Kamis, Oktober 21, 2010

Menuju titik orbit


Labbaikallaahumma labbaik. Labbaikala syarikalalabbaik

Do’a yang agung ketika memasuki kota suci makkah. Makkah adalah kota yang telah berusia ribuan tahun. Dalam beberapa literatur dinyatakan sebagai kota yang dibangun oleh Nabi Adam dan siti hawa. Namun kemudian di bangun ulang oleh nabi ismail beserta ayahnya nabi ibrahim dan istri beliau siti hajar. 

Kisah kepatuhan seorang hamba atas perintah Allah untuk meninggalkan kampung halaman. Dengan bekal keyakinan menuju tempat yang tidak memiliki sumber kehidupan pada awalnya. Keteguhan seorang istri dan kekuatan seorang ibu dalam memelihara amanah yang Allah titipkan. Aktivitas sa’i adalah bagian tidak terpisahkan dalam ibadah haji yang mengikuti perjuangan Siti Hajar mencari air untuk kehidupan.

Kota makkah adalah kota penuh dengan sarat ibadah dan sejarah. Salah satu rukun islam yang terakhir adalah berhaji menempatkan makkah sebagai tempat pelaksanaan haji. Ibadah haji adalah ibadah pemuncak dari seluruh rangkaian ibadah yang dilakukan oleh umat Islam.

Makkah sebagai pusat kiblat kaum muslimin dalam melaksanakan shalat menjadi kekuatan penyatu tujuan. Makkah menjadi simbol kebersamaan dan juga patokan bahwa setiap muslim yang solat dimanapun dan kapanpun. Makkah menjadi titik orbit dari ibadah shalat dan haji. Kebersamaan titik orbit menjadikan sebuah kekuatan penyatu ketika kaum muslimin melaksanakan ibadah haji. Berbagai suku bangsa menyatu dan beribadah bersama di titik orbit. Keharuan bertemu dengan saudara seiman dan dapat melihat simbol penyatu ummat islam dimanapun.

Ihram melepaskan status sosial

Nuansa keagungan dan religius terbuncah dalam melaksanakan ibadah haji ataupun umrah. Sebelum melaksanakan ibadah umrah. Kaum muslimin mesti melakukan mandi besar. Mandi ini menjadi pertanda pembersihan aspek fisik dari kotoran dan najis. Sekaligus menjadi pembersih niat, jiwa dan akal. Kemudian mememakai pakaian ihram, inilah tahap pertama dalam melaksanakan ibadah haji yang dinamakan miqat.

Pakaian ihram adalah pertanda bahwa tidak ada keagungan pakain yang selama ini menjadi kebanggan status sosial. Apakah orang yang mempunyai pengaruh seperti kepala desa, camat, tokoh masyarakat. Apakah orang yang mempunyai kekayaan besar, pengusaha, pedagang, pemegang saham. Apakah orang biasa dan tidak mempunyai pengaruh atau kekayaan atau gelar akademik yang berderet. Semuanya menyatu dalam sebuah pakaian dalam warna yang sama yakni putih.

Pakain ihram bagi laki-laki adalah dua helai kain putih yang tak berjahit tepinya dan ditambah mukenah bagi jamaah perempuan. Inilah pakaian terbaik ketika menyatu dalam sebuah ibadah yang menyatukan ummat nabi muhamad yang disebut dengan kaum muslimin. Pakaian yang menghadirkan kondisi bahwa manusia adalah sama dari aspek duniawi. Pakaian ihram memberikan pemahaman bahwa kita akan kembali kehadirat Allah hanya berpakaian sederhana.

Pakain ihram perlambangan bahwa ada momentum untuk totalitas meninggalkan semua atribut keduniaan. Meninggalkan bahwa semua yang telah berlalu hanya sebuah pakain sementara yang melahirkan banyak kesombongan dan keegoisan manuiawi. Dari keegoan diri menjadi sebuah kenyataan bersama bernama hamba-hamba Allah Swt.

Thawaf sinergi kehambaan

Ketika status sosial telah dilepaskan dan menjadi hamba Allah yang tunduk dan patuh. Maka dimulailah untuk mengelilingi ka’bah. Gerakan berkeliling ka’bah mengikuti gerakan thawafnya alam semesta yang bergerak dari kiri kekanan. Gerakan thawaf berlawaman dengan arah jarum jam. Sama dengan gerakan atom-atom mengelili inti atom. Gerakan thawaf sama dengan gerakan thawaf planet-planet di alam semesta.

Tidak ada lagi sekat keakuan ketika bersama memutar titik orbit penyatuan. Masing-masing bergerak mensinergikan lewat zikir yang membahana. Mengucapkan perkataan terbaik, ungkapan puji dan syukur yang termaktub dalam kalimat tasbih, tahmid tahlil dan takbir yang tidak henti-henti. Tidak ada lagi ucapan umpatan, cacian, perkataan sia-sia, konspirasi dan ungkapan lain. Ucapan yang dilantunkan secara bersama menguatkan sebuah penyatuan kehambaan.

Dr. Ali Shariati menulis dalam bukunya Haji menyatakan, “...Dengan ka’bah di tengah-tengah, gerombolan manusia tersebut mengelilinginya di dalam sebuah gerakan yang sikular. Ka’bah melambangkan ketetapan (konstansi) dan keabadian Allah, sedangkan manusia-manusia yang berbondong-bondong bergerak mengelilingnya, melambangkan aktivitas dan transisi makhluk-makhluk ciptaan-Nya, aktivitas dan transisi yang terjadi terus-menerus.”

Sinergi kehambaan melampaui ras, suku, bangsa dan warna kulit. Tidak adalagi sebuah batasan satu dengan lainnya. Melebur mengikuti gerakan terbaik, menyatu, berpadu dan tidak terdapat penyimpangan. Inilah gerakan peleburan jiwa-jiwa yang tidak saling mengenal pada awalnya menjadi sebuah kekuatan sinergi bernama kehambaan kepada Allah Swt. Tunduk dan patuh dalam sebuah kekuatan mengikuti sunnah Rasulullah.

Jiwa dan diri berthawaf melambangkan kekuatan revolusi dalam diri yang melebur menjadi kami. Kami yang mengikuti perintah Allah Swt yang dipimpin oleh Rasulullah Saw dalam dimensi thawaf kehidupan yang dimulai dari thawaf di pusat orbit kaum muslimin dengan simbol ka’bah.

bersambung...bagian 2

Catatan untuk keberangkatan Ayahanda dan Ibunda menunaikan ibadah haji 1431 H/ 2010 M. Semoga spirit, makna haji menjadi sebuah pembentukan kualitas kehambaan dan menjadi haji mabrur, amien

Tidak ada komentar: