Kamis, Maret 04, 2010

Presenter Agama Bayaran!

“Bangunlah, lalu berilah peringatan”! (Q.S Almuddatstsir:2)

Seorang pengurus DKM sebuah mesjid tidak menyangka bahwa ustad kondang tersebut memberikan patokan bayaran sejumlah 5 juta rupiah untuk bisa hadir di pengajian untuk memperingati Maulud Nabi satu tahun yang lalu. 5 juta adalah jumlah yang besar untuk memanggil ustad yang telah melang-lang dibeberapa stasiun televisi. Dengan gaya khas telah mampu menghipnotis penonton yang juga merupakan jamaah solat di mesjid.

Atas kehendak rapat pengurus yang mendengar pendapat beberapa jamaah untuk dapat menghadirkan supaya bisa melihat secara langsung, tidak hanya di televisi. Suaranya seakan menghipnotis pemirsa dan juga mampu sekali-kali menguras air mata dengan tausiah yang mengena.

Aktivitas memberikan dakwah adalah sebuah kebutuhan yang merupakan tanggungjawab setiap orang pada tingkatan tertentu sesuai dengan kapasitas, kualitas diri sang pendakwah. Namun fakta dan realitas yang telah berlangsung lama memberikan kenyataan. Bahwa ustad telah memiliki segmentasi pasar dan memasang tariff berdasarkan tingkat popularitas, yang berhubunan dengan upah yang di dapat oleh para presenter bisnis handal, presenter praktisi handal, motivator terkenal, selebriti terkenal, penyanyi handal dan popular. Penyakit ini menjangkiti para presenter agama atau pendakwah atau dai.

Dengan bayaran tinggi yang telah di sepakati dan di bayar uang muka maka janji yang di buat jauh hari akan dipenuhi dan dia akan datang. Ketika tidak mampu memberikan bayaran di depan maka jangan berharap untuk datang dan memberikan tausiyah penyejuk. Karna persoalan dengan bayaran rendah ia mengemukakan alasan untuk mengelak dan tidak mau menyampaikan kebenaran atau pembelajaran tentang agama untuk ummat yang masih butuh pembelajaran.

Akibat yang terjadi adalah ada sebuah lubang besar yang meganga di dalam pemaham ummat islam tentang islam itu sendiri. Bagi mesjid yang jamaahnya adalah mereka yang mempunyai dana besar, mampu untuk mendatangkan orang-orang yang berkemampuan dan berkualitas dengan bayaran yang besar.

Akan berbeda dengan masyarakat yang tidak mempunyai kemampuan untuk mendatangkan presenter agama bayaran, maka cukuplah dengan apa yang ada saja. Dengan kemampuan terbatas dan juga kualitas yang sedang dari seorang da’I maka kualita jamaah sebanding dengan kualitas da’i.

Belajar dari beberapa ulama yang pernah ada, seperti buya Hamka, K.H yang membangun basis di sebuah mesjid sebagai pusat pendidikan ummat tanpa di mintai bayaran. Semuanya mereka mempunyai sebuah tempat berupa sekolah atau pesantren untuk mendidik ummat. Ummatlah yang datang untuk belajar.

Kita kenal dengan buya hamka dengan tetap membina kajian subuh di mesjid alazhar. Kita kenal dengan buya zarkashi dengan tempatnya di gontor, kita mengenal dengan KH. Solehuddin yang menempati pesantren tebu ireng. Buya Inyiak canduang KH Sulaiman Arrasuli dengan mendirikan tarbiyah islamiyyah memiliki tempat yang merupakan pusat pendidikan ummat.

Menetap pada suatu tempat menjadikan mereka secara konsisten dapat membentuk karakter ummat. Mengikuti jejak ini adalah beberapa da’i seperti Da’i Abdullah Gymnastiar, Da’i Arifin Ilham yang membangun halaqah zikir az-zikra. Namun untuk memanggil membutuhkan sebuah bayaran tingkat tingi juga sekian juta.

Jika dalam setahun terjadi 4 moment peringatan hari besar yang terdiri dari Maulid Nabi Muhammad Saw, Isra dan mi’raj, Nuzulul Quran, Idul Firti dan Idul Adha, tahun baru hijriah, dan juga peringatan lainnya yang lebih banyak kepada pesta-pesta dan belum kegiatan lainnya yang mengandung syirik seperti sedekah bumi, laut yang sampai hari ini masih di pelihara oleh pemerintah sebagai asset pariwisata.

Menelisik lebih lanjut tentang presenter memiliki beberapa keunggulan dari pada da’i, pertama kualitas peyampaian yang di dukung oleh media audio visual yang mumpuni, data terlengkap dan terbaru. Bahan berupa makalah atau hand out.

Menimbang tentang biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan ini membayar Presenter Agama. Jika khatib jum’at dibayar 200.000 dikalikan dengan 52 minggu = 10.400.000,- ditambah dengan bayaran pengajian rutin sebesar 100.000 sebanyak 52 minggu = 5.200.000, kemudian beberapa kegiatan hari besar berupa honorium yang sampai pada 3.000.000,- secara keseluruhan berjumlah 18.200.000,- sebuah dana yang besar.

Menelisik sebagaian dari kondisi mesjid baik dari fasilitas tempat berwudu’, ketersediaan alquran yang memiliki terjemahan. Buku-buku dan kitab hadist, yang amat jarang dimiliki sebagai sebuah bentuk pencerdasan ummat dengan membaca. Yang tidak butuh lagi mengeluarkan uang puluhan juta untuk membayar sekali event memanggil para presenter agama bayaran.

Menjadi sebuah keprihatinan ketika WC sebuah mesjid tidak menyediakan tissue untuk membersihkan sisa dari buang air kecil dan cucian buang air besar yang masih tesisa dalam bentuk tetesan yang menjadi perhatian kita, pengurus mesjid atau DKM. Karna sibuk mencari dana yang dapat di mobilisasi dari masyarakat membayar pengeluaran untuk kegiatan peringatan-peringatan yang lebih mubazzir dan banyak kesia-sian.

Dari berbagai tempat tidak tersedia tissue akan berbeda dengan toilet tempat perusahaan bonafit yang menyediakan untuk mengeringkan tangan atau mengelap sisa dari buang air kecil dan buang air besar.
Dana yang besar itu bisa digunakan untuk banyak hal, pertama untuk peinjaman berkala qardul hasan bagi jamaah yang membutuhkan dan untuk usaha supaya ia bisa bebas dari rentenir. Kedua melengkapi multimedia untuk khutbah yang bisa memberikan sentuhan dengan metode penyampaian lebih baik. Ketiga. Membantu membuat perpustakaan mesjid dan bisa dijadikan tempat kajian dan pendidikan berkala dengan melakukan bedah buka sesudah solat subuh atau magrib menjelang isya.

Maka saatnyalah memboikot Presenter Agama Bayaran yang telah menjadi “Dai Selebriti Agama” yang butuh bayaran sekian dan sekian sekali datang.

Sebagai sebuah peringatan.

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[217]; merekalah orang-orang yang beruntung. Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat”, (Q.S Ali imran 102-105)

Muhammad Yunus

Hasil Kajian
Beyond Mesjid
Baitul Muslimin MUZAKKI

Tidak ada komentar: