Minggu, Oktober 24, 2010

Menuju titik orbit (bagian 2)

Ihram sebagai pelepasan status sosial, menjadikan bahwa manusia adalah sama, tiada perbedaan yang mampu menembus, menjadikan bertikai dan saling menghancurkan. Kemudian melakukan tawaf perlambang sebagai sebuah bentuk penyatuan bersama mengelilingi titik orbit kaum muslimin bernama ka’bah dan penyembahan kepada Allah Swt.

Sa’i perjuangan dalam hidup.

Ketika penyatuan sinergi kehambaan langkah selanjutnya adalah melakukan ibadah sa’i. Ketika derita kehausan mendekap Siti Hajar dan nabi Ismail. Ia mencoba untuk melihat, meneliti apakah ada air yang dapat menghilangkan dahaga kehausan. Dipuncak bukit Shafa terbentang sebuah pemandangan air yang tercipta dari fatamorgana. Dengan segenap tenaga dan keinginan kuat Ibunda Siti Hajar berlari ke bukit Marwa, ternyata ia tidak mendapati air yang dapat di gunakan untuk menghilangkan dahaga.

Tanpa berputus asa ia kembali melihat apakah masih terdapat pengharapan dan juga peluang untuk mendapatkan air minum. Ketika terlihat nan jauh disana air yang tercipta dari panasnya matahari Situ Hajar kembali berlari kecil. Namun ia kembali tidak mendapati air. Sedangkan Nabi Ismail kecil tetap meronta kehausan. Dengan izin Allah setelah berlari dari bukit shafa dan marwa, terbitlah mata air dari telapak kaki Ismail. Dengan wujud syukur Siti Hajar mengucapkan zam-zam.

Pencarian air adalah sebuah perlambang perjuangan dalam hidup. Tidak ada kehidupan yang datang dengan begitu saja. Apa yang ingin di dapatkan menempuh sebuah kemauan keras untuk mendapatkan keinginan dan kebutuhan.

Perjuangan hidup tidak terlepas dari penghormatan dari seorang ibu. Pahlawan besar yang mengasuh dari semenjak rahim sampai mampu berdiri sendiri. Ketegaran seorang ibu membersarkan buah hati tergambar jelas dari ibadah sa’i.

Tidak ada putus asa dan harpan dalam perjuangan hidup. Dengan ketekunan dan juga do’a dari ibu telah banyak kisah kesuksesan. Perjuangan dalam hidup membutuhkan ikhtiar maksimal dengan melihat potensi dan peluang yang ada. Peluang itu akan tetap ada ketika memaksimalkan ikhtiar dan pertolongan Allah datang tanpa pernah terbayangkan datangnya dari mana.

Wuquf mengenali diri.

Wuquf adalah salah satu wajib haji. Para jamaah haji kaum muslimin melalukan berdiam di padang Arafah. Arafah adalah miniatur Padang Mahsyar. Disinilah tempat untuk mengenali diri. Kembali memutar masa lalu, mengingat penggalan-penggelan kejadian dalam hidup.

Penggalan hidup dimana melakukan usaha maksimal mendapatkan “air” sumber kehidupan. Terkadang terdapat kealpaan dan kesilapan. Di Padang arafah membentang seluruh kehidupan yang telah berlalu. Bermunajat meminta ampun kehadirat Allah. Mengingat peran hidup di bumi dan tugas-tugas kemanusiaan yang terlupakan.

Mengenali diri melakukan dialog mendalam dengan hati, kemanakah selama ini hati bertaut dan mengharap. Mengenali diri melakukan dialog dengan tangan dan kaki yang selalu membantu dan setia membawa diri berkelana mencari air kehidupan. Mengenal diri melakukan dialog dengan mata, telinga dan hidung yang menjadi pertimbangan melihat, memperhatikan dan melirik berbagai bentuk “air” kehidupan.

Di Padang Arafahlah semua anggota tubuh dan jiwa memohon ampunan, penghapusan dosa dari kesalahan dan kealpaan. Tiada penyembuian terhadap kesalahan dan kealpaan. Padang arafah menghantarkan kefitrahan diri.

Lempar jumrah lawan musuhmu

Ketika kefitrahan diri dan ampunan Allah Swt menjadikan hidup bersih dari noda dan dosa. Maka langkah selanjutnya adalah melempar jumrah. Jumrah sebagai perlambang dari penggoda diri yang membawa kepada kealpaan dan juga kelalain.

Musuh utama adalah dorongan untuk tidak taat kepada Allah Swt. Godaan yang datang dari musuh utama bernama Iblis. Mendatangkan berbagai godaan untuk berbuat kerusakan, proposal untuk berbuat korupsi. Bisikan untuk berbuat curang dalam berbisnis. Surat kuasa untuk melakukan penipuan. Intrik dan tips untuk melakukan kejahatan dunia nyata dan maya.

Dengan melempar jumrah disanalah kebulatan tekad untuk menolak proposal untuk korupsi, bisikan untuk berbuat curang dalam berbisnis, surat kuasa untuk melakukan penipuan, dan tanda tangan palsu serta intrik dan tips melakukan kejahatan dunia nyata dan maya.

Ketika telah menundukkan musuh, tibalah saatnya untuk mencukur rambut. Membuang semua kejahiliyahan yang barangkali masih ada tersisa. Di ujung dari haji melakukan pengorbanan. Disinilah letak bahwa bekorban adalah pertanda kemenangan dan membuang sisi kebinatangan yang masih berdiam di dalam diri.

Labbaikallahumma labbaik. Selamat menunaikan Ibadah agung Ayahanda dan Ibunda, do’akan kami dapat sujud dan ruku di masjidil haram. Dan semoga ibadah haji mampu merevolusi kehidupan dalam orbit sang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Bahan Bacaan

Dr. Ali Syariati. Haji. Terbitan Mizan tahun 1982
Dr. H. Briliantono M. Soenarwo, SpOT dan KH. Muhammad Rusli Amin, MA. Sehat Tanpa Obat upaya hidup sehat dengan aplikasi rukun Islam. Pustaka Almawardi  2010.
Ary Ginanjar Agustian ESQ, new edition. Penerbit ARGA cet. 24 2006s

Tidak ada komentar: