Rabu, November 16, 2011

Menulis dan tulisan bergizi dan bernutrisi

Semua kehidupan akan berakhir seiring kematian yang datang tanpa pemberitahuan. Lewat rangkaian karya, prestasi dan tulisan setiap orang akan hidup selamanya dan terus berumur panjang.
Dalam aktivitas menyusun aksara menjadi kalimat bermakna atau tepatnya aktivitas tulis menulis memiliki suka dan duka. Suka yang telah menjadikan aktivitas tulis menulis bagian kebiasaan dan kebutuhan. Ketika tidak menulis artikel, feature, fiksi dalam satu hari maka ada yang berkenan.
Andreas Harefa dalam bukunya Happy Writing menjelaskan bahwa aktivitas menulis adalah pekerjaan tangan sekaligus membuat bahagia. Menulis akan melahirkan kebahagian bagi tangan dimana ia menjadi saksi sebuah karya bermanfaat bagi penulis sekaligus orang lain. Disisi lain juga memberikan kebahagian bagi organ tubuh lain.
Aktivitas menulis menjadikan otak mendapatkan nutrisi lebih bergizi. Pemberian nutrisi ini dengan melakukan aktivitas membaca. Melakukan analisa yang menghubungakan memori dengan memori lainnya. Kegiatan menulis melahirkan senam otak untuk menjadikan sel-sel neutron otak aktif kembali. Hal ini menyebabkan terjadi perlambatan pikun.
Namun tidak sedikit menulis menjadi duka sekaligus mendatangkan petaka bagi penulisnya. Sering duka ini lahir dari rasa frustasi mau menulis apa, cendrung dalam menulis ilmiah. Sebagian tulisan menjadi duka ketika tulisan menjadi sumber fitnah dan kebohongan. Bagaimana tulisan memiliki moral rendah. Kualitas tulisan ini bersumber dari moralitas rendah para penulis.
Sedangkan dalam sisi emosional menulis mampu mengurai hal-hal negatif menjadi positif. Ibarat sampah organik yang dikomposkan menjadi pupuk yang bermanfaat bagi tanaman.  Beberapa penelitian menyatakan bahwa aktivitas menulis mampu mengobati penyakit terutama berhubungan dengan mentalitas. Salah satunya adalah ketidakpercayaan diri. Aktivitas menulis secara simultan dan konsisten mendatangkan rasa kepercayaan diri.
Menjadikan aktivitas menulis menjadi aktivitas bernutrisi dan bergizi memenuhi unsur pengayaan baik ketika menulis, menjelang dan sesudah menulis. Aktivitas menulis bernutrisi setidaknya mesti memiliki berapa sumber diantaranya.
  1. Niat yang tertata rapi. Komponen utama ini menjadi panduan untuk dapat menulis menjadi aktivitas bernutrisi dan bergizi tinggi. Penataan niat menulis bermanfaat dalam menjaga ritme menulis. Dalam banyak kasus niat menulis mudah kandas di awal dan beberapa hari. Ketika niat menulis untuk mendapatkan nilai dalam perkuliahan oleh mahasiswa, maka ketika telah selesai perkuliahan maka aktivitas menulispun usai sudah. Ketika niat menulis untuk mendapatkan kepangkatan bagi dosen, guru, maka ketika pangkat lebih tinggi di dapat maka aktivitas menulis pun berhenti. Menata niat memberikan panduan untuk terus menulis. Ibarat perjalanan ke suatu tempat, kita telah mengetahui rute-rute yang akan ditempuh. Rute ini berbentuk peta yang memandu untuk sampai pada tujuan aktivitas menulis. Menata niat menulis dapat dilakukan dengan membuat sebuah peta niat. Seumpama tahun ini berniat untuk memperlancar menulis. Tahun selanjutnya berniat untuk dapat menulis di media seperti koran, majalah. Tahun ketiga telah memiliki buku dari hasil kegitaan menulis.
  2. Passion yang stabil. Emosi sering bergejolak, terkadang naik kemudian suatu hari turun. Menjaga frekuensi dorongan menulis membutuhkan aspek internal diri dan ekternal diri. Secara internal terdiri dari niat dan motivasi yang dikombinasikan dengan penghargaan diri. Sedangkan dari sisi ekternal meliputi lingkungan, sarana penunjang, komunitas. Aspek lingkungan yang terdiri dari lingkungan keluarga, kerja. Aspek sarana penunjang terdiri dari pena, kertas, komputer, sambungan internet, buku, perpustakaan. Menciptakan passion yang stabil dimulai dari menyatakan manfaat apa yang akan diperoleh melakukan aktivitas menulis. Semakin melekat dengan diri dan semakin menantang passion akan stabil.
  3. Kepekaan nurani. Sumber kepekaan nurani menjadikan aktivitas tulis menulis adalah sebuah panggilan jiwa. Menulis menjadi aktivitas yang melibatkan seluruh kesadaran kemanusiaan, kesadaraan keberartian dan kesadaran kepedulian. Banyak karya tulis lahir dari kuatnya kepekaan nurani yang bergetar melihat fenomena-fenomena kehidupan. Tidak sedikit yang mampu meneterkan air mata, menggerakkan banyak orang dalam lintas waktu yang panjang. Membuka kepekaan nurani berasal dari kesadaran bahwa hidup itu mulia dan setiap orang memiliki kemuliaan. Dengan ini menulis adalah perbuatan mulia dan memuliakan orang dengan segala keterselubungan kemuliaannya dari apa yang tampak oleh mata.
  4. Jelajah imajinasi. Semua pada awalnya berasal dari imajinasi, begitulah penyataan pendekataan filsafat idealisme. Tiada hambatan untuk menelusuri dunia imajinasi. Memperhatikan hidup masih berada dalam fase anak-anak. Berbagai imajinasi lahir dan sangat menakjubkan. Sebuah benda kecil bisa menjadi pesawat tempur, atau kapal yang indah. Gundukan pasir bisa menjadi sebuah istana yang megah lengkap dengan cerita kehidupan penghuninya. Menjelalah dalam dunia imajinasi memberikan sumber-sumber yang mampu memberikan nutrisi dan gizi dalam aktivitas menulis. Karena setiap kata pada awalnya bertempat di dunia imajinasi yang kemudian menjadi bentuk rupa.
  5. Menapak realitas. Setelah melakukan jelajah imajinasi maka menapaklah dalam realitas kehidupan. telusuri apa yang terjadi dan hubungan-hubungan diantaranya. Kenalilah bentuk dan rupa apa yang terjadi. Bertatap muka dan bercengkrama dengan fakta, kejadian yang tidak pernah berhenti selama dunia masih ada. Bercumbu dengan aliran pasang naik dan surutnya keriuhan, kehebohan, kehancuran dan kenistaan. Karena dari itu akan memberikan gizi bernutrisi untuk berkontribusi.
  6. Mengunyah bacaan. banyak sumber bacaan terhampar, baik buku, majalah, koran, artikel dan bahkan iklan. Kunyahlah dengan menggunakan gigi-gigi geraham berbagai bacaan. Jangan telan mentah-mentah semua bacaan yang ada. Robek dengan gigi seri, lumat dengan gigi geraham. Mengunyah bacaan berguna untuk mengeluarkan sari pati dari berbagai bacaan. Terkadang dari sedikit penggalan kata maka melahirkan banyak makna. Terkadang dari banyak bacaan hanya melahirkan sedikit makna. Mengunyah bacaan akan mengenali cita rasa tulisan. Mengetahui pahitnya tulisan yang merupakan trauma, kehancuran dan kebenaran. Manisnya tulisan yang bersumber dari kebahagian yang dibungkus dengan banyak kebaikan.
  7. Mencerna dengan analisa. Berbagai bahan tulisan, baik bacaan, imajinasi membutuhkan analisa sebagai alat pembentuk, pencetak, pemilah dalam aktivitas tulis menulis. Ia menyisihkan berbagai berbagai komponen gizi dan nutrisi. Sebagian menjadi ampas dan di buang karena belum dibutuhkan.
  8. Membagikan hasil manfaat. Tiada segala sesuatu tercipta sia-sia. Semua rangkaian kehidupan bergulir dari tahap demi tahap. Setiap tahap memberikan input yang bermanfaat untuk proses selanjutnya. Ibarat pohon bukan hanya buah yang memberikan manfaat namun juga daun, akar, batang yang terus berguna untuk apapun dan siapapun.
Setelah memiliki sumber nutrisi dan gizi dalam tulis menulis, maka hasil akan melahirkan tulisan bernutrisi dan bergizi yang bermanfaat bagi orang lain dalam lintas zaman dan perbedaan masa. Hal ini sebagaimana ungkapan Ali bin Abi Thalib Ikatlah ilmu dengan menuliskannya.
Karena jangan sampai “rabun membaca buta menulis”. Dari ungkapan Taufiq Ismail yang menjadikan kita mengalami busung lapar pengetahuan, diare kebodohan dan tumor kepandiran.

***
Mau Sehat dan mendapatkan Pendapatan Tambahan Jutaan? Klik Disini

Tidak ada komentar: