Jumat, Oktober 15, 2010

Shalat Kehidupan

(bagian 2)


Ini adalah sambungan dari tulisan shalat kehidupan pertama yang telah mengupas sisi gerakan dari solat dan juga hikmah yang terkandung di dalamnya. Pada tulisan ini coba untuk mengurai lebih lanjut dari shalat dalam kehidupan.

Shalat terdiri dari aspek gerakan fisik, gerakan ini dimulai dari takbiratul ihram dan di sudahi dengan mengucapkan salam ke kanan dan kekiri. Sedangkan gerakan lain dalam shalat adalah gerakan ruh. Gerakan ini membentuk karakter kehambaan yang tunduk dan patuh kepada sang pencipta. Ustad Abu Sangkan dalam bukunya Shalat khusu’ memaparkan bahwa sering orang tidak mengikutkan ruhnya ketika solat. Hal ini menyebabkan sholat adalah beban dan tidak menikmati proses rangkaian solat yang dikerjakan.

Manusia diciptakan memiliki tiga dimensi, pertama adalah dimensi fisik. Dalam shalat dimensi fisik mendapatkan sebuah perbaikan terus menerus melalui gerakan-gerakan shalat. Ketika takbir gerakan tangan yang sejajar dengan telinga memberikan ruang bagi paru-paru untuk bergerak lebih leluasa. Gerakan ini menjadikan paru-paru mendapatkan pasokan oksigen yang maksimal. Ketika takbir tariklah nafas dengan perlahan dan sedalam mungkin. Dari takbir ini memberikan bagi paru-paru memberikan oksigen maksimal ke dalam darah. Banyaknya pasokan oksigen menjadikan metabolisme tubuh meningkat dan sel-sel mendapatkan nutrisi maksimal. 

Sel tubuh seperti tumbuhan yang akan bagus tumbuhnya ketika ia mendapatkan cukup nutrisi. Dan ia akan menjadi rusak dan tidak tumbuh maksimal ketika tidak mendapatkan nutrisi yang cukup. Begitulah sel akan mengalami ketidaknormalan tumbuh yang mengakibatkan tejadi kerusakan ditingkat sel dan berlanjut ke tingkat organ tubuh.

Aktivitas gerakan solat menciptakan sebuah rangkaian penyehatan tubuh dimulai dari sel. Kemudian berlanjut kepada organ-organ penopang tubuh dan tempat ruh berdiam.

Kemudian dimensi kedua adalah ruh. Ruh yang ditiupkan ketika kita masih berusia 4 bulan sepuluh hari. Dalam shalat ruh dibentuk melalui rangkaian ucapan takbir, do’a iftitah, alfatihah, dan bacaan shalat lainnya. Ketika membaca do’a iftitah terdapat sebuha komitmen dasar yang kita ucapkan yani “Inna shalati wanu suki wamahyaya wamamati lillahirabbil’alamiin”, Sesungguhnya shalat yang kukerjakan dan segela aspek kehidupan diriku, hidup dan kematianku untuk Allah pemelihara semesta Alam.

Dalam bacaan shalat inilah dimensi ruh mendapatkan ruang untuk mengambil peranan dalam diri orang yang shalat. Bacaan shalat memberikan kesempatan ruh untuk berbicara langsung kepad Allah sebagai penciptanya. Percakapan ini terasa indah kala dibaca dengan perlahan dan memahami ucapan do’a yang diucapkan. Ketika shalat telah menempatkan ruh bercakap-cakap lewat do’a maka ibadah shalat terasa enak dan memberikan getaran ketenangan dan juga sikap tidak tergesa-gesa dalam mengerjakan. Sering terjadi bahwa ketika shalat sering hanya memperhatikan aspek fisik dan melupakan aspek ruh. Telah banyak ibadah shalat dilakukan dan dilaksanakan namun tidak memberikan aspek ketenangan, kedamaian dan keberatian. Terasa gersang dan kering dalam menjalani kehidupan.

Dimensi terakhir adalah jiwa. Ketika dimensi fisik dan ruh telah masuk dalam kesatuan ibadah solat. Jiwa mengikuti gerakan dan bacaan dalam shalat dan membentuk karakter yang hamba Allah Swt. Karakter inilah yang menjadikan shalat mampu mencengah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar (keingkaran). Dimulai dari mencegah fisik dari kerusakan yang dimulai dari alam sel, kemudian dimensi ruh. Maka jiwa mendapatkan ruang untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang besumber dari sehatnya fisik dan ruh.

Dalam ibadah shalat tiga dimensi ini saling kuat menguatkan dan bersinergi mewujudkan pencapaian tingkat hamba Allah. Ketika ibadah shalat tidak dapat menguatkan dan saling bersinergi satu sama lain maka terciptalah sebuah keguncangan dalam hidup. Guncangan-guncangan inilah yang mempengaruhi tindakan, keputusan, pilihan yang datang kehadapan kita. Sering merasa ada sebuah pertentangan dalam dirinya dalam mengambil keputusan, atau mengambil pilihan. Maka ketika pertentangan ini sering terjadi maka disanalah kehancuran jiwa. Resah yang tidak menentu, kegalauan yang tidak berkesudahan. Dan kehidupan yang hampa.

Mari kita benahi solat kita, karna lewat shalat keseimbangan hidup dan keberartian sebagai hamba Allah terwujud.

Semoga tulisan ini bermanfaat dan pengingat bagi Penulis.

Tidak ada komentar: