Sabtu, Maret 19, 2011

Racikan Bumbu menulis

Dunia menyusun aksara dan merangkai kata membius banyak kalangan, dari pekerja dalam dunia aksara dan informasi yakni wartawan, dari orang biasa yang sekarang disebut jurnalis masyarakat mampu menekuni menyusun akasara dan merangkai kata.

Ada karya indah bernama puisi, dengan kata yang padat berisi dan seksi. Ada karya ilmiah bernama paper, skripsi, tesis dan jurnal dengan kata yang membuat kepala padat dalam mencerna. Ada karya inspiratif bernama cerita, pengalaman dengan kata mengalir indah seperti air sungai yang mengalir. Ada karya sampah dengan kata yang tidak memenuhi etika dan standar moral dan berbagai label karya yang hadir dari menyusun aksara dan merangkai kata.

Bagi pemula akan melalui sebuah goncangan kala memulai menyusun aksara dan merangkai kata. Ia berbeda dengan mengumbar kata demi kata yang keluar dari lidah berumah gigi kuat sebagai singgasana. Namun masih ada celah para penulis berkata. Susunlah aksara dan rangkailah kata seperti berbicara. Goncangan ini memberikan sensasi berupa, rasa percaya diri belum mampu menghasilkan rangkaian aksara indah menari gemulai. Rasa takut karena belum mau di komentari, dikritisi kala merangkai kata laksana ombak besar yang selalu datang menghampiri pasir. Rasa senang masih mau menikmati hasil racikan bumbu angka dan aksara dengan tertawa sendiri atau sering menghasilkan hujan lokal di bukit pipi.

Itu semua berlalu ketika dua dan tiga langkah berikutnya telah tegap berdiri dan akan berlari, seperti anak kecil belajar berjalan dan ia tidak takut untuk berlari. Terkadang mesti kaki dilumuri obat pembunuh kuman dan sepotong perban. Namun ia tetap akan berdiri dan berlari, ada kesenangan, kebahagian, kepuasan apalagi di semangi oleh orang tersayang yang selalu memberi cinta kasih tiada bertepi.

Menulis seperti membuat sebuah bumbu masakan. Mencampur berbagai jenis tumbuhan, ada aroma pedas, wangi, lengit dan pahit. Mengulek dan mencampur kemudian mesti dipanasi baru menjadi sebuah masakan enak tersaji di lidah yang selalu tidak menolak kala di beri. Menulis mempunyai resep yang diramu dari berbagai bumbu-bumbu yang berasal dari olahan dapur sendiri dan dibagi-bagi untuk coba di cicipi semoga lidah tidak mendustai.

Merasakan, Meresapi, Melihat, Mendengar

Merangkai aksara dan menyusun kata memiliki bumbu rasa. Dimana ia akan memberikan rasa, mulai dari pahit, manis, asin, sepet, pahit, kelat. Merasakan ada sesuatu yang terasa apakah itu pahit kala di caci maki, manis kala dipuji, kelat kala di khianati, sepet kala dibelakangi, kelat kala dipreteli. Merangkai aksara mesti merasakan berbagai hal yang terjadi. Dari merasakan lahirlah tulisan tentang resep makanan dan minuman sehat, mewah dan unik.

Berbagai kejadian terbentang lewat saluran informasi. Ada berita yang membuat derai air mata karena sedih dan empati. Ada tawa dan karena berita humor dan bahagia. Ada berita yang melahirkan kemarahan kala melihat kejanggalan perilaku pemimpin. Meresapi seperti air yang mengalir di punggung bukit membentuk kanal-kanal kecil.

Merasakan dan meresapi di bantu oleh kemampuan melihat dan mendengar maka lahirlah tulisan sayur asam. Kala mendengar lebih banyak dari pada melihat ia kekurangan garam. Kelebihan melihat dari pada mendengar maka ia kelebihan garam.

Elaborasi.

Rangkaian aksara dan susunan kata adalah hasil elaborasi yang lahir dari guncangan emosi, ledakan pemikiran dan dorongan nurani. Disinilah bagaimana masakan tulisan lewat bumbu-bumbu mampu mengurai air mata siapapun seperti air terjun setelah hujan. Disinilah lahir ledakan pemikiran baru menggerakkan orang untuk berbuat sesuatu sampai dengan memberikan uang dalam saku dan bank yang masih dalam deposito. Disinilah tulisan menjadikan seseorang menciptakan sejarah dan membelokkan sejarah kala racikan masakan tulisan mendorong nuraninya berkata.

Narasikan.

Mengalirlah sebagai mana air mengalir, dari mata air di pengunungan mengalir diantara sela-sela dedaunan kering. Kemudian membentuk kanal-kanal kecil berserta beberapa ekor ikan kecil yang terus berkejaran menuju hilir. Dengan terus mengalir terkadang mesti jatuh ke dalam juram tinggi dan menghasilkan cekukan dan pemandangan indah bernama air terjun. Memang mendebarkan mesti jatuh dari tempat ketinggian dan menghempas di bebatuan cadas, namun tidak menyusahkan malah menjadi keasyikan menciptakan pelangi kala diterpa sinar mentari pagi dan sore hari. Tetap dan terus mengalir menuju perkampungan bertemu dengan aneka sampah dan kotoran dari hasil sisa kehidupan manusia kurang pengajaran dari iman yang bertanda menjaga kebersihan. Dilautan bertemu saudara berbeda suku, namun tetap berpadu walau tidak bersatu.

Urutkan.

Ada yang mampu memberikan urutan seperti abjat A sampai Z, atau mengurutkan melahirkan teka teki yang sulit terjawab. Berbagai kejadian yang dirangkum dalam kalimat membutuhkan sebuah urutan peristiwa. Inilah kekuatan reportase kejadian. Ketika salah urutkan maka keseleo jadi pilihan dan sakit di bawa berjalan di sela-sela mata yang mulai lelah terpejam karena melotot komputer seharian nangkring di kompasiana kesayangan.

Lihat dari sisi berbeda.

Jangan lihat jeleknya bentuk lengkuas kala masih berbaju tanah. Namun lihatlah aroma tercipta kala ia berendam dalam air santan kelapa. Melihat dari sisi berbeda akan suatu peritiwa memberikan kekayaan tersendiri dari sudut pandang yang acap kali dan mesti berbeda. Siapa mampu melihat dari banyak sisi berbeda maka ia mampu membuat banyak kata dengan tanpa mau orang jeda membaca apa saja yang tertera. Karena ia membuka sisi berbeda dari sebuah peristiwa.

Imbuhkan sesuatu pernyataan.

Imbuhan ini yang menambah enaknya masakan kata dengan daun salam banyak guna dan manfaat yang masih dicari para peneliti utama. Pernyataan ini dapat di berikan di awal kala menulis aksara dari tokoh idola atau penggalan kata yang sesuai dengan tema masakan kata berbumbu aksara. Atau menjadi menu penutup sebelum pergi menutup kata-kata.

Sematkanlah sedikit bumbu rahasia.

Disinilah bagian sedikit yang kita punya dan orang lain berhak tahu sedikit pula. Maaf ini rahasia dapur kita.

Liriklah masakan tetanga

dengan racikan bumbu aksara yang melahirkan masakan berbeda. Tidak ada salahnya melirik tanpa mesti bertanya. Atau mungkin dengan sedikit cara, pujilah masakannya maka bumbunya akan terasa, atau kritiklah maka semua akan tahu bagaimana mengalah masakan dari berbagai bumbu kata. Dan terbaik adalah cantumkan resep dari tetangga menguatkan kenikmatan masakan dari bumbu kata-kata sendiri maka sang tetanga akan sengan hati, percayalah.

Amati sekali lagi

Sudahkah kita mencicipi sedikit dari rasa masakan kata dan bubu aksara. Barangkali masih terasa kurang garam dari melihat berita atau kelebihan garam mendegar informasi yang tidak terpuji. Karena kala telah terhidang di hadapan pembaca maka ia menjadi berita, informasi dan juga tambahan bumbu masakan kata-kata yang dihidangkan kembali. Apalagi penikmat warga kompasiana.

Hadiah

Berilah hadiah kepada diri sendiri kala telah selesai meracik bumbu aksara menjadi masakan kata-kata yang menjadikan orang tersenyum bahagia. Atau hadikanlah kepada orang yang mencintai dan menyanyangi dengan sepenuh hati.

Semoga racikan dari masakan aksara ini menjadikan makanan yang selalu digemari dan juga enak dinikmati, mana tahu telah dikibuli dengan narasi dan aroma ungkapan menggugah perut lapar karena nasi belum menghampiri menyapa lambung yang terus berteriak, namun mata tak mau berhenti mempelototi tulisan ini. Terima kasih

Tidak ada komentar: