Sabtu, Maret 06, 2010

Pengalaman berharga di stasiun

Oleh: Ona Satria
Mahasiswa STIE Hidayatullah depok

Pengalaman ini terjadi pada hari kamis, 4 maret 2010,sekitar jam 13.20 ketika berangkat ke Jakarta menggunakan kereta api,waktu saya di stasiun citayam saya sudah beli karcis dan saya langsung mengantonginya karena biasanya orang yang berada di loket penjualan tak pernah salah dalam memberikan karcis yang di beli,setelah lama menunggu kereta lewat dan berangkat menuju Jakarta.

Ketika telah sampai di stasiun cikini saya turun dan langsung ke loket dan langsung memberikan karcis yang telah saya beli ketika berada di stasiun citayam tanpa rasa bersalah,ya karena saya tidak merasa salah waktu itu,saya berikan karcis dan sayapun berlalu,namun baru beberapa langkah dari tempat itu saya kembali di panggil karena bermasalah dengan karcis yang saya berikan.

Kamu tidak tahu bahwa karcis ini bukan untk loket ini!katanya pada saya sembari memperlihatkan karcis yang memang tidak benar,setelah saya lihat memang benar bahwa karcis itu rutenya dari citayam-pasar minggu,akhirnya karena salah maka saya di bawa ke ruangan yang lumayan sempit dan cukup tertutup,saya sempat menoleh kanan-kiri sepertinya tempat itu di sediakan untuk oang yang menipu dan teledor dalam memakai kereta api.

Saya di tanya kenapa kamu tidak melihat karcis itu setelah beli kata sang introgator itu,saya jawab bahwa saya percaya dengan penjual karcis yang ada di citayam,ya tapi kamu harus membayar denda atas peraturan yang telah di langgar katanya,tapi saya hanya menunjukkan uang 1.000 rupiah dan saya mengatakan bahwa saya tidak punya apa-apa lagi,akhirnya dia bertanya pada saya kamu asli mana?saya menjawab dari depok, saya juga jarang ke kota dan saya juga jarang naik kereta.

Saya mengatakan bahwa saya kuliah di depok dan ke cikini ada pertemuan mahasiswa di secretariat HMI,dia mengatakan bahwa dia tahu demo yang di lakukan anak-anak hmi dan mengtakan bahwa dia tidak suka hal-hal yang seperti itu, dia menyuruh saya untuk menunjukkan kartu tanda mahasiswa(KTM)dan saya mengatakan bahwa ktm saya belum terbit ,mana kartu tanda penduduk(KTP)saya katakan padanya bahwa ktp saya ketinggalan di kampus,akhirnya sang introgator pun sok-sok memberikan nasehat pada saya,kalau kamu pergi itu harus bawa identitas biar jika kamu ada apa-apa bisa di kenali lewat identitas itu.

Akhirnya saya hanya dapat manggut-manggut mendengarkan ‘siraman rohani’ di stasiun,karena saya memang tidak punya apa-apa yang dapat saya gunakan untuk membayar denda 10 karcis depok ,dia menawarkan hukuman yang pantas buat saya,dia menyuruh saya untuk push up sebanyak 50 kali,baru 10 kali dia bilang sudah ,lain kali harus lihat-lihat supaya tidak terjadi lagi hal-hal yang serupa dengan ini, ya sudah kamu boleh pergidan saya pergi dengan aman.ha lega deh.

Sebuah catatan.
1. Membutuhkan sebuah change management dalam pengelolaan perkeretaapian pada aspek Sumber daya manusia yang tidak melayani bangsa sendiri.
2. Membutuhkan sebuah rekayasa ulang bisnis kereta api dan system pelayanan kereta api
3. Membutuhkan pemimpin PT. KAI yang mengerti banyak permasalahan dan persoalan yang mesti di perbaiki untuk menjadi bangsa Indonesia terbaik

Tulisan serial “Jakarta Kota-Bogor”

Tidak ada komentar: