Selasa, November 22, 2011

I Love Fast Before I Hate Slow

Iklan adalah media komunikasi bagi perusahaan untuk menyampaikan pesan bagi konsumen yang dituju. Iklan menempati prioritas utama dalam mendidik konsumen. Ibarat dalam peperanga, iklan adalah senjata, peluru yang siap sedia ditembakkan kepada lawan. Dalam dunia periklanan ada sebuah perang antar merek. Kita ingat bagaimana perang mereka para penyedia layanan komunikasi GSM. Beberapa iklan secara terang-terangan menusuk lawan, baik secara simbol, pilihan warna dan juga ikon iklan. Perang Iklan akan menyeret pada kekalahan pada satu pihak dan kemenangan satu pihak.

Namun, sebagian perusahaan lebih memilih menang dalam pertempuran. Karena peperangan akan banyak menghabiskan sumberdaya perusahaan. Berbagai strategi cerdik dan apik mampu merebut mind share (pikiran) konsumen untuk menggunakan produk. Pada tulisan sebelumnya Membedah iklan I Hate Slow di paparkan dengan menggunakan prespektif STP (segmentasi, Targetting dan Positioning) iklan Smartfren. Namun kali ini akan mengupas bagaimana merasakan penggunaan Modem Smartfren.
Untuk kinerja modem yang dibandrol seharga Rp. 199.000,- memang menjanjikan I Hate Slow. Dimana kecepatan akses untuk googling tidak mengecewakan. Sedangkan untuk mengunduh file dari internet memang membutuhkan sedikit kesabaran.

Untuk mendapatkan kualitas kecepatan dibutuhkan biaya tambahan untuk mengakses secara premium. Disinilah keahlian Smartfren untuk mendapatkan tambahan pemasukan dari pengguna modem Smartfrend. Kecepatan maksimum ini dibandrol Rp. 95.000,-/bulan untuk unlimited dengan tema yang lebih mengena adalah “I Love Fast”. Namun untuk mendapatkan koneksi yang biasa dan standar maka biaya yang dikeluarkan untuk satu bulan hanya Rp. 45.000,-/bulan yang mengusung tema “I Hate Slow”.

Ada beberapa kelemahan modem dengan seri CE682 yang menggunakan dua sinyal sekaligus EVDO dan CDMA Smarfren. Kelemahan itu terletak pada modem yang cepat panas. Belum sampai pemakaian 2 jam maka modem telah mencapai panas diatas 34 C. Hal ini terkadang sedikit mengganggu pemakaian. Untuk mensiasati ini dibutuhkan kreatifitas mengurangi aspek panas dari modem CE682.
Bagaimanapun, Iklan I Hate Slow telah mampu menaklukkan mind share pengguna internet dan mengalahkan para pesaing-pesaing lainnya. Penaklukan ini bertumpu pada:
  1. Strategi harga. Smartfren melakukan strategi penurunan harga secara bertahap. Pada penawaran pertama seharga Rp. 299.000,- dengan masa gratis pemakaian 2 bulan. Namun strategi ini kurang mendapat respon dari pasar. Ketika respon kurang dari pasar maka Smartfren menurunkan harga menjadi Rp. 199.000.- dengan gratis pemakaian 1 bulan.
  2. Hadiah untuk pengguna smartfren. Pihak smartfren memberikan hadiah untuk pengisian ulang pulsa. Hal ini bertujuan untuk konsumen setia menggunakan smartfren. Berkaca dari “kepanasan” yang ditimbulkan sebagai sisi lemah moden CE682 ini, maka langkah untuk mengikat konsumen loyal adalah dengan memberikan hadiah yang diundi tentunya.
  3. Psikologi harga. Tidak dapat dipungkiri bahwa smartfren dengan slogan I Hate Slow menggunakan pendekatan psikologi harga. Hal ini terlihat dari penggunakaan harga Rp. 199.000.-dimana hal ini terkesan lebih murah dari pada Rp. 200.000,-. Psikologi harga ini memaksa orang untuk menyatakan bahwa modem ini murah.
  4. Konten Iklan yang mengena. Bagaimana problem yang dihadapi oleh pengguna internet dengan segala macam bumbu-bumbunya, mampu di kemas dengan baik dan melahirkan solusi untuk kecepatan internet.
Bagaimanapun bagusnya sebuah iklan, tetap yang menentukan adalah kekuatan marketing pengguna produk atau jasa tesebut. Dalam ilmu marketing di sebut dengan word of mouth (getuk tular) atau omongan para pengguna. Terima kasih smartfren yang telah menghadirkan modem untuk bisa kembali berbagi dan terkoneksi di dunia maya, khusunya rumah sehat kompasiana. Karena I Love Fast.

***
Mau pendapatan kencang? Mau Sehat dan mendapatkan Pendapatan Tambahan Jutaan? Klik Disini

Tidak ada komentar: