Kamis, Maret 04, 2010

Indeks Harga Sabun dan Garam

Ketika kita mendengat kabar pasar dan market review di dua statiun news televisi milik swasta akan di berikan perkembangan pasar berupa pergerakan saham-saham. Beberapa saham mengalami kenaikan harga, beberapa sahama mengalami penurunan harga. Terdapat Penawaran Saham Baru atau IPO. Kemudian ada analisis bagaimana pengaruhnya kepad Indeks Harga Saham Gabungan.

Tidak hanya sampai disana, koran dengan oplah nasional dan beberapa majalah ataupun tabloid memberikan halaman full untuk mencatat pergerakan harga saham. Pergerakan saham komunity, pergerakan pertukaran mata uang dan juga tidak lupa tentang efeknya terhadap pengambilan keputusan.

Semua itu adalah pasarnya mereka yang memiliki saham, atau perusahaan yang telah menjadikan persusahaan listing di Bursa Efek, efek pergerakan mempengaruhi ekuitas dan keuangan perusahaan, begitu kata dosen saya yang mengajar Mata Kuliah Manajemen Keuangan Lanjutan yang saya hanya mendapat nilai "B" biasa.

Ketika resesi ekonomi dan jatuhnya harga-harga saham di pasar bursa yang mengalami kerugian adalah perusahaan dan pemegang saham. Namun yang menjadi catatan adalah kerugian ini hanya dalam sebuah hitung-hitungan di atas kertas dan bukan menghilangkan uang mereka.

Namun ketika saya berada di pasar tradisional dan beberapa pasar pagi, perubahan beberapa harga komuniti mempengaruhi pengeluaran ibu rumah tangga. Bagi kita yang biasa di kota besar metropolitan belanja kebutuhan dapur melalui Mpok dan Mang yang menggunakan gerobak yang telah menjadi langganan.

Pergerakan harga Sabun dan Garam tidak menjadi berita di kabar pasar dan market review yang terjadi di beberapa tempat. Tidak akan ada analisa efek yang terjadi apabila harga sabun mengalami kenaikan harga atau penurunan harga. Para pakar seolah tidak memeliki pisau analisa atau tumpul sama sekali. Pergerakan kenaikan harga satu komuniti akan mempengaruhi pembelian komuniti lainnya. Ada pergerakan dinamis dari efek bergeraknya satu harga.

Sebagai contoh, ketika sabun yang biasanya di beli seharga Rp. 2.500,- kemudian naik menjadi Rp. 3.000,- maka pada saat itu kita sebagai pengambil kebijakan belanja akan menurunkan jatah pembelian Sampo atau bawang sebagai pelengkap alat masak.

Akibat pergerakan harga ini adalah menurunkan berbagai pilihan untuk hidup sehat dan berkualitas degan mengurangi jumlah item barang yang di belanjakan. Maka ketika ada pergerakan harga yang naik maka ibu-ibu akan riuh dan menjadi berita nasional ibu-ibu karna uang sebagai bentuk saham dalam Indek Harga Sabun dan Gula mengalami penurunan harga.

Inilah kontras pasar yang memeliki karakteristik tersendiri dan juga pelanggan tersendiri. Pemerintah seakan kebakaran jenggot dengan penurunan harga IHSG di Pasar Modal, dan kehancuran harga saham komunitas, dari pada kehancuran pasar tradisional karna pergerakan kenaikan harga komuniti di Indeks Harga Sabun dan Garam.

Inilah realitas keberpihakan yang berketidakadilan antara Indeks Harga Saham Gabungan dengan Indeks Harga Sabun dan Garam.

Tidak ada komentar: