Kamis, Maret 31, 2011

Sajadah koran

Jum’at adalah moment terbaik bagi ummat islam laki-laki untuk berkumpul dan melaksanakan kewajiban ibadah. Hari jum’at mempunyai banyak kemulian dan keutamaan yang dapat di dimanfaatkan secara maksimal dan terencana.

Siang ini saya sholat jum’at di masjid Attauhid Arief Rahman Hakim komplek Salemba UI. Berjumpa lagi dengan rektor kampus warung babe yang mengambil lokasi di halte salemba UI, bertemu dengan mahasiswa ojek bupamaneng, penyanyi bisu yang entah kemana dan juga teman-teman mahasiswa kehidupan lainnya.

Derai tawa, kisah hidup yang tetap bergerak cepat di perputaran aneka aktivitas yang terus bergerak. Bertukar kabar dan sedikit cerita tentang bertahan di jakarta. Tulisan ini sekedar untuk mendokumentasikan lintasan pemikiran untuk dapat menjadi sesuatu bermanfaat. judul tulisan diatas adalah sebuah ruang masuk untuk memahami sebuah potret yang menohok sanubari, meledakkan nurani dan mengurai air mata kehidupan.

Menjelang kita solat setelah melepas sepatu dan menitipkannya di tempat penitipan. Mengambil wudhu’ dan memilih tempat yang pas dengan kondisi ruangan. Maka dengan cara marketing yang paling utama yakni menawarkan. Seorang anak kecil berusia 7 tahun menawarkan koran selembar yang dilipat empat seharga Rp. 1000,- kesetiap peserta jum’at yang mau di registrasi oleh malaikat sebagai peserta jum’at hari ini.

Tiada kelelahan di wajahnya yang bersinar, bahwa setiap lembar koran yang ditawarkan berharap menjadi uang yang dapat di nikmati nanti. Menjadi penolong untuk tempat sujud peserta jum’atan yang terus berdoa mengharapkan banyak hal untuk kehidupan. Ada rona optimisme mengejar keberkahan berbinis. Ada daya dorong yang kuat untuk membantu peserta jum’atan menikmati sujud.

Namun entah setelah sajadah koran menumpahkan catatan-catatan laporan berbentuk doa-doa peserta jum’atan dalam laporan jurnalisme malaikat. Namun catatan dalam koran yang menjadi sajadah yang terkadang tidak selaras dengan do’a orang sujud. Terdapat sebuah berita tentang semua pencapaian, kemenangan, dan lainnya. Namun tidak terlihat sebuah optimesme tentang bagaimana menuliskan menjadi pengusaha sajadah koran.

Setelah usai shalat jum’at maka sajadah koran akan menjadi sebuah sumber pendapatan yang diperebutkan oleh penjaga iman/pemulung/pengusaha kebersihan. Terdapat berkah-berkah yang membekas dari sujud peserta jum’atan yang akan memberikan tambahan pendapatan untuk dapat bertahan hidup di Jakarta.

Seorang nenek tua dengan cekatan meminta koran Kompas tertangga 21 januari 2011 yang saya baca. Berita headline adalah tentang bencana lahar dingin di merapi, semoga tidak salah. Dimana dipaparkan tentang bagaimana dahsyatnya alam. Namun di hadapan mata di setelah sujud di sajadah koran terpampang berita, foto hidup tetntang bagaimana dahsyatnya kehidupan. Kehidupan yang memporak-porandakan tentang kemakmuran, keadilan dan juga kesejateraan.

Terima kasih kepada saudaraku yang telah menawarkan sajadah koran, ku tahu di balik sujud dan do’a kami ada action yang mesti kami realisasikan. Terima kasih ibu bagaimana engkau mengajarkan untuk selalu menjadi pejuang iman dengan tidak membuang koran sembarangan.

Kehidupan itu indah dikala sesuatu menjadi pembelajaran dan menggerakkan jiwa untuk berbuat dan berbagi bagi sesama. Semoga kita ketemu kembali.

Serial tulisan Kampus warung babe dan juga Traveling 1 Rupiah.

Semoga bermanfaat

Tidak ada komentar: