Jumat, Oktober 08, 2010

Melampaui Keterbatasan Diri

http://1.bp.blogspot.com
Semilir angin melambai helaian dedaunan hijau yang melekat kuat di pelepah yang menjulang kelangit tinggi. Beberapa burung bertengger di sebuah dahan pelepah sambil berkicau merdu. Diantara gerakan daun yang melambai cahaya seakan menari-nari mengikuti lenggok daun tertiup angin. Hari ini masih pagi, dimana matahari belum terbilang tinggi. Begitulah alam bertasbih kepada rabbul'alamiin mengikuti sunnah penciptaannya.

Langkahnya ngontai menyebrang sebuah kali yang tidak begitu besar. Telapak kakinya mencengkram di jembatan yang terbuat dari beton yang tidak rata. Seperti telah terbiasa berlalu lalang, dan tidak pernah merasa gamang melakukannya berulang kali.

Dengan parang yang bergantung di sebelah kanan yang terikat dari sebuah tali yang selalu menemani ia setiap hari. Ditangannya terdapat beberapa tabung yang terbuat dari plastik. Tabung-tabung tersebut ia genggam dengan tangan kirinya dan enggan untuk lepas kecuali jika nanti ia telah sampai kepucuk kelapa yang selalu menantinya setiap hari.

Dengan cekatan ia memanjat kelapa setinggi 15 meter yang terdapat di sebuah kebun milik tetangga yang telah menjadi bagian dari tugas keseharian. Tangannya yang kokoh dibantu oleh kuatnya otot kaki secara cepat ia memanjat pohon. Kemudian tangannya memegang pelepah pohon dan dengan sekali gerak ia telah duduk dengan tenang di sebuah pelepah. Angin memberikan kesejukan yang tetap berhembus di sela-sela daun kelapa. Beberapa burung terbang ke pohon kelapa lainnya, karna ada orang lain yang mengusik keberadaannya.

Dengan sekali tebas ujung tandan kelapa terputus dan kemudian ia mengambil sebuah tabung yang telah mempunyai tali. Tali diikatkan dengan simpul tarik dengan ujung tandan di masukkan kedalam tabung yang terbuat dari plastik. Selesai sudah bagian dari beberapa pekerjaan selanjutnya. Kemudian beliau beralih ke sebelah sisi dari kelapa dengan melangkahi beberapa pelepah yang mulai menua.

Ada 9 buah kelapa masak yang berada dalam satu tandan telah jatuh kebawah. Beberapa buah masih berada dalam tandan. Kemudian ia menebas dua buah tandan lagi untuk kelapa yang pas untuk membuat gulai. Setelah kelapa turun dan kemudian ia menebas dua buah pelepah yang telah tua dan bisa dijadikan kayu api dengan di jemur beberapa hari di panas yang terik.

Kemudian kelapa yang telah telah turun dikumpulkan dan di kupas dengan menggunakan alat yang khusus. Dengan memagang kelapa dua tangan dan di tancapkan beberapa kali, maka terkelupaslah kulit kelapa dan siap untuk di jual nantinya.

Begitulah keseharian Pajito, yang berasal dari daerah Bantul, yogyakarta melakukan aktivitas keseharian. Tanpa pernah merasa terbebani oleh kecatatan yang ia derita. Memanjat pohon, mengambil air tandan kelapa dan menurunkan kelapa masak seakan tidak mungkin dan bisa dilakukan oleh Pajito melihat kebutaan yang beliau alami.

Dengan semangat bisa dan tidak mau menyerah dengan keadaan. Pajito mampu menjadikan dirinya tidak terpuruk dengan kebutaan. Berpantang menjadi pengemis dan memberatkan orang lain dengan keterbatasan yang ia miliki. Hidup menjadi pribadi tegar dan produktif.

Kisah tentang Pajito di tayangkan oleh Trans 7, Jum'at 8 Oktober 2010, jam 17:00

Tidak ada komentar: