Jumat, Oktober 29, 2010

Haji sebuah Perjalanan

Ibadah haji adalah rukun kelima dari rukun Islam. Rukun Islam yang dimulai dengan pernyataan kemerdekaan pribadi dari berbagai ketergantungan terhadap benda, ketergantungan terhadap bentuk dan rupa, ketergantungan terhadap manusia dan ketergantungan terhadap mitos dan klenik. Dengan kalimat syahadatain bahwa kita telah meletakkan seluruh ketergantungan kepeda Allah sebagai pencipta Alam semesta. Mengabdikan diri kepada Yang Maha Pengasih dan Penyayang mengikuti metode dan tata cara yang dicontohkan oleh utusan Allah Swt, yakni nabi Muhammad Saw. Tiada metode lain sebagai bentuk pengabdian kepada Allah selain contoh paripurna oleh utusa-Nya.

Kemudian ketika syahadat telah mampu membebaskan manusia dari segala ketergantungan, maka dibutuhkan sebuah komitmen kuat untuk selalu terhubung dengan Allah Swt. Keterhubungan ini memberikan sebuah bentuk pembaharuan terus menerus untuk tidak terlepas dari Allah Swt. Inilah ibadah shalat yang menjadikan selalu online dengan Allah Swt. Shalat membentuk karakter loyalitas dan kesetiaan paripurna.

Ketika karakter kesetiaan dan loyalitas telah terbentuk, terdapat bentuk pembersihan diri dari tarikan ketergantungan terhadap keinginan fisiologis dan dorongan dan kehendak yang terlepas dari pengabdian kepada Allah Swt. Inilah puasa yang memberikan pembentukan karakter sabar. Puasa memberikan ruang untuk menahan dorongan-dorongan fisiologis dan kehendak hewaniah. Puasa membentuk karakter manusia unggul yang mampu mengolah jiwa dan raga untuk tidak terdorong memenuhi semua hasrat fisiologis dan nafsu yang cendrung tidak bertepi.

Selanjutnya ketika kemerdekaan diri tidak tergantung dengan selain Allah Swt dan tetap berhubungan lewat shalat dan mengelola kehendak fisiologis dan nafsu. Maka tindakan untuk berbagi dengan sesama. Kekuatan berbagi melahirkan sikap toleransi dan saling keterhubungan kuat. Zakat menciptakan karakter manusia unggul yang tidak mau mengekploitasi manusia lain. Menguatkan dimensi kemanusiaan untuk hidup setara dan sederejat.

Bentukan karakter dari syahadat yang diringi dengan shalat, puasa, dan zakat disempurnakan kala melaksanakan ibadah haji. Haji ke baitullah di Negara Arab saudi adalah sebuah perjalanan multidemensi. Perjalanan yang membutuhkan sebuah kemerdekaan diri. Menguatkan komitmen dan loyalitas serta mampu mengelola diri dan kemauan untuk bersinergi.

Perjalanan haji meliputi dimensi.

Pertama. Perjalanan Spiritual. Perjalanan yang lahir dari sebuah kemerdekaan diri dari ketergantungan selain kepada Allah Swt.  Perjalanan yang membutuhkan kekuatan daya dorong untuk dapat mewujudkan totalitas spiritual. Dengan mengenakan pakaian ihram semua ketergantungan terhadap duniawi ditanggalkan.

Kedua. Perjalanan Emosional. Dalam melaksakan ibadah haji membutuhkan kedewasaan emosi. Ketika mesti meninggalkan orang yang cintai: anak, orang tua, tetangga, suami atau istri. Dalam melaksanakan ibadah haji membentuk kesadaran akan makna dari mencintai, berpisah, kehilangan dan bekerjasama dalam sebuah kesatuan besar. Dalam perjalanan ibadah haji menciptakan kalaborasi emosional yang menghimpun dalam satu ritme bahwa kita adalah sebuah kesatuan yang mempunyai tujuan bersama. Tidak ada perbedaan rasa bahwa status sosial berbeda disebabkan oleh kedudukan, pangkat, kekayaan, gelar akademik.

Ketiga. Perjalanan Intelektual. Perjalanan yang membutuhkan pemahaman akan makna simbol-simbol dalam ibadah haji. Penggalian hikmah dari sa’i dimana melepaskan status sosial dan menyatakan diri sederajat dengan orang lain dari berbagai kalangan, ras dan suku bangsa. Menggali makna dan juga hikmah dari thawaf mengelili ka’bah dalam penyatuan manusia. Inilah visi Islam tentang globalisasi. Meletakkan bahwa kesatuan ummat manusia di bumi adalah sebuah keniscayaan yang bersinergi bukan untuk saling menghancurkan.

Keempat. Perjalanan sejarah. Haji adalah perjalanan menelusuri sejarah nabi Ibrahim beserta keluarga. Siti Hajar dan Ismail dengan kemerdekaan diri dan ketidaktergantungan dari selain Allah Swt. Perjalanan yang menghadirkan pemahaman sebuah pengorbanan. Perjalanan menghadirkan jejak sejarah Rasulullah membentuk sebuah peradaban. Memahami bagaimana sebuah perjuangan mewujudkan masyarakat yang berkeadilan dalam payung Islam rahmatalill’alamiin.

Dalam ibadah haji semua melebur dan bersinergi dalam satu kesatuan ummat manusia yang memiliki satu ketergantungan terhadap Allah Swt. Dengan satu komitmen dan loyalitas kepada Allah dengan mengikuti sunnah Rasulullah Saw. Satu pengorbanan untuk sesama dengan memberikan yang terbaik bagi saudara lewat qurban. Haji adalah perjalanan paripurna menjadi masyarakat dunia yang egaliter, brotherhood dan inklusif.

Tidak ada komentar: