju bundadaran Hotel Indonesia. Kemudian di susul oleh beberapa mobil yang bermerek aneka banyak yang bukan buatan anak negri sendiri. Katanya produksi dalam negri namun modal dan juga tenaga ahlinya lebih banyak dari luar negri. Itu beberapa ciloteh bapak-bapak di pos kambling yang pernah kami dengar ketika membahas persoalaan negri.

Ketika geraham atas bertemu dengan graham bawah dan lidah sedang asik memutar dan membolak balikan makanan ada yang terasa ngandat dan tersendat mesin kunyah terbaik yang pernah ada ini. Kemudian sekantong air teh tawar menelusuk masuk dari ujung plastic bagian kiri yang sobek oleh gigi depan.

Setelah beberapa teguk ari mengaliri sendatnya kerongkongan dan menghilangkan cenggukan. Maka satu persatu teman lewat ada Pemulung kebaikan yang menyapa bagaimana mas yang kemaren jadi nga’ di usahain untuk di kirim ke rumah di kampung.
Belum dapat ne, susah mencarinya sekarang karna banyak saingan. Aku baru dari lapak ni setor ke bos dan baru beli nasi ma teh tawar. Kemudian asap itu mengepul dari hirupan pertama rokok kretek yang di sulut dari rokok pejalan yang numpang lewat baru kembali dari warung sebelah jalan.

Begitu nikmat hidup dengan beberapa suap nasi di makan diterangnya cahaya lampu rel kereta api ditemani oleh teh tawar dan sebatang rokok kretek itu pasti. Karna malam ini ada sedikit rejeki kita akan kirim nanti untuk anak istri di kampung di sudut negri kaya tapi miskin hati ini.

Lengkap sudah kenikmatan makan malam walau ditemani cahaya lampu penerang rel kereta api Jakarta – Bogor di stasiun cikini dan juga di temani oleh gerobak sebagai perusahaan ternama yang mampu menampung berbagai bisnis sisa hasil kegiatan manusia Jakarta yang tamak dan serakah.

Tidak ada komentar: