Rabu, Oktober 27, 2010

Kotak Pandora Bencana

Silih berganti bencana menghampiri dalam rentang tahun 2010. Seakan tidak menyisakan ruang untuk memulihkan diri. Bencana banjir bandang yang menimpa wasior di provinsi Papua barat, yang sampai hari masih dalam tahap recoveri. Bencana wasioar di sinyalir sebagai akibat dari illegal loging yang telah lama berlangsung.

Kemudian disusul dengan Bencana Gempa dan Stunami yang melanda kepulauan mentawai dengan Korban terdiri dari: 154 tewas; hilang 400 org, lk berat 15 org; lk ringan 25. Kerusakan: SD 3 buah;SMP 1 bh; rmh dinas 4 unit; rmh ibadah 5 bh; jembatan rusak berat 5 unit; rmh warga 291 rsk berat,190 rusak ringan( Posko BPBD 14:17 WIB).

Kemudian bencana datang dari daerah tengah pulau jawa. Gunung merapi mengeluarkan awan panas dengan korban meninggal 29 orang dan termasuk Mbah Maridjan sebagai juru kunci gunung merapi. Awan panas mengakibatkan kerusakan lahan pertanian, peternakan. Menghancurkan rumah sarana ibadah, fasilitas publik, sekolah dan alat deteksi yang berada di sebelah selatan. Sedangkan bencana Gunung Sinabung yang sama mengeluarkan awam panas yang merusak lahan pertanian dan juga peternakan masyarakat di sekitar gunung Sinabung.

Sebelum bencana gempa kepulauan mentawai dan gunung merapi di Yogyakarta, Ibukota Jakarta mengalami banjir-dalam bahasa pemerintah genangan-yang mengakibatkan macet total di banyak titik Jakarta. Banjir ini mengakibatkan kerugian yang mencapai milyaran rupiah.

Ketika bencana alam datang yang menghancurkan dan meluluhlantakkan apa yang ia lalui, seperti banjir wasior yang menghanyutkan hampir satu kota. Gempa Mentawai yang menghancurkan Kepulauan mentawai dan juga gunung merapi yang menghancurkan pemukiman di sekitar gunung merapi.
Namun bencana tesebut adalah sebuah pemula dari bencana-bencana selanjutnya. Dalam arti kata penanggulangan korban bencana, recoveri bencana dan juga pemulihan bencana. Terdapat beberapa bencana yang terkadang lebih menyedihkan dan menyakitkan, yang ditimpakan secara segaja oleh kebijakan dan keputusan dari level pemerintah pusat sampai daerah.

Pertama, bencana kekurangan pasokan bantuan, baik berupa makanan, minuman, pakaian, selimut dan obat-obatan. Teringat bencana stunami aceh yang menghancurkan hampir seluruh wilayah pesisir bagian barat aceh. Keterlambatan pasokan bantuan mengakibatkan munculnya penyakit dan kelaparan pengungsi yang masih hidup. Masih segar dalam ingatan bagaimana korban tsunami aceh berebut makanan yang di lemparkan dari atas helikopter.

Kedua, bencana recoveri pegungsi. Berbagai kebijakan untuk melakukan recoveri keluar dengan ketukan palu dan di kuatkan dengan berbagai peraturan mulai level undang-undang sampai peraturan daerah. Namun recoveri tidak menyentuh kebutuhan azazi. Pasca gempa sumatera barat pada tanggal 30 September 2009 yang telah berlalu satu tahun. Ternya bantuan recoveri bencana gempa yang merupakan hak korban belum di terima sepenuhnya. Bencana ini di tingkahi dengan berbagai kecurangan dan juga penyunatan.

Ketiga, bencana traumatik. Bagaimana trauma yang mendalam masih ada dalam ingatan korban bencana. Penanggulangan ini membutuhkan pendekatan holistik dan sistematik untuk para korban bencana. Dibutuhkan ahli terapi yang terdiri dari psikologi dan pendampingan berkelanjutan.

Keempat, bencana korupsi bantuan. Hal ini bencana yang menghancurkan sisi kemanusiaan. Ketulusan orang membantu korban bencana dengan sengenap ketulusan tidak mencapai sasaran yang diinginkan. Masih ada yang dengan kerakusan dan ketidakmanusiaan mau dan mampu mengkorupsi bantuan. Banyak kasus telah terjadi bagaimana korupsi bantuan menjadikan tragedi bencana seperti kotak pandora.

Kelima, bencana kealpaan dan kelalaian. Beragam bencana telah datang silih berganti dari sabang sampai wasior dengan berbagai bentuk: Gempa bumi yang diiringi dengan stunami, banjir bandang, lumpur lapindo, gunung merapi, longsor dan kebakaran hutan. Namun tidak menjadikan sebuah pembelajaran yang mampu mendidik kita sebagai masyarakat untuk mempersiapkan diri dengan bencana yang akan datang. Dimana masih terjadinya korban yang tinggi dengan pola bencana yang sama.

Keenam, bencana keangkuhan dan kepongahan pengambil kebijakan. Sebuah penyataan pimpinan DPR Ri bahwa korban bencana adalah sebuah konsekwensi yang tinggal di pulau dan tepi pantai. Inilah bencana yang mencerminkan ketidakempatian pimpinan bangsa ini. Dari sikap mereka maka bencana yang diakibatkan oleh kepongahan dan keangkuhan dalam mengakibatkan keputusan yang menambah derita korban bencana.

Pray for Indonesia. semoga mampu menjadi kita masyarakat yang tidak alpa dengan kesalahan dan bersyukur dengan karunia. Bangkit Indonesiaku, Karna badai pasti berlalu.

Tidak ada komentar: